Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Triwurjani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Triwurjani
"Penelitian mengenai arca-arca Bima di Jawa, sebagai pokok bahasan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan ikonografi arca Bima dan bagaimana latar belakang tokoh Bima yang diarcakan dalam bentuk arca batu untuk pemujaan. Arca Bima yang dijadikan obyek penelitian ini adalah berasal dari beberapa tempat dan di museum-museum di Pulau Jawa yang menyimpan/terdapat area-area tersebut. Pada arca-arca Bima tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui ikonografinya, dan analisa dilakukan untuk mengetahui latar belakang arca Bima dan peranannya bagi anggota masyarakat Jawa Kuno pada abad 14-15 Masehi. Hasilnya menunjukkan bahwa di Jawa pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima, yang dibuktikan dengan temuan arca Birna. Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri, umumnya yaitu berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phalusnya, mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang dan berkuku panjang (pancanaka).Penelitian mengenai arca-arca Bima di Jawa, sebagai po_kok bahasan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan ikonografi arca Bima dan bagaimana latar belakang tokoh Bima yang diarcakan dalam bentuk arca batu untuk pemujaan. Arca Bima yang dijadikan obyek penelitian ini adalah berasal dari beberapa tempat dan di museum-museum di Pulau Jawa yang menyimpan/terdapat area-area tersebut. Pada arca-_arca Bima tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui ikonografinya, dan analisa dilakukan untuk mengetahui latar belakang arca Bima dan peranannya bagi anggota masyarakat Jawa Kuno pada abad 14-15 Masehi. Hasilnya menunjukkan bahwa di Jawa pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima, yang dibuktikan dengan temuan arca Bima. Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri, umumnya yaitu berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phalusnya, mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang dan berkuku panjang (pancanaka)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Triwurjani
"Kajian ini mengungkapkan makna arca-arca megalitik yang terdapat di kawasan Pasemah, Sumatera Selatan. Persebarannya yang luas dan bentuknya yang khas menjadikan kawasan Pasemah sebagai suatu kelompok budaya tersendiri. Penggambaran arca Pasemah, tidak begitu natural tapi jelas menyiratkan individu manusia dengan komponen-komponen dasar seperti kepala, badan, tangan, kaki digambarkan jelas. Cara penggambarannya yang tidak harafiah, seperti mata melotot, hidung datar, mulutnya digambarkan bulat dan besar, seperti bentuk bibir tebal, memakai pakaian prajurit, memakai perhiasan, membawa pedang, menunggang gajah atau kerbau. Beberapa bentuk arca digambarkan tangan kanan lebih besar dari tangan kiri, atau jari tangan digambarkan lebih besar dari tangan, yang semuanya tidak harafiah melainkan mengarah ke simbolis. Proses deskripsi bentuk serta pemerian unsur dalam atribut dilakukan dengan menggunakan metode arkeologi dan proses pemaknaan dilakukan dengan metode semiotik.
Kajian ini menggunakan semiotik Roland Barthes, dimana dikembangkan aspek denotasi dan konotasi sebagai alat untuk membedah teks sebagai suatu fenomena budaya. Denotasi adalah pemaknaan yang terlihat dalam tanda apa adanya sebagai sistem primer sedangkan konotasi merupakan makna baru/khusus yang diberikan pemakai tanda sebagai sistem sekunder. Mitos nenek moyang sebagai ?divine power? adalah perilaku yang dipraktekkan bagi manusia yang masih hidup di dunia agar mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan baik di dunia dan di akhirat kelak.
Hasil kajian ini menunjukan bahwa bentuk-bentuk arca seperti arca manusia, hewan dan arca manusia dengan hewan merupakan gambaran suatu aktivitas dari suatu kelompok masyarakat yang semuanya memperlihatkan peran dari suatu figur yang ditokohkan, termasuk gambaran mengenai hal-hal yang disukai tokoh-tokoh tersebut ketika masih hidup di dunia. Gambaran orang yang sudah meninggal dalam bentuk arca-arca ini, secara tidak langsung merupakan gambaran aktivitas masyarakat Pasemah ketika masih hidup di dunia. Dengan demikian Kebudayaan Pasemah adalah suatu kebudayaan dimana kehidupan akhirat digambarkan di dunia.

This research reveals the meaning of megalithic statues found in the area of Pasemah, South Sumatera. Their extensive distribution and unique shapes have made Pasemah a distinct cultural group. The representation of Pasemah statues is not very natural, but indicates human individual(s) with basic components, such as head, body, hands and feet that are depicted clearly. Examples of their unnatural depictions are for instance bulging eyes, flat nose, round and big mouth with thick lips, as well as donning soldier?s outfit, wearing ornaments, carrying swords, riding an elephant or buffalo. Some statues that are depicted are right hand bigger than left one or fingers are depicted bigger than hand. Everything is not natural, but refers to symbolism. Process of describing form as well as giving elements in attributes were done using archaeological method, while the process of attaching meaning were carried out using semiotic method.
The research employed Roland Barthes? semiotic concept, in which aspects of denotation and connotation were developed to analyze text as cultural phenomenon. Denotation is a meaning that is seen in a sign as it is as a primary system, while connotation is a new/special meaning that is given by the user of sign as a secondary system. The myth of ancestor as a ?divine power? is behavior practiced by human beings in the world to achieve safety and well-being in the world and afterworld.
The research results reveal that the statue figures, like human figure, animal figure, and human with animal figure are representation of the community activities showing the roles of certain figures during his/her life in the world, including things he/she loved when he/she were still in the world. The representation of deceased people in the statues is indirectly a depiction of the activities of Pasemah communities when they were alive in the world. Therefore, the Pasemah culture is a culture which is the afterworld is depicted in the world."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2158
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Triwurjani
"Austronesian diaspora shows that around 60% of Austronesian-speaking people live in Indonesia. Among the locations with traces of Austronesian cultural remains is the information about the diaspora of Research reveals that the continuing megalithic tradition. The problem is: if megalithic culture was brought by migrants in which Austronesian period did the menhirs should be placed, the proto-historic or recent Austronesian; how is the dispersal pattern of the menhirs; and who were the bearers of the culture. Therefore we have to reveal the form and dispersal of the megalithic culture and Austronesian migration in Lima Puluh Koto Area. The aim of this research is revealing cultural history through the migrant's adaptation within the perspective of Austronesian diaspora. Thus information about the diaspora of the Austronesians and the ethnogenesis of Indoneisan nation can be recognized. Research reveals that the continuing megalithic tradition which is used the qualitative method and assumed base on archaeological remains at Lima Puluh Koto area is a distribution of menhirs, that forms clusters in accordance with nagari (state) at certain area, and they are dispersed up to the hilly area. Some of these menhirs have sacred function but there are also those with profane functions like marks of village, house yard, or street boundaries, as well as the marker of village or hamlet roads."
Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, 2016
930 ARKEO 36:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library