Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rismayanti
Abstrak :
Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang masih banyak menimbulkan masalah kompleks. Masalah tersebut bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai ke masalah sosial, ekonomi dan budaya (W1-L0,2000). Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten endemis kusta di provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki Case Detection Rate tertinggi ( 50,9/100.000) di tahun 2006 dan prevalensi rate 4/10.000. Jumlah kasus baru yang ditemukan di tahun 2006 sebesar/69 kasus. Sebagian besar kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Jeneponto dinyatakan endemis dan derajat endemisitasnya, cukup tinggi sehingga risiko tertularnya penduduk menjadi sangat besar. Masih tingginya case detection rate di kabupaten Jeneponto disertai kepadatan hunian yang cukup tinggi memungkinkan penularan kusta melaitri droplet maupun sentuhan langsung. Untuk itu perlu di ketahui hubungan kepadatan human terhadap risiko kejadian kusta. Tujuan penelitian ini tuttuk rnengetahui hubungan faktor hunian dengan kejadian kusta di Ka.bupaten Jeneponto setelah dikontrol oleh faktor konfounding yaitu umur, jenis kelamin, vaksinasi BCG, pengeluaran, riwayat kontak serurnah, pendidikan dart pekerjaan. Penelitian ini menggunakan disain study kasus kontrol yang dipadankan( pair wise matching). Sampel penelitian adalah seluruh penderita kusta baru yang ditemukan periode Juli 2006 sampai September 2007. Jumlah kasus sebanyak 115 orang dan jumlah kontrol sebanyak 115 orang. Analisis data diIakukan meialui tiga tahapan, yaitu Univariat (distribusi frekuensi), Bivariat (uji McNemar) dan rnultivariat (Conditional Multiple Logistic Regression). Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian kusta dengan nilai OR 10,65 (95% Cl: 4,11— 27,62) dart nilai p 0,000 setelah dikontrol variabel pengeluaran, pekerjaan dan riwayat kontak serurnah. Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dilaksanakan pemeriksaan kontak serumah yang lebih intensif pada wilayah puskesmas yang tingkat kepadatan hunian tinggi, screening terhadap rumah yang ada penderita kusta terutarna pada rumah-rumah dengan tingkat kepadatan hunian tinggi. ......Disease of Leprosy represent contagion which still many generating the problem of complex. The problem not merely from medical facet but extending to problem of social, cultural and economic ( WHO,2000). Sub-Province of Jeneponto represent one of the sub--province of endemic of leprosy in Province of South Sulawesi owning highest Case Detection Rate ( 50,9/100.000) in year 2006 and prevalence rate 4,1/10.000. Amount of new case found in year 2006 amount 169 cases. Mostly district of exist in region of sub-province of Jeneponto expressed by endemic and degree of high endemic enough so that its contagious risk resident become very big. Still height of case detection rate in sub-province of Jeneponto accompanied by density of dwelling which high to enough enable infection of leprosy through droplet and also direct touch. For that need in knowing relationship of density of dwelling to risk of leprosy occurrence. Target of this research to know relation of factor of dwelling with occurrence of leprosy in Sub-Province of Ieneponto after controlled by confounder that is age, gender, vaccination BCG, expenditure, history contact house, education and work. This research use to design case control study (pair wise matching). Sample of Research is all new leper was found by period of July 2006 until September 2007. Amount of case of counted 115 people and amount of control of counted 115 people. Data analyzing conducted to through three steps, that is Univariate ( frequency distribution), Bivariate (McNemar test) and multivariate (Conditional Multiple Logistic Regression). Result of research of show that density of dwelling relate to occurrence of leprosy with Odd Ratio 10,65 ( 95% CI: 4,11 - 27,62) and p value 0,000 after controlled by variable of expenditure, job and history contact house. From result of this research is suggested require to be executed by a inspection contact more intensive house at region of puskesmas (public health center) which mount density of high dwelling and screening to existing house of leper especially at house with level density of high dwelling.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismayanti
