"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh (1) minimnya penelitian yang bersifat empirik dan komprehensif menyangkut bahasa-bahasa daerah di Maluku; (2) bahasa Hatuhaha (BHT) termasuk bahasa daerah di Maluku yang masih digunakan dalam komunikasi sehari-hari oleh masyarakat Hatuhaha Amarima (HA) yang berdiam Pulau Haruku; (3) meskipun BHT masih digunakan secara vernakular, tetapi pergeseran ke bahasa Melayu Ambon (BMA), dan bahasa Indonesia (BI) sedang terjadi secara intensif terkait dengan faktor (a) kolonialisasi; (b) fragmentasi agama; (c) implementasi kebijakan yang kurang berpihak pada pelestarian dan pengembangan bahasa dan budaya daerah setempat; (d) kepentingan sosialisasi dan emasipasi nasional dalam berkompetisi di pasar kerja; (e) perkembangan dunia pendidikan formal; (f) kecenderungan generasi muda untuk menggunakan BMA dan BI dalam komunikasi sehari-hari. Di sisi lain, status BHT ditetapkan sebagai bahasa yang sekarat (moribund) di dalam Ethnologue: Languages of the World, yang berarti bahwa penutur BHT yang tersisa saat ini hanyalah generasi lanjut usia (GL) dan yang di atasnya. Mengacu pada latar belakang tersebut, permasalahan yang dikaji adalah vitalitas BHT yang diindikasikan melalui sikap dan penggunaan bahasa penutur BHT berdasarkan variabel agama, pendidikan, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei, dan ditriangulasikan dengan data observasi, wawancara mendalam, dan penelusuran dokumentasi. Selanjutnya, data-data kuesioner yang berhubungan dengan sikap dan penggunaan BHT dianalisis secara statistik dengan teknik Anova dan Chi kuadrat. Hasilnya memperlihatkan bahwa tingkat kebanggaan penutur terhadap BHT sangat tinggi, yang berarti sikap mereka sangat positif. Berbeda dengan tingkat kekerapan penggunaan BHT berada pada rentangan kuat sampai sangat lemah. Berdasarkan kondisi tersebut, status vitalitas BHT ditetapkan sebagai bahasa yang lemah karena transmisi antargenerasi yang terhambat menurut EGIDS. Status ini setara dengan skala terancam (threatened) yang artinya semua generasi masih menggunakan BHT dalam komunikasi sehari-hari, tetapi berangsur-angsur kehilangan penutur, terutama dari generasi muda (GM). Penetapan status BHT ini sekaligus merupakan koreksi bagi Ethnologue. Hambatan transmisi antargenerasi tersebut berkaitan antara lain dengan sakralisasi BHT, pengkhususan fungsi BHT, pendokumentasian BHT, pengajaran BHT di sekolah, kepentingan pendidikan dan kebutuhan pasar kerja, pelaksanaan dan pelestarian adat, pengamalan agama dan aktivitas religi, dan pengembangan peran dalam struktur HA.
The background of this study were (1) the limitation empiric and comprehensive research of traditional languages in Maluku; (2) Hatuhaha language (BHT) is included as regional language in Mollucas that has been using by Hatuhaha Amarima (HA) community of Haruku Island; (3) although BHT has till been using vernacularly yet, there is an intensive shift to Melayu Ambonese language (BMA) and Indonesian language (BI) due to some factors: (a) colonialization; (b) religion fragmentation; (c) the implementation of policies that was not support the regional language and culture in heritage in the development; (d) socialization and national emancipation in marketplace; (e) formal education development; (f) the tendency of young generation to use been BMA in their daily life. On the other side BHT has been determined as moribund in the Ethnologue: Languages of the World which means the speaker of BHT now a days are only the old generation (GM). Based on the back ground above, these studi of about the vitality of BHT that indicated by attitude and language use of BHT speakers based on religion, education, age, gender, and occupation. The data had been collected by survey and had been triangulated by observation, deep interview, and document analysis. The data from the questioner had been knowledge by Anova and Chi-Square. The results showed that the level of self esteem of BHT speakers which means the attitude was positive. The level of frequency in using BHT was in range strong to weak. Based on those conditions the BHT vitality was determine as a weak language since the transmission among generations was impeded according to EGIDS. The status equals to the threatened scale. It means all generations are still using BHT in daily life. However the speakers gradually decrease meanly in young generation. These determination is a correction to Ethnologue. The abstraction of among generations transmission was interconnected to the sacralization of BHT, especially function of BHT, BHT documentation, teaching BHT in school, education and marketplace, culture conservation, religion activities, and the role development in HA structure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017