Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Hidajat
Djember Sumber Ilmu [t.th.]
R 403.03 Hid k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jajat Hidajat
"Tuberkulosis Paru (TB. Paru) merupakan masalah kesehatan masyarakat penting, WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya ada 581.000 kasus baru tuberkulosis dengan 140.000 kematian dan merupakan penyumbang ke tiga terbesar kasus tuberkulosis di dunia setelah India dan Cina.
Berdasarkan survei tahun 1979 - 1993 didapat prevalensi BTA (+) rata-rata 0,29%, terendah di Bali (0,08%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,79%). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan bahwa TB. Paru adalah penyebab kematian ketiga, sesudah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernapasan. Di Kabupaten Pontianak prevalensi TB. Paru BTA (+) tahun 1994 adalah 0,55 per 1000 penduduk. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai ketidakpatuhan berobat penderita TB. Paru BTA (+) di Kabupaten Pontianak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB. Paru BTA (+) di Kabupaten Pontianak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2000, disain penelitian adalah kasus kontrol dengan sampel penelitian adalah penderita TB. Paru berumur 14 tahun dengan BTA (+) yang bertempat tinggal di Kabupaten Pontianak pada tahun 1999 - 2000 dan mendapat pengobatan dengan OAT, baik kategori-1 maupun kategori-2; sedangkan jurnlah sampel yang diambil berjumlah 108 kasus dan 108 kontrol.
Hasil yang diperoleh, dari 459 penderita TB. Paru BTA (+) yang diobati yang dinyatakan sembuh 74,1%, pengobatan lengkap 21,3%, lalai berobat 0,9%, gagal 2% dan meninggal 1,7%. Hasil analisis univariat, dari 216 responden 64,35% jenis kelamin laki-laki dan 33,65% perempuan; umur terbanyak pada kelompok umur 34-43 tahun (31,02%), tingkat pendidikan terbanyak pendidikan rendah (66,2%) dan pekerjaan terbanyak petani/pedagang (60,19%). Pada analisis univariat, dari 14 variabel independen temyata hanya 12 variabel yang dianggap potensial sebagai faktor risiko (p<0,25), variabel yang dianggap sama untuk kedua kelompok (p>0,25) adalah variabel jenis kelamin dan pendidikan.
Hasil analisis multivariat dengan metode regresi logistik dari 12 variabel independen yang diambil sebagai model, ternyata hanya 5 variabel yang mempunyai hubungan bermakna secara statistik (p<0,05), yaitu tidak mengerti materi penyuluhan (OR=5,6 95% CI : 2,3 ; 13,8 dan p=0,000), tidak ada PMO (OR-16,2 95% CI : 4,7 ; 56,0 dan p4,1,000), pengetahuan tentang TB. Paru kurang (OR=31,9 95% CI : 11,3 ; 89,9 dan p=0,000), pelayanan tidak Iengkap (OR-7,0 95% CI : 1,3 ; 36,2 dan p 0,000) dan kelompok umur. Kelompok umur di klasifxkasikan ke dalam 6 kelompok dengan kelompok umur 64-73 tahun sebagai referensi; hasilnya adalah kelompok umur 14-23 tahun (OR-12,9 95% Cl : 1,5 ; 108,5 dan p 0,019), kelompok umur 24-33 tahun (OR-8,3 95% CI : 2.0 ; 68.6 dan p 4l.048), kelompok umur 34-43 tahun (OR-4,9 95% CI : 0,8 ; 32,2 dan p=0,095), kelompok umur 44-53 tahun (OR=11,0 95% CI : 1,5 ; 82,0 dan p--0,020) dan kelompok umur 54-63 tahun (OR-2,7 95% CI : 0,3 ; 20,9 dan p=0,348).
Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu faktor tidak mengerti materi penyuluhan, tidak ada PMO, pengetahuan kurang mengenai TB. Paru, pelayanan tidak lengkap, umur yang secara bersama-sama mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05) dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB. Paru BTA (+) di Kabupaten Pontianak tahun 1999-2000.
