Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Media kultur adalah nutrisi untuk menumbuhkan bakteri dalam skala laboratorium. PT. Forsta Kalmedic Global, sebagai manufaktur alat kesehatan, sedang mengembangkan media kultur sebagai produk baru. Tahap produksi steril dilakukan untuk mencapai tingkat sterilitas yang optimal, mencegah kontaminasi yang dapat mempengaruhi integritas media kultur. Teknik aseptis digunakan untuk mencegah kontaminasi produk biologis pada alat kesehatan yang tidak dapat disterilisasi akhir. Industri harus menetapkan prosedur wajib untuk validasi proses steril pada sistem manajemen mutu. Proses sterilisasi harus divalidasi sebelum digunakan dan didokumentasikan melalui protokol. Mesin Petri/Rodac Dishes Filler digunakan untuk pengisian media ke cawan petri kosong secara aseptis. Mesin ini belum mengalami kualifikasi dan validasi, sehingga penyusunan protokol validasi perlu dilakukan. Penyusunan protokol dimulai dengan studi literatur untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk manual book mesin Petri/Rodac Dishes Filler, ISO, CPAKB, CPOB, GMP, dan jurnal. Langkah berikutnya adalah menyusun protokol validasi, yang didiskusikan bersama dengan supervisor dan teknisi vendor mesin untuk menyesuaikan dengan kondisi mesin dan lingkungan pabrik. Setelah pemeriksaan dan persetujuan atasan, protokol dianggap sah sebagai panduan bagi operator dalam menjalankan validasi. Protokol validasi mencakup objektif, tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, alat dan bahan, prosedur, penanganan penyimpanan, dan revalidasi. Dokumen ini juga dilengkapi dengan formulir pencatatan selama proses validasi. Dengan berhasilnya penyusunan protokol validasi proses aseptis mesin Petri/Rodac Dishes Filler, PT. Forsta Kalmedic Global dapat memastikan keamanan dan integritas media kultur yang dihasilkan.

Media culture, a nutrient used to grow bacteria in laboratories, is being developed as a new product by PT. Forsta Kalmedic Global, a healthcare equipment manufacturer. To ensure optimal sterility and prevent contamination that could compromise the media culture's integrity, a sterilization production phase is carried out. Aseptic techniques are employed to prevent biological product contamination in healthcare equipment that cannot undergo final sterilization. In the context of quality management systems, industries must establish mandatory procedures to validate sterilization processes. These processes need to be validated before implementation and documented through protocols. The Petri/Rodac Dishes Filler machine is utilized to aseptically fill media into empty Petri dishes. As this machine lacks qualification and validation, the preparation of validation protocols becomes necessary. It begins with a comprehensive literature study, gathering information from various sources such as the Petri/Rodac Dishes Filler machine manual book, ISO, CPAKB, CPOB, GMP, journals, and other relevant documents. The compiled validation protocol is then discussed with supervisors and machine vendor technicians to ensure alignment with machine conditions and the factory environment. Once reviewed and approved, the protocol serves as a guide for operators during the validation process. The validation protocol covers objectives, goals, scope, responsibilities, equipment and materials, procedures, handling, storage, and revalidation. Additionally, it includes recording forms for use throughout the validation process. The successful preparation of the validation protocol for the aseptic process of the Petri/Rodac Dishes Filler machine enables PT. Forsta Kalmedic Global to guarantee the safety and integrity of the resulting media culture."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, terutama di negara berkembang. Antimikroba, seperti antibiotik, menjadi solusi utama untuk menghadapi masalah ini. Pada penggunaannya, evaluasi antibiotik merupakan aspek penting dalam mempromosikan penggunaan antibiotik yang tepat dalam praktik klinis. Penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan antibiotik dapat menyebabkan resistensi antibiotik, yang menjadi masalah serius dalam kesehatan global. Metode Gyssens adalah metode kualitatif yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik berdasarkan kriteria tertentu dan telah digunakan dalam penelitian di Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada pasien rawat jalan Poli Permata Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo menggunakan metode alur Gyssens. Desain penelitian adalah cross-sectional retrospektif dengan menggunakan data rekam medis pasien yang terdaftar pada Poli Permata selama Januari hingga Maret 2023. Sampel dipilih dengan teknik random sampling dan berjumlah 86 rekam medis. Data dianalisis kualitatif menggunakan kategori Gyssens yang meliputi kesesuaian diagnosis, indikasi, dosis, keamanan, dan harga. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan antimikroba pada pasien rawat jalan Poli Permata Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo sebagian besar tergolong rasional sebesar 93,02%. Evaluasi dengan alur Gyssens menemukan bahwa sebanyak 80 kasus (93,02%) penggunaan antimikroba dinilai tepat dan bijak. Namun, masih terdapat beberapa kasus (6,98%) yang masuk dalam kategori I-VI yang belum tepat atau bijak dalam penggunaan antimikroba, seperti tidak tepat interval pemberian, tidak tepat cara pemberian, dan pemilihan antimikroba yang kurang efektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas penggunaan antimikroba di Poli Permata Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo sesuai dengan kriteria Gyssens. Namun, perlu perhatian lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman dalam penggunaan antibiotik agar dapat mengurangi risiko resistensi antimikroba.