Abstrak :
Skripsi ini membahas kegiatan perencanaan yang selama ini dilakukan oleh Bagian Logistik Umum yaitu pelaksanaan kegiatan perencanaan yang kurang didukung oleh data yang akurat yang merupakan faktor penyebab persediaan yang ada bisa jadi tidak akurat sehingga dapat menimbulkan masalah keterlambatan pengadaan barang yang berdampak pada kekosongan stock ataupun kelebihan jumlah persediaan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa metode analisa ROP sebaiknya mulai diterapkan agar barang di Bagian Logistik Umum dapat selalu tersedia dalam jumlah yang optimal dan kebutuhan Bagian Pemakai dapat selalu terpenuhi.
The focus of this study is about planning activity that so far have been doing by central logistic unit. Planning activity is not suoorted by accurate data. This is the factor that cause inventory are becoming not accurate so that can make problem in the goods, that causing under or over inventory. This research is qualitative descriptive interpretive. The data were collected by means of deep interview. The researcher suggests that ROP analysis method as well as possible start to applied so inventory in central logistic unit always available in the optimal amount and needed of user always can fulfil.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dila Rismayanti
Abstrak :
Tesis ini merupakan hasil dari penelitian bidang kejepangan yang difokuskan pada penelitian bidang sosial dan sejarah, dengan sedikit menyinggung bidang politik dan hukum. Latar belakang tesis ini adalah Jepang pada masa perang Asia Pasifik 1931-1945 yang kental dengan semangat militerisme. Pada masa itu Jepang mulai mengobarkan perang atas Cina, dan atas dorongan dari kaum militer, perang dengan Cina terus berlangsung dan semakin meningkat., hingga akhirnya Jepang berhadapan dengan kekuatan AS dan Sekutu. Dunia politik dan pemerintahan, beserta seluruh implementasi dari kebijakan yang dihasilkan merupakan kepanjangan tangan dari pihak militer masa itu. Dengan demikian, kondisi kehidupan sosial masyarakat Jepang juga tak dapat terlepas dari militerisme. Bahkan, banyak pakar yang mengatakan bahwa Jepang adalah contoh negara yang berhasil mengembangkan militerisme ke seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh dukungan dalam melakukan ekspansi dan peperangan. Akan tetapi, ditengah kentalnya militerisme Jepang pada masa itu, dalam teks Kike Wadatsumi no Koe penulis menemukan hal yang berbeda. Kike Wadatsumi no Koe adalah kumpulan tulisan berupa catatan harian, surat-surat pribadi, surat wasiat, maupun berupa puisi yang ditulis oleh para mahasiswa Jepang yang dikirim ke medan perang. Dalam tulisan tersebut didapati banyak pandangan yang tidak setuju terhadap sikap dan kebijakan militer Jepang, dan kelompok yang tidak setuju ini merupakan golongan yang dominan. Sementara itu, pandangan sebagian kecil dari mereka menyiratkan kesan "setuju" secara tidak langsung. Penulis menyebutnya secara tidak langsung karena mereka tidak berbicara mengenai substansi dari sikap dan kebijakan militer, melainkan hanya mengungkapkan rasa bangga dan terhormat untuk melakukan sesuatu bagi tanah air mereka tercinta.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13416
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rismayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu sifat olahraga adalah kompetitif, yang dalam pencapaian prestasinya ditentukan oleh faktor fisik, teknis dan psikologis, seperti diungkapkan oleh Gunarsa (1989). Faktor fisik berhubungan dengan struktur morfologis dan antropometrik seseorang yang diaktualisasikan dalam prestasi. Faktor teknis berkaitan dengan keterampilan khusus yang dimiliki oleh atlet dan bisa berkembang untuk menghasilkan prestasi tertentu. Sedangkan faktor psikologis adalah struktur dan fungsi faktor psikis, baik karakteriologis, maupun kognitif yang bisa menunjang aktualisasi suatu potensi yang ada dan dilihat pada prestasi yang dicapai. Hal ini juga berlaku pada permainan ganda bulutangkis. Dalam penelitian ini hanya menekankan pada faktor psikologis pemain