Selanjutnya dapat disarankan agar faktor penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan supaya lebih di intensifkan lagi, dilakukan pembinaan secara berkesinambungan terhadap PMO dan meningkatkan kemampuan pengelola program P2 TB Paru di Puskesmas. Selain itu juga juga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai ketidakpatuhan berobat, terutama terhadap faktor stigma masyarakat, ESO, PMO dan persepsi terhadap kemajuan pengobatan dengan suatu alat ukur atau instrurnen yang lebih baik.
Daftar Pustaka 46 : (1986 - 2000)

Pulmonary Tuberculosis (Pulmonary TB) is serious public health problem, WHO estimated about 140 thousands of TB deaths in Indonesia annually, and every year 483 thousands new TB Cases and contributed the 3 rd greatest number of TB cases in the world after India and China. Based on survey between 1979 - 1993, the prevalence of AFB (+) is about 0.29%, the lowest is in Bali (0.08%) and the highest is in East Nusa Tenggara (0.79%). The Household Health Survey (SIKRT) in 1995 mentioned that Pulmonary TB was the Std caused of death after Cardiovascular Diseases and Respiratory Diseases. In Pontianak Regency prevalence of Pulmonary TB in 1994 is 0.55% per 1000 people and there is no formal research result about incompliance treatment of pulmonary TB AFB (+) patient mentioned in area.
The objective of this research is to understand key factors associated with incompliance treatment of patients of Pulmonary TB AFB (+) in Pontianak Regency. Research was done in June 2000, by using case control design. Population sample are the Pulmonary TB patients in the age over 14 year old with AFB (+) who live in Pontianak Regency in 1999 - 2000 with anti-TB drugs treatment, not only the first category but also the second category. The sample size were 108 cases and 108 controls.
The results pre, from 459 Pulmonary TB treated patients AFB (+), 74.1% recovery, 21.3% completed treated, 0.9% defaulted, 2.0% failure and 1.7% dead. The univariate analysis results from 216 respondences 64.35% male and 35.65% female; 31.02% at age group of 34-43 years old, most of them have low education level (66.2%) and 60.19% stated as farmer/merchant. Based on univariate analysis, from 14 independent variables found that only 12 considered as potential risk factors (p<0,25), the variables considered as similar for two categories (p>0.25) are gender and education.
In logistic regression method using 12 independent variables in the model and incompliance toward treatment variable as dependent variable, there were only 5 independent variables that have significant relationship (p<0.05). The 5 variables were : the lack of understanding of health promotion materials (OR=5.6 95% CI : 2.3 ; 13.8 and p=0.000), the availability of overseer of the DOT (OR-I6.2 95% Cl : 4.7 ; 56.0 and p=0.000), the lack of knowledge of Pulmonary TB (OR=31.9 95% CI : 11.3 ; 89.9 and p=q.000), the incomplete of facilities service (OR-7.0 95% CI : 1,3 ; 36,2 and p=0,000) and the age groups. The age groups were classified into 6 groups; i.e. 14-23 year old, 24-33 year old, 3443 year old, 44-53 year old, 54-63 year old and 64-73 year old, The age group of 64-73 year old had become a reference for other groups. Each other groups was compared to reference (64-73 year old). The comparisons result in OR-12,9 95% CI : 1.5 ; 108.5 and p=0.019 (group of age 14-23 year old), OR=8.3 95% Cl : 2,0 ; 68.6 and p O.048 (group of age 24-33 year old), OR=4.9, 95% CI : 0.8 ; 32.2 and p=0.095 (group of age 34-43 year old), (OR-11.0 95% CI : 1,5 ; 82,0 and p=0,020 (group of age 44-53 year old) and OR=2.7 95% CI : 0.3 ; 20.9 and p=0.348 ( group of age 54-63 year old ).
The conclusion is that the lack of understanding of health promotion materials, the availability overseer of the DOT, the lack of knowledge of Pulmonary TB, the uncompleted of facilities service and the age group have significant relationships (p<0.05) with incompliance toward treatment among patients of Pulmonary TB AFB (}) in Pontianak Regency in 1999 - 2000. Furthermore, it is suggested to make health promotion from health staff more intensive, cultivate the overseer of DOT continuously and improve the capability of the organizer TB Program in health center (Puskesmas). Besides that, it needs to do further research on incompliance toward treatment, mainly on community stigma, drug side effect, efficacy of overseer of the DOT and the perceived treatment using a better indicator or instrument.
