Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Safira Salsabila
"
ABSTRACTSelain untuk aktivitas berjalan dan berkendara yang menjadi aktivitas utama, jalanan di Kampung Pondok Cina digunakan oleh anak-anak untuk aktivitas bermain. Penempatan aktivitas bermain yang sebenarnya tidak sesuai dengan fungsi ruang memiliki penyebab dan akibat yang berdampak terhadap aktivitas bermain itu sendiri dan aktivitas utama di ruang jalan. Dalam mencari penyebab dan akibat dari aktivitas bermain yang ada di ruang jalan, pengamatan dilakukan terhadap aktivitas bermain sepak bola, aktivitas bermain benteng, aktivitas utama di ruang yang ditempati, dan elemen yang ada di ruang yang ditempatinya. Penelaahan dilakukan dengan menggunakan 2 teori utama yaitu affordances dari Gibson 1986 dan teori konflik dari Lehtovuori 2009 . Hasilnya ditemukan bahwa suatu elemen yang ada di ruang memiliki banyak affordances sekunder selain affordances utama, sehingga menyebabkan terjadinya aktivitas di luar aktivitas utama. Affordances juga mengubah mekanisme dalam aktivitas bermain sepak bola dan aktivitas bermain benteng yang sebenarnya memiliki mekanisme tetap. Hasil lain yang ditemukan adalah aktivitas utama dan aktivitas bermain yang berada di ruang yang sama dalam satu waktu menyebabkan konflik. Namun semua aktivitas tetap dapat berjalan berdampingan karena adanya adaptasi yang dilakukan semua aktivitas yang terlibat.
ABSTRACTIn addition to the walking and driving activities that became the main activity, the streets of Kampung Pondok Cina were used by children for play activities. The placement of actual play activities that incompatible with the function of space has a cause and an effect that affects the play activity itself and the main activity in the street. To searching the causes and the effects of play activities in the streets, observation has done to the activities of playing soccer, the activity of playing the castle, the main activity in the occupied space, and the elements in the space itself. The study was conducted using two main theories of affordances from Gibson 1986 and theory of conflict from Lehtovuori 2009 . The result found that an element in space has many secondary affordances besides main affordances, that lead to activities outside the main activity. Affordances also altered the mechanisms in football playing and fort play activities that actually have a fixed mechanism. Other results that I found is the main activities and the play activities that were in the same room at one time caused the conflict. But all activities continued to work side by side because of the adaptation of all the activities involved."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Safira Salsabila
"Kepadatan Kota Depok menyebabkan anak tidak bisa mendapatkan ruang bermainnya sehingga memicu terjadinya pergeseran ruang bermain anak ke Taman Pemakaman Kampung Mampangan Kota Depok. Tujuan dari penelitian ini untuk (i) menganalisis tata kelola pemanfaatan taman pemakaman, (ii) menganalisis strategi meruang dalam aktivitas bermain, dan (iii) menyimpulkan model tata kelola pemanfaatan ruang bermain di taman pemakaman. Teori tata kelola polycentric menjadi landasan teori karena taman pemakaman merupakan common-pool recources yang digunakan dan dikelola secara bersama oleh masyarakat. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan melakukan coding dan pemetaan untuk pengolahan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi modifikasi tata kelola masyarakat ketika anak dapat melakukan strategi meruang di dalam tata kelola. Temuan juga menunjukkan adanya kekurangan pada model tata kelola polycentric Ostrom yang sebelumnya tidak menyertakan syarat agar tata kelola polycentric dapat berjalan secara berkelanjutan. Syarat tersebut yaitu harus terdapat pemimpin, kepentingan bersama, mekanisme kesepakatan yang fleksibel, kepercayaan yang tinggi, mekanisme penyelesaian konflik dengan memperhatikan kebutuhan, dan hanya dapat dijalankan di dalam komunitas yang kecil. Jika ingin diterapkan pada skala yang besar, diperlukan peran dari pihak di luar komunitas yang dapat menjadi perantara untuk menghubungkan antara komunitas satu dengan komunitas lainnya. Penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam merencanakan kota yang inklusif bagi setiap orang.
The density of Depok City causes children to not be able to get their playground, thus triggering a shift in the children's playground to the Mampangan Village Cemetery, Depok City. The purpose of this study is to (i) analyze the governance of the utilization of the cemetery, (ii) analyze the spatial strategy in play activities, and (iii) conclude the governance model for the use of the play space in the cemetery. The theory of polycentric governance becomes the theoretical basis because the cemetery is a common-pool resource that is used and managed jointly by the community. The research uses qualitative methods by doing coding and mapping for data processing. The results show that there is a modification of community governance when children can carry out spatial strategies in governance. The findings also show that there are deficiencies in Ostrom's polycentric governance model, which previously did not include requirements for polycentric governance to run in a sustainable manner. These conditions are that there must be a leader, common interests, flexible agreement mechanisms, high trust, conflict resolution mechanisms that take into account needs and can only be carried out in small communities. If to apply it on a large scale, you need the role of parties outside the community who can act as intermediaries to connect one community to another. The research is expected to be an input for the government in planning an inclusive city for everyone."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library