Infectious diseases continue to pose a significant public health challenge, especially in developing countries. Antimicrobials, particularly antibiotics, serve as the primary solution to combat these diseases. However, the appropriate evaluation of antibiotics is crucial to promote their correct usage in clinical practice. Misuse and overuse of antibiotics can lead to the development of antibiotic resistance. To address this issue, the Gyssens method, a qualitative approach based on specific criteria, has been utilized. This study focused on outpatients at the Permata Polyclinic Health Center in Pasar Rebo District, and the evaluation of prescriptions was conducted using the Gyssens method. The research employed a retrospective cross-sectional design, utilizing medical records from patients at the Permata Polyclinic during January to March 2023. The sample size consisted of 86 medical records, selected through a random sampling technique. The data were qualitatively analyzed using Gyssens categories, which encompassed diagnosis suitability, indication, dosage, safety, and price. The evaluation further revealed that in 80 cases (93.02%), the use of antimicrobials was considered appropriate and wise. However, there were still some cases (6.98%) falling into categories I-VI, indicating inappropriate or unwise usage of antimicrobials, such as incorrect administration intervals, inappropriate administration methods, and ineffective antimicrobial selection. The findings of this study demonstrate that the majority of antimicrobial use in the Permata Polyclinic of the Pasar Rebo District Health Center complies with the Gyssens criteria. However, further attention is needed to increase awareness and understanding in the use of antibiotics in order to reduce the risk of antimicrobial resistance.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Lantai dan peralatan merupakan komponen penting dalam pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF). Gudang obat PBF harus memenuhi syarat tertentu, termasuk memiliki lantai mudah dibersihkan, rata, dan bebas keretakan atau lubang untuk menjaga kebersihan dan keamanan penyimpanan obat. Dalam upaya memenuhi persyaratan CDOB dan menjaga kebersihan gudang, penggunaan pelapis lantai menjadi langkah yang bisa diimplementasikan. Pemilihan bahan pelapis lantai membutuhkan analisis spesifikasi dari masing-masing bahan. Jenis bahan lantai yang dapat digunakan adalah beton yang dilapisi epoksi atau poliurea. Meskipun memiliki banyak keunggulan, epoksi juga memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis perbandingan poliurea dan epoksi sebagai bahan pelapis lantai. Kegiatan dimulai dengan terjun ke lapangan untuk melaksanakan kegiatan observasi dan wawancara. Aktivitas ini didokumentasikan dan data yang diperoleh berupa foto, laporan form checklist inspeksi, dan hasil wawancara. Hasil observasi menunjukkan bahwa lantai gudang APL saat ini hanya menggunakan beton, yang mudah rusak dan menghasilkan banyak debu. Adanya debu dapat menyebabkan kontaminasi produk dan melanggar persyaratan CDOB. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pelapisan lantai. Perbandingan antara bahan poliurea dan epoksi menunjukkan bahwa poliurea memiliki berbagai keunggulan. Poliurea lebih kuat, ramah lingkungan, waktu pengeringannya lebih singkat, dan memiliki umur pemakaian yang lebih lama dibandingkan epoksi. Penggunaan poliurea diharapkan dapat mengurangi biaya pemeliharaan gudang dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan demikian, penggunaan pelapis lantai poliurea menjadi alternatif yang lebih menguntungkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan gudang PBF dalam memenuhi persyaratan CDOB.