Reference : 46 (1986 - 2000)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjarif Hidajat
"ABSTRAK
Kemajuan pembangunan menyebabkan meningkatnya kegiatan industri termasuk industri . yang menggunakan timah hitam sebagai bahan baku, atau hasil produksinya. Salah satu industri yang menggunakan persenyawaan timah hitam untuk produksinya adalah industri refinery yang memakai " tetra etil lead" sebagai anti nok yang berkhasiat menambah bilangan oktan bahan bakar.
Dengan banyaknya kendaraan bermotor yang menggunakan. jalan dan bensin dipakai sebagai bahan bakar, timah hitam yang dilepaskan dari proses pembakaran dapat meaimbulkan pencemaran di udara. Udara yang mengandung timah hitam di lingkungan kerja dapat memajani tenaga kerja yang bekerja di tempat tersebut dan dapat menaikkan kadar timah hitam dalam tubuhnya.
Telah diteliti 83 orang petugas gerbang tol dengan kelompok masa kerja < 1 tahun, 5-6 tahun dan 10-11 tahun; mereka diperiksa kadar timah hitam darah dan urin. Nilai rata-rata kadar timah hitam darah menurut kelompok masa kerja tersebut berturut- turut adalah 265,5; 288,9 dan 302,0 µg/l . Nilai rata-rata kadar timah hitam urin menurut kelompok rnasa kerja tersebut berturut-turut adalah 199,1; 213,8 dan 225,1 µg/l. Walaupun memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan, kadar timah hitam darah maupun urin tidak menunjukkan peningkatan yang secara statistik bermakna (p > 0,05 ).
Nilai rata-rata kadar koporporfirin urin ketiga kelompok masa kerja tersebut berturut-turut 135,9; 149,6 dan 148,8 µg/l dan perbedaan ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05).
Prevalensi kadar timah hitam darah yang melebihi 240 µg/1 berturut - turut menurut kelompok masa kerja adalah 38,5 %; 57,7 % dan 64,5 % namun perbedaannya tidak bermakna.
Prevalensi kadar timah hitam urin yang melebihi 270 µg/l berturut - turut menurut kelompok masa kerja adalah 23,1 %; 30,8 % dan 32,3 % namun perbedaannya tidak bermakna.
Prevalensi kadar koproporfirin urin yang melebihi 200 µg/l berturut - turut menurut kelompok masa kerja adalah 11,5 %; 19,2 % clan 22,6 % namun perbedaannya tidak bermakna.
Gerbang tol adalah tempat kerja yang tiap harinya melintas berbagai jenis kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin, solar maupun gas. Kadar timah hitam di lingkungan kerja tergantung pada banyaknya kendaraan bermotor yang melintas, curah hujan dan aliran angin. Penelitian kadar timah hitam di udara lingkungan gerbang tol pada 6 gardu tol adalah berturut - turut sebagai berikut 2,5; 4,6; 5,5; 4,9; 5,2 dan 6,2 µg/m3.
Antara kadar timah hitam darah dan kadar timah hitam urin tidak didapatkan adanya korelasi ( r = 0,05 ). Begitu juga antara kadar timah hitam darah dengan kadar koproprorfirin urin tidak terdapat korelasi yang berarti (r = 0,02 ).

ABSTRACT
National development results in increased industrial activities of which there are industries using lead containing materials in the final product. Gasoline industries utilize lead compound additive, tetra ethyl lead to increase octane number of gasoline.
Most vehicles passing through the roads use gasoline for their fuel that contains lead and therefore cause air pollution. Lead in the air from this pollution may influence the health conditions of employees who work there by the increased lead contents in their bodies.
This research studied 83 persons who were toll gate employees divided into three working duration groups, namely less than 1 year, 5 to 6 years and 10 to 11 years. They were examined for lead contents in blood and urine and coproporphyirine concentrations in urine. The average values of lead contents in blood by working duration groups were 265.4, 288.9 and 3010 µg11. And the average values of lead contents in urine were 199.1, 213.8 and 225.1 µg/l. Although the figures showed increases in both lead in blood and urine but they were of no significant differences (p > 0.05 ).
