Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saila Salsabila
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang memiliki durasi pengobatan lama dan harus selalu dipantau kepatuhan konsumsi obatnya. Kesalahan dalam pengobatan sering terjadi pada terapi pasien antituberkulosis terutama pada kesalahan dosis. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan seorang Apoteker agar kesalahan dalam pengobatan dapat dihindari ialah dengan melakukan pelayanan farmasi klinik berupa pengkajian resep. Analisis dilakukan dengan metode kualitatif berdasarkan literatur dan bersifat observasional dengan pengambilan sampel secara retrospektif. Sampel ialah pasien Apotek Roxy Ciledug dengan resep obat antituberkulosis yang tercantum lebih dari satu (2-3 kombinasi obat) dengan aturan pakai yang tertera dengan jelas periode Juli 2022. Hasil pengkajian resep menunjukkan bahwa aspek farmasetik resep tercantum dengan lengkap namun aspek klinis masih membutuhkan data berat badan untuk analisis dosis OAT yang lebih akurat. Selanjutnya diketahui bahwa pasien tergolong dalam pengobatan TB tahap intensif kategori 1 tanpa konsumsi Pirazinamid. Hal ini mungkin terjadi akibat efek samping Pirazinamid pada pasien yaitu sifat hepatotoksik atau adanya kondisi khusus pada pasien seperti pascabedah atau faktor khusus lainnya.

Tuberculosis is a disease that has a long treatment duration and its compliance must be monitored. Medication errors often occur in antituberculosis patient therapy, especially dosage errors. Preventive measures that an apothecary can take so that the medication errors can be avoided are by carrying out clinical pharmacy services in the form of reviewing prescriptions. The analysis was carried out using qualitative methods based on literature and was observational with retrospective sampling. The sample is Roxy Ciledug Pharmacy patients with more than one prescription for anti-tuberculosis drugs (2-3 drug combinations) with clearly stated usage instructions for the period July 2022. The results of the prescription review show that the pharmaceutical aspect of the prescription is listed completely but the clinical aspect still requires data body weight for a more accurate OAT dose analysis. Furthermore, it was discovered that the patient was classified as being in the intensive stage of TB treatment category 1 without consuming pyrazinamide. This may occur due to side effects of pyrazinamide in patients, namely hepatotoxic properties or the presence of special conditions in patients such as post-surgery or other special factors."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Salsabila
"FORNAS disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam menjamin aksesibilitas obat yang berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dalam sistem JKN. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 atas kesesuaian penggunaan FORNAS di fasilitas kesehatan memberikan hasil berupa kesesuaian penggunaan FORNAS pada FKTP di Dinkes Kabupaten/Kota sebesar ±70,77%. Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan sebagai salah satu bagian dari FKTP juga memerlukan adanya pemantauan untuk mengetahui apakah obat-obatan yang digunakan telah memasuki standar ketetapan nasional atau sekiranya dibutuhkan perbaikan yang lebih mendalam dalam pemilihan dan perencanaan obatnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data berupa daftar konsumsi obat Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Tahun 2021 yang selanjutnya diklasifikasi berdasarkan obat yang ada di e-FORNAS dan obat yang diluar e-FORNAS. Persentase penggunaan obat dihitung dengan rumus: total pemakaian obat dikali kekuatan obat dalam gram dibagi ddd. Hasil perhitungan dan klasifikasi menunjukkan otal penggunaan 5 kelas terapi obat-obat diluar FORNAS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Tahun 2021 sebesar 2,94% dan persentase kesesuaian penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dengan FORNAS pada tahun 2021 sebesar 97,04% tergolong dalam pengobatan yang rasional dan sangat baik karna telah melebihi target kesesuaian yang ditetapkan pemerintah dalam peraturan Direktorat Pelayanan Farmasi yaitu sebesar 70%.