Flooring and equipment play a crucial role in adhering to the Good Distribution Practice guidelines. Warehouses must meet specific requirements, including having easily cleanable, level floors without cracks or holes to ensure the cleanliness and safety of drug storage. To comply with GDP requirements and maintain warehouse hygiene, floor coatings are an effective solution. The selection of floor coating materials necessitates a detailed analysis of their specifications. Concrete coated with either epoxy or polyurea is a viable choice for floor coating. Despite epoxy's numerous advantages, it also comes with certain limitations. Therefore, conducting a comparative analysis between polyurea and epoxy as floor coatings is essential. The analysis process involves on-site observations and interviews, with the data documented through photographs, inspection checklists, and interview reports. It is observed that APL's warehouse currently uses concrete flooring, which is prone to damage and generates considerable dust. Dust accumulation can lead to product contamination, thus violating GDP requirements. A comparison of polyurea and epoxy reveals that polyurea possesses various advantages, including greater strength, environmental friendliness, shorter drying time, and an extended service life compared to epoxy. Utilizing polyurea as a floor coating is expected to reduce warehouse maintenance expenses and enhance operational efficiency. Consequently, opting for polyurea floor coatings offers a more cost-effective and efficient solution to maintain the cleanliness and safety of the PBF warehouse in alignment with GDP requirements. This step contributes to better drug storage practices, ensuring the integrity and quality of pharmaceutical products during distribution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Sediaan inhalasi merupakan larutan atau suspensi yang mengandung bahan obat dan diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk mendapatkan efek lokal atau sistemik. Pentingnya sistem pengiriman sediaan inhalasi dalam pengobatan gangguan pernapasan adalah karena memungkinkan obat dihantarkan langsung ke sistem pernapasan dengan efek samping minimal. Penggunaan inhaler yang tepat dan konsisten sangat penting dalam pengobatan asma, namun banyak pasien yang belum menggunakan inhaler dengan benar. Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi kepada pasien mengenai teknik penggunaan, pemeliharaan, dan pembuangan sediaan inhalasi yang tepat. Salah satu metode edukasi ke pasien adalah menggunakan poster. Pembuatan poster sebagai media edukasi dimulai dengan studi literatur mengenai definisi dan petunjuk penggunaan sediaan inhalasi. Informasi tersebut kemudian dirangkum dengan bahasa yang lebih sederhana untuk dipahami oleh orang awam. Fokus poster adalah memberikan panduan yang jelas dan benar mengenai penggunaan sediaan inhalasi, yang dibagi menjadi langkah-langkah penggunaan yang benar dan hal-hal penting terkait penyimpanan dan pembuangan. Desain poster menggunakan gambar-gambar yang dapat menggambarkan informasi dengan jelas agar lebih mudah dipahami dan menarik perhatian. Setelah desain poster selesai, kegiatan edukasi dan sosialisasi dapat dimulai dengan menyampaikan materi melalui poster dan diikuti dengan sesi tanya jawab. Program edukasi ini telah berhasil dilaksanakan dengan baik di Apotek Kimia Farma 0078 Pasar Anyar, dengan hasil yang diukur berdasarkan pemahaman pasien mengenai cara penggunaan yang tepat, penyimpanan, dan perhatian khusus dalam menggunakan sediaan inhalasi.

Inhalation preparations are solutions or suspensions containing medicinal ingredients and are administered through the nasal or oral airways to obtain local or systemic effects. The importance of inhalation drug delivery systems in the treatment of respiratory disorders is that they allow the drug to be delivered directly to the respiratory system with minimal side effects. Correct and consistent use of inhalers is very important in the treatment of asthma, but many patients do not use inhalers correctly. Therefore, it is important to educate patients regarding the proper use, maintenance and disposal techniques for inhalation preparations. One method of educating patients is using posters. Making posters as educational media begins with a literature study regarding definitions and instructions for using inhalation preparations. This information is then summarized in simpler language to be understood by ordinary people. The focus of the poster is to provide clear and correct guidance on the use of inhalation preparations, divided into steps for proper use and important points regarding storage and disposal. The poster design uses pictures that can clearly describe information to make it easier to understand and attract attention. After the poster design is completed, education and outreach activities can begin by presenting material through posters and followed by a question and answer session. This educational program has been successfully implemented at Kimia Farma 0078 Pasar Anyar Pharmacy, with results measured based on patient understanding regarding proper use, storage, and special attention in using inhalation preparations.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Hipertensi menjadi salah satu penyebab utama kematian dan masalah kesehatan di Indonesia, sehingga penanganannya dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan. Apoteker berperan penting dalam manajemen hipertensi ini. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2014, pasien dengan terapi jangka panjang atau penyakit kronis seperti hipertensi dapat diberikan konseling oleh apoteker. Pemberian informasi ini harus disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan kondisi pasien. Dalam melakukan hal ini, apoteker perlu memiliki informasi komprehensif mengenai terapi hipertensi. Booklet Terapi Hipertensi untuk Apoteker disusun untuk membantu apoteker dalam memahami dan memberikan informasi lengkap mengenai terapi hipertensi. Penyusunan buku ini dimulai dengan studi literatur tentang penatalaksanaan dan algoritma terapi hipertensi di Indonesia. Kata kunci yang digunakan adalah: hipertensi, tata laksana hipertensi, dan pedoman hipertensi. Selanjutnya, desain booklet dibuat menggunakan aplikasi editor berdasarkan hasil studi literatur tersebut. Booklet ini disusun dengan cara yang ringkas, mudah dimengerti, dan komprehensif. Booklet terapi hipertensi untuk apoteker mencakup berbagai informasi penting seperti pengertian hipertensi, tujuan terapi, terapi non-farmakologi, terapi farmakologi, terapi kombinasi, hipertensi krisis, golongan obat hipertensi, hipertensi pada kehamilan, serta peran apoteker dalam penanganan hipertensi. Desain booklet dibuat dengan menarik, mudah dibaca, dan komprehensif. Dengan demikian, booklet ini telah berhasil disusun sesuai dengan format yang berlaku, diharapkan dapat memberikan panduan yang bermanfaat bagi para apoteker dalam meningkatkan pengelolaan dan kualitas hidup pasien hipertensi di Indonesia.