The average values of coproporphyrine concentrations in urine of the three working duration groups were 135.9, 149.6 and 148.8 µg/l and the differences were not significant ( p > 0.05 ).
The prevalence?s of lead contents in blood of more than 240 µg/l by working duration groups were 38.5 %, 57.7 % and 64.5 % but no significant differences were found.
The prevalence?s of lead contents in urine of more than 270 µg/l by working duration groups were 23.1 %, 30.8 % and 32.3 % but no significant differences were found.
The prevalence?s of coproporphyrine concentrations in urine of more than 200 µg11 by working duration groups were 11.5 %. 19.2 % and 22.6 % but no significant differences were found.
The toll gates were the places where the employees worked. Many kinds of vehicles used gasoline, diesel fuel and gases as fuel for sources of energy. The contents of lead in the air depended on how many vehicles passed through as well as the quantity of rain and wind direction. The contents of lead in the air of six toll gates were 2.5, 4.5, 5.5, 4.9,5.2 and 6.2 µg/m3.
The lead contents in blood and those in urine had no correlation (r = 0.05 ). Similarly lead contents in blood and coproporphyrine concentrations in urine also had no correlation (r=0.02).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjarif Hidajat
"Dalam rangka mewujudkan penerimaan pajak yang optimal, diperlukan aparat perpajakan yang mampu dan handal dalam melaksanakan tugasnya serta kesadaran masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Seiring dengan reformasi di bidang perpajakan, dimana sistem yang diterapkan di Indonesia adalah sistem self assessment dengan kepatuhan sukarela (voluntary compliance) sebagai penyangganya, yaitu wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri semua kewajiban perpajakannya secara benar dan sesuai waktu yang ditentukan berdasarkan ketentuan perundangundangan perpajakan yang berlaku.
Untuk mendukung sistem self assessment ini, sebagai konsekuensinya Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban melaksanakan tugas penyuluhan secara intensif, menyelenggarakan tugas pelayanan perpajakan secara prima disertai tugas pengawasan atas pelaksanaan sistem ini dengan penerapan penegakkan hukum (law enforcement) secara adil (fair) dan konsisten.
Mengingat tingkat kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam rangka pencapaian penerimaan pajak, maka penelitian terhadap kinerja pelayanan perpajakan dilihat dari tingkat persepsi atau kepuasan wajib pajak perlu diketahui. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya (hubungannya) tingkat pelayanan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Penelitian dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo Barat dengan menggunakan sampel 100 Wajib Pajak Besar Tetap Badan, meliputi tahun pajak 2002 dan 2003. Metode penelitian yang digunakan melalui daftar pertanyaan (kuesioner) sebanyak 30 pertanyaan, dengan instrumen Servqual dari Zeithaml-Parasurahman-Berry sebagai indikator tingkat kepuasan wajib pajak melalui lima dimensi, yaitu: tangibles, reability, responsiveness, assurance, dan empathy.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat kualitas pelayanan dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak, walaupun ada sangat rendah sekali.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada Kantor Pelayanan Pajak Sidoarjo Barat untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan perpajakannya disertai dengan perhatian terhadap tingkat kesejahteraan sumber daya manusia yang melaksanakan tugas pelayanan, agar tercipta pelayanan yang prima, konsisten dan berkesinambungan.

In order to get an optimal tax revenue, there are needed a capable tax agencies who are able to perform their task and the taxpayer society to fulfill their tax duty. This is in conformity with the reformation in taxation in Indonesia, where the applied system is self assessment, supported by voluntary compliance, that is the taxpayers are being trusted to count, to pay and to report their tax obligations correctly and promptly in accordance with the current tax regulation.
As a consequence of supporting this self-assessment system, the Directorate General of Taxes has to give an intensive illumination, has to perform well in giving tax services, as well as to supervise the implementation of this system, along with the application of law enforcement consistently and in a fair way.