FORNAS was prepared with the aim of becoming a reference for health service facilities in ensuring the accessibility of efficacy, quality, safety and affordable medicines in the JKN system. The results of monitoring carried out by the Directorate of Pharmaceutical Services of the Ministry of Health in 2015 regarding the suitability of using FORNAS in health facilities gave results in the form of suitability for using FORNAS in FKTP in Regency/City Health Offices of ±70.77%. The Grogol Petamburan District Health Center as a part of the FKTP also requires monitoring to find out whether the medicines used have met national standards or whether deeper improvements are needed in the selection and planning of medicines. The research was carried out using data in the form of a list of drug consumption at the Grogol Petamburan District Health Center for 2021, which was then classified based on drugs in e-FORNAS and drugs outside e-FORNAS. The percentage of drug use is calculated using the formula: total drug use multiplied by drug strength in grams divided by ddd. The results of calculations and classification show that the total use of 5 classes of drug therapy outside FORNAS at the Grogol Petamburan District Health Center in 2021 was 2.94% and the percentage of conformity between drug use at the Grogol Petamburan District Health Center with FORNAS in 2021 was 97.04%, which is classified as rational and very good because it has exceeded the suitability target set by the government in the regulations of the Directorate of Pharmaceutical Services which is 70%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Salsabila
"PT. Indofarma Tbk sebagai salah satu industri produsen produk obat di Indonesia pada hal ini mengembangkan ide dan gagasannya dengan membuat sediaan produk suplemen zat besi untuk anak-anak dalam bentuk sediaan drop. Pada pengembangan formula sediaan yang dibuat ditemukan masih adanya kendala pada kelarutan zat aktif sediaan yang digunakan yaitu Sodium Feredetate. Hal ini mendorong adanya studi literatur lebih jauh serta pengembangan formula yang dilakukan untuk mencapai hasil formula sediaan drop suplemen zat besi yang stabil dan memenuhi standar spesifikasi. Metode penelitian dibagi 3 tahap yaitu studi literatur, pembuatan dan trial formula skala laboratorium, evaluasi sediaan berupa pengamatan stabilitas fisik sediaan setelah 24 jam. Hasil percobaan menunjukkan kelarutan zat aktif Sodium Feredetate dalam formula sediaan drop suplemen zat besi masih belum dapat diatasi dimana dengan penambahan konsentrasi asam sitrat dalam rancangan formula belum mampu mengatasi masalah kelarutan dalam rancangan formula sediaan. Asam askorbat berpengaruh membantu zat aktif sodium feredetate dalam formula sediaan terlarut, namun kestabilan fisiknya tidak terpenuhi. Tween 80 sebagai surfaktan dalan formula uji tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil sediaan yang didapat. Modifikasi prosedur pengerjaan berupa pemanasan suhu 50-60°C mampu membantu zat aktif larut, namun stabilitas fisiknya tidak terjaga saat penyimpanan ± 24 jam. Pada rentang suhu 70-80°C sediaan mengental dan menimbulkan endapan baru.

PT. Indofarma Tbk, as one of the industrial drug product manufacturers in Indonesia, is developing its ideas and thoughts by making iron supplement products for children in drop form. In the development of the formulation of the preparation made, it was found that there were still problems with the solubility of the active substance of the preparation used, namely Sodium Feredetate. This prompted further literature studies and formula development to achieve stable iron supplement drop formulas that met specification standards. The research method was divided into 3 stages: literature study, preparation & trial of a laboratory scale formula and evaluation of the preparation in the form of observing the physical stability of the preparation after 24 hours. The experimental results showed that the solubility of the active substance Sodium Feredetate in the iron supplement drop preparation formula still could not be resolved, whereas adding the concentration of citric acid in the formula design was not able to overcome the solubility problem in the preparation formula design. Ascorbic acid has a helpful effect on the active substance sodium feredetate in the soluble preparation formula, but its physical stability is not met. Tween 80 as a surfactant in the test formula did not have a significant effect on the results obtained. Modification of the working procedure in the form of heating to a temperature of 50-60°C can help the active substance dissolve, but its physical stability is not maintained when stored for ± 24 hours. In the temperature range of 70-80°C the preparation thickens and creates new sediment."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Salsabila
"Sebagai salah satu cabang Pedagang Besar Farmasi di Indonesia yang menyalurkan obat dan alat kesehatan, KFTD Tangerang harus selalu menerapkan prinsip K3 dalam kegiatan distribusi obat untuk menjamin terciptanya lingkungan kerja yang aman. Prohibition Sign atau rambu larangan adalah salah satu jenis rambu yang perlu dan wajib tersedia di gudang maupun kantor PBF sebagai upaya PBF dalam memenuhi prinsip K3. Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF melakukan identifkasi rambu larangan serta penerapan K3 di KFTD Cabang Tangerang dibutuhkan agar pengendalian serta penyimpanan obat dan BMHP dapat terjaga dengan baik. Penelitian dilakukan melalui wawancara dengan petugas gudang serta apoteker penanggung jawab PBF KFTD Tangerang serta observasi langsung lalu dilakukan perbandingan antara hasil yang ada di lapangan dengan standar K3 yang berlaku. Dari hasil pengamatan, pemasangan rambu Prohibition Sign di KFTD Tangerang masih kurang lengkap sehingga perlu dilakukan pemasangan rambu-rambu yang belum ada namun risiko bahaya yang mungkin terjadi masih termasuk dalam tingkat bahaya rendah sehingga dapat ditoleransi. Hambatan-hambatan pelaksanaan K3 yang teridentifikasi dan belum terlaksana menyeluruh juga masih bisa diatasi dengan sosialisasi petugas dan pengadaan fasilitas-fasilitas yang belum tersedia.

