Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salafi Nugrahani
Abstrak :
Kemacetan merupakan masalah yang terjadi di kota-kota besar. Berbagai kebijakan dilakukan untuk mengatasi kemacetan seperti pembatasan penggunaan kendaraan pribadi melalui kebijakan ganjil genap dan pengenaan biaya pada pengguna kendaraan pribadi pada ruas jalan tertentu (road pricing). Kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi tanpa memberikan alternatif solusi bagi mobilitas individu tentunya kemudian menjadi tidak relevan. Oleh karenanya, pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa penyediaan berbagai moda transportasi publik untuk menjawab kebutuhan alternatif solusi tersebut. Namun demikian, keberadaan suatu moda transportasi publik akan memiliki dampak terhadap moda transportasi lainnya. Penelitian ini menguji dampak tersebut melalui analisis hubungan keberadaan moda transportasi baru berupa MRT terhadap moda Transjakarta yang telah beroperasi jauh sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga berusaha melihat hubungan komplementer ketika terjadi kenaikan harga tiket MRT terhadap penurunan jumlah penumpang melalui pendekatan elastisitas harga silang. Pengujian tersebut dilakukan dengan metode regresi model fixed effect menggunakan data harian jumlah penumpang Transjakarta pada level halte, di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menemukan bahwa keberadaan MRT behubungan dengan peningkatan jumlah penumpang Transjakarta pada radius 250 meter terhadap stasiun MRT, sebesar 36.5%. Namun, penelitian ini belum menemukan cukup bukti adanya hubungan komplementer terkait kenaikan harga tiket MRT terhadap penurunan jumlah penumpang Transjakarta.
Congestion is a problem that is occuring in big cities. Different policies are implemented to alleviate congestion, such as limits on the use of private vehicles through even odd policy and the introduction of charges on drivers of private vehicles on certain highways (road pricing). It is clear that that the policy of limiting the use of private vehicles without offering alternative mobility solutions become less relevant. Therefore, the government has issued a policy to provide varioues public transport to meet the needs of alternative solutions. Nevertheless, the existence of a mode of public transport can affect other modes. This research investigates these impacts by exploring the introduction of MRT as a new transport mode to a long-standing Transjakarta. In addition, this research also aims to see the complementary relationship between PT MRTs ticket rises to a decrease in the number of Transjakarta passengers through a cross-price elasticity approach. Using the fixed effect model regression, the test was carried out using a daily data on the number of Transjakarta passengers at the bus stop level in DKI Jakarta Province. This study found that the existence of MRT was associated with a 36.5 percent increase in the number of Transjakarta passengers to the MRT station at a distance of 250 metres. Nonetheless, this research did not find sufficient evidence of a complementary relationship in terms of the rise in MRT ticket prices to a decrease in the number of Transjakarta passengers.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salafi Nugrahani
Abstrak :
Stres kerja saat ini merupakan suatu masalah yang terjadi di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menganggap stres kerja sebagai "penyakit abad dua puluhan" mengindikasikan bahwa stres kerja menjadi lebih banyak di hampir setiap pekerjaan di seluruh dunia dan telah menjadi "epidemi global"(Greenberg, 2002). Lebih jauh, hasil sebuah survei di Eropa menyimpulkan bahwa stres kerja merupakan sebuah masalah yang terjadi di seluruh dunia, satu hal yang perlu perhatian langsung dan perlu "diringankan". Artinya, stres kerja adalah sebuah masalah yang terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh setiap individu, hanya saja terdapat perbedaan dalam mempersepsikan stressor sehingga tingkat stres kerja yang dialami berbeda-beda bagi tiap individu. Selain itu, stres kerja lebih banyak terjadi pada para pekerja blue collar (mulai dari supervisor ke bawah yaitu sampai karyawan pelaksana) dan tingkat penyakit yang timbul juga lebih berat. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya penggunaan alat dan bahan produksi oleh pekerja sehingga lebih sering terpapar oleh agen fisik dan kimia berbahaya (Heerdjan, 1990 dalam Putri 1997). Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan pada para pekerja pabrik PT Gunze Indonesia sebagai salah satu kelompok pekerja yang termasuk kategori blue collar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja pada pekerja PT Gunze Indonesia. Penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2008 dengan desain studi cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah para pekerja bagian operasional PT Gunze Indonesia dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 100 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian sebagian besar responden mengalami stres sedang, yakni sebesar 63% dari total responden, diikuti dengan responden yang mengalami stres berat sebanyak 21% dari total responden sedangkan selebihnya atau 16% dari responden mengalami stres ringan. Faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat stres kerja adalah beban kerja kuantitatif, shift (kerja gilir), rutinitas kerja yang monoton,temperatur, kebisingan, sosial dari supervisor, gaji, serta kepuasan terhadap penyeliaan/pengawasan. Variabel-variabel stressor yang berhubungan (memiliki p value <0,05) dengan tingkat stres kerja, memiliki hubungan searah. Semakin buruk persepsi pekerja terhadap masing-masing variabel independen maka semakin tinggi pula tingkat stres kerja yang dialaminya. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara beban kerja kualitatif, jam kerja normal, jam lembur, serta dukungan/hubungan sosial dari bawahan terhadap tingkat stres kerja pekerja PT Gunze Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library