Considering that the obedience of taxpayers is one of the very important factors in order to reach the tax revenue, it is necessary to conduct the research to investigate the performance of tax agency in giving tax service. This research should be conducted to see the level of perception of the taxpayer?s satisfaction. It is meant to know the correlation between tax service given to taxpayers and their satisfaction in meeting their tax obligations.
The research has been conducted in The West Sidoarjo Tax Office, using 100 big permanent institution taxpayers as the sample, covering the tax year of 2002 - 2003. The method being used is questionnaire containing 30 questions. using the instrument of Servqual from Zeithaml-Prasurahman-Berry as indicator of the taxpayers satisfaction through 5 dimensions, that is: tangible, reability, responsiveness, assurance and empathy.
The research result shows that there is no positive and significance correlation between the service quality level and taxpayer's obedience level, although there is very low.
Based on the research result, it is suggested that The West Sidoarjo Tax Office improve and increase their taxation service quality as well as pay attention to the welfare level of human resources who do the service task, in order to create a good consistent and continuous service.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasuhi Hidajat
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi yang pesat telah menimbulkan suatu revoIusi yang
dampaknya bagi kehidupan umat manusia dapat disejajarkan dengan revolusi industri.
Revolusi informasi menyebabkan perubahan lingkungan pasar sehingga struktur dan hirarki
menjadi berubah sama sekali. Perubahan lingkungan pasar ini menuntut terjadinya perubahan
paradigma manajemen yang selanjutnya diikuti oleh tuntutan terhadap visi, misi, dan strategi
yang perlu diadaptasikan pada struktur, kultur, dan sistem manajemen yang baru pula.
Akibat teknologi informasi yang semakin canggih, konsumen menjadi semakin well
informed dan demanding sehingga mengubah lingkungan usaha dari seller?s market menjadi
buyer?s market dan menciptakan situasi persaingan yang semakin sengit. Kemajuan teknologi
informasi juga membawa arus globalisasi yang menghilangkan batas-batas antar negara. Dalam bidang perekonomian globalisasi diwujudkan dengan kesepakatan perdagangan bebas.
baik antar negara di tingkat regional, seperti AFTA, NAFTA, maupun di tingkat dunia dengan
adanya kesepakatan putaran Uruguay, GATT, lahirnya WTO, serta APEC. yang indonesia ak
tif di dalamnya.
Era perdagangan bebas yang disepakati akan diberlakukan secara efektif awal abad 21.
menuntut seluruh negara yang terlibat di dalamnya, termasuk Indonesia harus menyiapkan
diri untuk menghadapinya dengan jalan meningkatkan daya saingnya agar nantinya tidak se
kedar menjadi penonton dari pasar yang diserbu produk dari segala penjuru. Dibarengi tim
bulnya opini yang mempertanyakan keberadaan dan peran BUMN, seria kenyataan kinerja
yang kurang memuaskan, indonesia gencar melakukan revitalisasi BUMN-nya. Sebagai salah
satu antisipasi datangnya era perdagangan bebas. Kebijakan-kebijakan, antara lain berupa de
regulasi, debirokratisasi, korporatisasi, dan privatisasi banyak dikenakan kepada BUMN.
Bahkan terhadap BUMN yang merugi, pemerintah tidak segan-segan untuk melikuidasi atau
pun menyerahkan kepemilikannya kepada pihak swasta.
Perubahan Iingkungan usaha yang dipicu oleh kebijakan revitalisasi juga mulai
mengimbas ke PERTAMINA BUMN yang memiliki historis bernuansa politis, diberi hak
monopoli untuk mengusahakan minyak, gas, serta panas bumi di Indonesia mulai memperli
hatkan kecenderungan mengalami perubahan lingkungan usaha yang akan mengikis hak-hak
monopolinya. Menghadapi trend perubahan Iingkungan usaha yang demikian, PERTAMINA
mulal berbenah melalui berbagai restrukturisasi, yang diawali dengan restrukturisasi organi
sasi secara bertahap.