As one of the branches of Pharmaceutical Distributor in Indonesia that distributes medicines and medical devices, KFTD Tangerang must always apply OHS principles in medicine distribution activities to ensure the creation of a safe work environment. Prohibition Signs is one of the sign that is necessary and must be available in PBF warehouses and offices as PBF's efforts to fulfill K3 principles. Apothecary as the person in charge at PBF need to identify prohibitory signs and implement OHS at KFTD Tangerang Branch so that control and storage of medicines and BMHP could be maintained properly. The research was carried out through interviews with warehouse staff and the apothecary in charge of PBF KFTD Tangerang as well as direct observation and then a comparison was made between the results in the field and the applicable OHS standards. From the results of observations, the installation of Prohibition Signs at KFTD Tangerang is still incomplete so it is necessary to install signs that do not yet exist, but the risk of danger that may occur is still included in the low danger level so it can be tolerated. Obstacles to the implementation of K3 that have been identified and have not been implemented comprehensively could still be overcome by socializing officers and providing facilities that are not yet available."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Salsabila
"Identifikasi mengenai pemilihan Cefazolin sebagai antibiotik profilaksis pasien bedah ortopedi yang diterapkan di RSUD Tarakan Jakarta penting dilakukan untuk mengetahui pemberian antibiotik profilaksis yang telah diterapkan merupakan pilihan yang tepat atau terdapat alternatif antibiotik lain yang lebih baik dibandingkan Cefazolin jika dilihat dari tatalaksana umum yang berlaku. Perbandingan antara penerapan yang telah dilakukan RSUD Tarakan Jakarta dengan tatalaksana yang berlaku dilakukan agar apoteker dapat memahami alur pemberian antibiotik profilaksis yang tepat pada pasien bedah ortopedi. Pengamatan dilakukan secara retrospektif pada salah satu pasien di Gedung A lantai 4 unit OK Sentral lalu dilanjutkan saat pasien telah pindah kembali ke ruang rawat inap di Gedung A lantai 1 unit IGD RSUD Tarakan Jakarta. Kajian ini menggunakan data sekunder berupa daftar pemakaian obat pasien. Hasil pengamatan yang diperoleh diketahui bahwa penggunaan antibiotik profilaksis Cefazolin dari hasil observasi tanggal 22 Juni 2022 di unit OK Sentral RSUD Tarakan Jakarta pada pasien Ny. Y dengan diagnosis fraktur femur merupakan pilihan yang tepat. Hal ini dilihat dari perbandingannya dengan tatalaksana yang tercantum dalam ASHP. Selanjutnya, waktu pemberian antibiotik profilaksis Cefazolin 30-60 menit sebelum operasi dan dosis pemberian antibiotik profilaksis Cefazolin sebesar 2 gram pada pasien bedah ortopedi Ny. Y yaitu di RSUD Tarakan Jakarta telah sesuai dan tidak bertentangan dengan tatalaksana ASHP dimana untuk operasi bedah ortopedi diberikan Cefazolin dosis 2-3 gram untuk pasien dewasa dan waktu pemberian <60 menit sebelum operasi.

Identification regarding the choice of Cefazolin as a prophylactic antibiotic for orthopedic surgery patients applied at the Tarakan Hospital Jakarta, is important to determine whether the prophylactic antibiotic that has been applied is the right choice or there are other antibiotic alternatives that are better than Cefazolin if seen from the general guideline that applied. A comparison between the implementation carried out by the Tarakan District Hospital in Jakarta and the existing guideline was carried out so that apothecary could understand the appropriate way of administering prophylactic antibiotics to orthopedic surgery patients. Observations were carried out retrospectively on one of the patients in Building A, 4th floor, OK Sentral unit, then continued when the patient had moved back to the inpatient room in Building A, 1st floor, ER unit, Tarakan Hospital Jakarta. This study uses secondary data in the form of a list of patient medication use. The results of the observations obtained revealed that the use of the prophylactic antibiotic Cefazolin from the results of observations on June 22 2022 in the Central OK unit of the Tarakan Regional Hospital, Jakarta in the patient Mrs. Y with a diagnosis of femur fracture is the right choice. This can be seen from the comparison with the management listed in ASHP. Furthermore, the time for giving Cefazolin prophylactic antibiotics is 30-60 minutes before surgery and the dose of Cefazolin prophylactic antibiotics is 2 grams for orthopedic surgery patients, Mrs. Y at Tarakan Regional Hospital Jakarta is appropriate and does not conflict with ASHP guidelines where for orthopedic surgery, a dose of 2-3 grams of Cefazolin is given for adult patients and the administration time is <60 minutes before surgery"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library