Melihat bentuk permainannya, permainan ganda bulutangkis dapat dianggap sebagai suatu permainan kelompok, karena melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuannya, yaitu memenangkan suatu pertandingan. Dengan demikian dalam permainan ganda bulutangkis ini, tidak saja faktor psikologis individu pemain yang berperan, tetapi juga faktor psikologis kelompok, seperti kerjasama dan interaksi. Kerjasama lebih ditekankan pada faktor teknik permainan yang dijalankan oleh pemain ganda tersebut, sedangkan interaksi sangat diperlukan lebih dalam hubungannya dengan faktor psikologis para pemain ganda. Faktor interaksi interpersonal sangat besar pengaruhnya terhadap penampilan dan prestasi pemain ganda bulutangkis. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution (1997) didapatkan bahwa ketidakcocokan dalam hal interaksi interpersonal pasangan dapat menyebabkan stress yang pada akhirnya dapat mempengaruhi prestasi pemain ganda tersebut. Hal ini menyebabkan faktor psikologis dalam penentuan pasangan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan.

Dalam menggambarkan faktor teknis dan psikologis pemain ganda sering digunakan istilah kecocokan. Kecoookan teknik ditandai dengan kesamaan tipe permainan, sedangkan kecocokan psikologis ditandai dengan interaksi yang baik dari masing-masing pasangan. Kedua hal tersebut menjadi pertimbangan dalam menentukan pasangan dalam permainan ganda bulutangkis.

Dalam penelitian ini hanya menitikberatkan pada kecocokan psikologis saja, dan selanjutnya disebut sebagai kecocokan. Salah satu teori yang dapat menjelaskan kecocokan psikologis pemain ganda adalah teori yang dikemukakan oleh Schutz (1960), melalui teori hubungan interpersonal. Teori ini menjelaskan hubungan interpersonal yang didasarkan pada keyakinan akan pemuasan kebutuhan interpersonal dalam kelompok. Kebutuhan interpersonal yang dimaksud meliputi kebutuhan akan inklusi, kontrol dan afeksi.

Berdasarkan latarbelakang masalah yang telah disebutkan di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara kecocokan psikologis antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi? 2. Apakah terdapat hubungan antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan akan inklusi antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi? 3, Apakah terdapat hubungan antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan akan kontrol antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi? 4. Apakah terdapat hubungan antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan akan afeksi antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi?

Penelitian yang bersifat eksploratif ini dilakukan terhadap seluruh pemain ganda bulutangkis dengan jumlah 22 pasang, yang pada saat penelitian terdaftar di Pelatnas Cipayung Jakarta Timur. Pemain ganda tersebut terdiri dari pemain ganda putra (8 pasang), putri (8 pasang) dan campuran (6 pasang). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Fundamental Interpersonal Relations Orientation-Behavior atau FIRO-B untuk mengukur kecocokan psikologis antar pemain ganda bulutangkis, juga data prestasi yang dikeluarkan oleh IBF sejak November 1997 sampai April 1999.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan korelasi rank Kendall untuk menghitung korelasi antara kecocokan psikologis antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi, sedangkan untuk menghitung korelasi antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan akan inklusi, kontrol dan afeksi antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi digunakan teknik second order partial correlation dari Kendall.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kecocokan psikologis antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi 2. Terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan akan inklusi antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi 3. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan akan kontrol antar pemain ganda bulutangkis dengan prestasi 4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecocokan psikologis dalam kebutuhan akan afeksi antar pernain ganda bulutangkis dengan prestasi

Adapun saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah dengan ditemukannya korelasi antara kecocokan psikologis dengan prestasi, khususnya dalam kebutuhan akan inklusi dan kontrol, maka dalam penentuan pemain ganda bulutangkis, faktor kecocokan psikologis antar pemain ganda, khususnya dalam kebutuhan akan inldusi dan kontrol, Iayak untuk dipertimbangkan oleh pelatih bersama psikolog olahraga. Sedangkan agama, suku, latar belakang pendidikan dan tipe permainan yang merupakan data kontrol dalam penelitian ini ternyata tidak berpengaruh terhadap pencapaian prestasi pemain ganda bulutangkis. Selain itu bagi penelitian selanjutnya, perlu diadakan penelitian serupa dengan menggunakan pendekatan lain, seperti metode kualitatif sehingga faktor-faktor psikologis yang berperan dalam pemain ganda bulutangkis lebih tergali.
1999
S2750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library