Menyukseskan restrukturisasi yang dilakukan oleh PERTAMINA, maka perusahaan
ini perlu mengawalinya dengan perombakan paradigma manajemennya yang diwujudkan oleh
pembentukan visi, misi, dan strategi dan di adaptasìkan dengan sruktur, kultur, dan sistem
manajemen, termasuk sistem pengendahan manajemennya yang kompatibel dengan ling
kungan usaha yang akan dihadapi di masa mendatang. Restrukturisasi yang bersifat spasmo
dic harus dihindari agar PERTAMINA tidak menanggung biaya mahal sebagaimana dialami
oleh umumnya perusahaan-perusahaan yang melakukan strukturisasi di dalam suasana
kepanikan. Untuk itu, restrukturisasi haruslah bersifat evolusioner dengan hasil yang revolu
sioner. Dengan kiat-kiat itulah, PERTAMINA akan dapat memiliki competitive advantage di
tingkat unit usaha, serta parenting advantage di tingkat korporat.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Utama Hidajat
"Peranan kredit perbankan dalam rangka pembiayaan pembangunan nasional semakin meningkat sejalan dengan perkembangan perekonomian. Untuk menjamin kepastian pengembalian kredit yang diberikan, diperlukan adanya suatu benda jaminan. Salah satu benda yang dapat dijadikan jaminan kredit adalah hak atas tanah beserta benda/bangunan yang berdiri di atasnya. Dengan telah terjadi unifikasi di bidang hukum jaminan khususnya dengan tanah maka pengikatan jaminan dapat dilakukan melalui lembaga hak tanggungan. Hal ini sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Pasal 51 UUPA maka terbentuk Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Pengikatan jaminan hak atas tanah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 adalah yang paling memiliki kepastian hukum. Akan tetapi pelaksanaan eksekusi hak tanggungan masih banyak mengalami kesulitan. Penetapan sita jaminan oleh pengadilan juga sangat merugikan pemegang hak tanggungan. Permasalahan dalam penulisan ini adalah tanggung jawab pihak kedua selaku pemberi hak tanggungan mengenai pelunasan utang. Kemudian perlindungan hukum terhadap pemegang hak tanggungan dan alasan putusan pengadilan juga akan dibahas.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan yang bersifat yuridis-normatif, yaitu suatu metode yang menitikberatkan penelitian terhadap segi-segi yuridis dengan menggunakan data kepustakaan sebagai penelitian data sekunder. Tanggung jawab pemberi hak tanggungan terhadap PT. Bank P dan PT. Bank PS sebagai pemegang hak tanggungan tetap ada pada pemberi hak tanggungan dan tidak beralih kepada PT. SA. Sebagai kreditor pemegang hak tanggungan, PT. Bank P dan PT. Bank PS lebih didahulukan dalam pelunasan utang-utangnya daripada kreditor-kreditor yang lain.
Eksekusi atas jaminan pelunasan utang yang diikat dengan hak tanggungan pun lebih mudah dilaksanakan karena disediakan beberapa cara dalam hal eksekusi hak tanggungan. Akta nomor 2 tanggal 17 Nopember 1999 disahkan oleh hakim karena dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak dan itikad baik, sehingga mengakibatkan perjanjian yang dibuat sesuai dengan syarat-syarat sahnya perjanjian berlaku dan menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Pertimbangan hakim yang lebih mengutamakan kedudukan kreditor pemegang Hak Tanggungan diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dalam Hak Tanggungan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raity Arief Hidajat
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia terus meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, dan juga bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Salah satu sumber energi listrik yang potensial berasal dari energi panas bumi, dimana Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di 331 lokasi dengan potensi sebesar 28.579 MW. Namun potensi panas bumi sebagian besar berada di kawasan konservasi seperti di kawasan Taman Nasional. Pengembangan dan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menurut Word Wildlife Fund (WWF), menyebabkan pembukaan lahan yang merusak struktur vegetasi dan mempengaruhi habitat satwa liar. Data dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak menunjukan adanya penuruan jumlah populasi macan tutul jawa dari 50 ekor pada tahun 2013 menjadi 40 ekor pada tahun 2018. Pengembangan PLTP banyak mendapat tantangan dari masyarakat sekitar mengenai kesempatan kerja dan berusaha yang belum mendapatkan perhatian. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai keberlanjutan PLTP dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial, dan menilai indeks keberlanjutannya. Lokasi penelitian adalah di PLTP Gunung Salak yang berada di dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian mixed method. Variabel penelitian ditetapkan melalui wawancara kepada para nara sumber ahli yang diolah dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Ada 7 variabel penelitian yang dijabarkan dari hasil pengolahan data dan analisa, yaitu: Kondisi tutupan lahan dalam kondisi yang baik dan tidak ada penurunan tutupan lahan sejak tahun 2003-2018, konservasi hutan dengan metode indeks Shannon Wiener berada dalam keanekaragaman sedang, konservasi satwa dengan metode camera trap menunjukan macan tutul jawa masih ada dan hidup di sekitar area PLTP dengan jumlah sekitar 10 ekor dengan indeks kelimpahan relatih 1,55% dan digolongkan dalam kategori rendah, pendapatan pekerja lokal melebihi dari survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sehingga layak memenuhi kebutuhan hidup, serapan tenaga kerja lokal telah mencapai 72% dari kapasitas tenaga kerja di PLTP dan berada dalam komposisi tenaga kerja lokal dan non lokal di beberapa daerah yang berkisar antara 60-75%, penyerapan produk masyarakat lokal oleh PLTP masih kurang, hal ini tidak sesuai dengan harapan masyarakat karena persyaratan higienitas dan keamanan pangan. Secara keseluruhan indeks keberlanjutan PLTP Gunung Salak mencapai 55% yang berarti berada pada kondisi cukup berkelanjutan.
......Electrical energy needs in Indonesia continues to increase rapidly along with economic growth, technological improvement, and also the increasing of population. One of the potential sources of electrical energy comes from geothermal, where Indonesia has a huge potential in 331 locations throughout Indonesia with a potential of 28,579 MW. However, most of the geothermal source location is in conservation areas such as in National Park areas. Development and operation of Geothermal Power Plants according to the Word Wildlife Fund (WWF), causing land clearing that resulting in damage of vegetation structures and affects wildlife habitats. Data from the Mount Halimun Salak National Park shows a decline in the population of Java leopard from 50 in 2013 to 40 in 2018. The development of Geothermal Power Plants has received many challenges from the surrounding community regarding employment and business opportunities that have yet to receive attention. And it is necessary to research the sustainability of geothermal power plants from environmental, economic and social aspects, and assessing the sustainability index. The research location is Gunung Salak Geothermal Power Plant which is located inside the Mount Halimun Salak National Park (TNGHS) with a quantitative approach and mixed method research. Research variable is determined through interviews to expert resource persons which are processed by Analytical Hierarchy Process (AHP). There are 7 research variables which is described from the results of data processing and analysis, namely: Land cover conditions are in good condition and there has been no decrease in land cover since 2003-2018, forest conservation using the Shannon Wiener index method are in moderate diversity, animal conservation using the camera trap method shows that Javan leopards still exist and live around the area of ​​the Power Plant with around 10 heads and classified in the low category with a relative abundance index of 1.55%, the income of local workers exceeds the survey of the Need for Decent Living (KHL) so that it is feasible to meet the needs of life, the absorption of local labor has achieved 72% of the workforce capacity at the Power Plant and are in the composition of the local and non-local workforce in several regions ranging from 60-75%, the absorption of local community products by the Power Plant is still lacking, this not according to community's expectations because of the hygiene and food safety requirements. Overall the sustainability index of the Gunung Salak Geothermal Power Plant reaches 55% which means it is in a fairly sustainable condition."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gumelar Hidajat
"Saat ini industri bongkar muat di Indonesia khususnya di daerah DKI Jakarta telah berada dalam tingkat persaingan yang cukup tinggi. PT Prima Nur Panuijwan sebagai perusahaan bongkar muat yang cukup besar dan bergerak dalam industri ini pun tidak luput dari situasi seperti ini. Tesis ini memiliki tujuan untuk membantu PT Prima Nur Panuijwan menyusun strategi pemasaran yang tepat serta membuat rencana implementasi dari strategi tersebut Konsep Pemasaran Business-to-Business (B2B) dan konsep Relationship Marketing digimakan sebagai alat implementasi strategi pemasaran yang telah ditentukan. Selain itu dalam tesis ini juga disertakan berbagai rencana dan tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam mengimplementasikan strategi pemasaran secara efektif.
......Currently, loading and unloading industry in Indonesia, particularly in DKI Jakarta is facing a significant level of competition. PT Prima Nur Panuijwan as a well established company in this business also faced this kind of situation. The purpose of this thesis is to assist PT Prima Nur Panuijwan in formulating and creating implementation plan of marketing strategy. The concepts of Business-to Business Marketing (B2B Marketing) and Relationship Marketing are used as implementation tools to implement marketing strategy. In addition, this thesis also provides various action plans that can be done by the company in order to effectively implement marketing strategy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T27205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melita Hidajat
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui segmen pasar dati Unit Rawat Jalan Runtah Sakit Bersalin Juwita, yang terletak di Jl. M. Informasi segmentasi yang diperoleh dari penelitian ini digunakan sebagai strategi pemasaran dalam rangka meningkatkan angka kunjungan Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Bersalin Juwita Bekasi. Penelitian ini merupakan penelitian survey non eksperimental yang menggunakan metode kuantitatif populasl dati penelitian ini adalah pasien unit Rawat Jalan Rumah Sakit Bersalin Juwita. Jumlah sampel herdasarkan rumus Slovin adalah 97 responden. Data yang terkumpul dati data rekum medis yang diambil seeara random sebanyak II0 responden. Data diolah dengan analisis univariat.
Dari hasil analisis pasar pelanggan dalam penentuan segmentasl pasar yang dilakukan pada pelanggan eksternal khususnya unit Rawat Jalan RSB Juwita Bekasi maka kelompok yang paling potensial adalah kelompok pertama yaitu wanita dengan usia 20-30 tahun yang tinggal pada jarak 5-10 km dengan waktu tempuh 15-30 menit dengan pekerjaan karyawan swasta dan tingkat pendidikan sarjana. Segmen ini merupu!tan segmen yang potensial karena merupakan kelompok yang terbanyak jarak tempat tinggal 5-10 km merupakan jarak yang terdekat karena disekitar rumah sakit banyak terdapat perkantoran dan fasilitas mum sedangkan untuk pemukiman terletak pada jarak lebib dari 5 km untuk tingkat pendidikan saljana adalab merupakan kelompok yang memptmyal tingkat kesadaran yang tinggi untuk kesehatan. Untuk meningkatkan angka ktmjungan, sebalknya kita melibat trend yang ada dimasyarakat yaltu dengan mengaktitkan poli kosmetik & akupuntur khusus untuk pemwatan ibu hamil dan setelab melabirkan yang dikemas dalam paket bemat. Selaln itu juga melakukan promosi ke masyamkat serta menjalin kerjasarna dengan perusabaan-perusabaan.
......The goal of the Research is to know the market segmentation of the Ambulatory services of Maternal Hospital Juwita, that located in 78, Hasibuan Street East Bekasi, West Java. The result of the segmentation information research to be used as a marketing strategy in term of improving the visitors of the ambulatory unit of the Maternal Hospital Juwita in Bekasi. The research is a survey research non experimental. using the quantitative population of the ombulatory patients of the maternal Hospital Juwita. The number of the sample based on the slaving rule are 97 respondent. The data of the medical record wbieb collected with random system is 110. the data will be analysed with the univariat aoalisys.
From the customers analysis market to determine the market segmentation, done by the external customers especially of the Ambulatory unit of the Maternal Hospital Juwita Bekasi, we find out that the must potential group is the first group, consists of the women with 20-30 years of age, hiving with a distance between 5 to 10 km with time consumes journey between 15 to 3 minutes. Most of them are private employes with a graduated degree, we find out that the business area and public facilities closed to the Maternal Hospital. They are concerned about their health condition. To improve the visitors, we suggest to considera the trend and issue in the community in term to offer the cosmetic Policlinic and the accupunture services for the pregnant women and after birth care which customised in a reasonable price. The promotion activity to the community and to the companies are important."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21063
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Hidajat
1975
S2078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>