The prevalence of hypertension in Indonesia is a leading cause of mortality and morbidity, making its management a common intervention across various healthcare facilities. Pharmacists play a crucial role in the successful management of hypertension. One of the criteria for patients eligible for counseling by pharmacists is those with long-term therapy or chronic diseases, such as hypertension. The information provided should be delivered in an easily understandable manner, tailored to the patient's educational level and condition. To achieve this, pharmacists must have comprehensive knowledge of hypertension therapy. The compilation of the booklet titled "Therapy for Hypertension: A Guide for Pharmacists" starts with a literature study to gather relevant information for its design. The literature used should refer to the basics of hypertension management and therapy algorithms in Indonesia. The next step is to create the booklet's design using editing applications based on the findings from the literature study. The booklet is presented with concise, easily comprehensible, and comprehensive information. The "Therapy for Hypertension: A Guide for Pharmacists" booklet covers several sub-sections, including definitions, therapy objectives, non-pharmacological therapy, pharmacological therapy, combination therapy, hypertensive crisis, hypertension drug classes, hypertension in pregnancy, and the pharmacist's role in hypertension management. The booklet is designed to be visually appealing, easy to read, and comprehensive. In conclusion, the booklet has been successfully compiled according to the applicable format, providing valuable and concise information to pharmacists about hypertension therapy. Its comprehensive content and user-friendly design aim to assist pharmacists in effectively managing hypertension for better patient outcomes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Rifampisin dan isoniazid adalah obat anti-tuberkulosis yang digunakan bersamaan sebagai dasar regimen kombinasi kemoterapi untuk tuberkulosis. Namun, telah dilaporkan pada penelitian sebelumnya bahwa sebagian besar pasien penderita tuberkulosis paru memiliki kadar kedua obat ini yang berada di bawah rentang terapeutik. Kadar yang rendah ini berhubungan erat dengan resistensi dan kegagalan terapi, sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar obat. Analisis dilakukan pada 9 pasien tuberkulosis dengan tujuan untuk memantau kadar rifampisin dan isoniazid pada pasien yang mendapat regimen terapi kedua obat tersebut. Sampel dianalisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan detektor photodiode array dan menggunakan cilostazol sebagai baku dalam. Pemisahan dilakukan menggunakan kolom C18 (Waters, Sunfire TM 5 µm; 250 x 4,6 mm), fase gerak yang terdiri dari kombinasi dapar amonium asetat-asetonitril-metanol (40:30:30), dan laju alir 0,5 mL/menit. Metode analisis dinilai telah memenuhi validasi parsial metode bioanalisis untuk linearitas kurva kalibrasi serta akurasi dan presisi within-run. Kurva kalibrasi rifampisin dan isoniazid linear pada konsentrasi 1-30 dan 0,4-10 µg/mL. Hasil analisis kadar rifampisin dan isoniazid menunjukkan konsentrasi terukur pada rentang 1,94-13,86 µg/mL untuk rifampisin dan 0,68-7,16 µg/mL untuk isoniazid. Pada hasil analisis, terdapat 3 dari 9 pasien yang memiliki konsentrasi kedua obat yang berada di bawah rentang terapeutik, sehingga perlu dilakukan penyesuaian dosis.

Rifampicin and isoniazid are antituberculosis drugs that are used together as the basis for combination chemotherapy regimens for tuberculosis. However, it has been reported in previous studies that most patients with pulmonary tuberculosis had levels of these drugs that were below the therapeutic range. This low concentration is closely related to resistance and therapy failure, so it is necessary to do the determination of rifampicin and isoniazid levels in blood which has correlation of its therapeutic. The analysis was conducted to monitor the levels of rifampicin and isoniazid in 9 patients who received these drugs. Samples were analyzed using HPLC-PDA and cilostazol as the internal standard. Separation was carried out using a C18 column (Waters, Sunfire TM 5 µm; 250 x 4.6 mm), the mobile phase is a combination of ammonium acetate buffer-acetonitrile-methanol (40:30:30), and a flow rate of 0.5 mL/ minute. The calibration curve of rifampicin and isoniazid was linear at concentrations of 1-30 and 0.4-10 µg/mL, respectively. The results of the analysis of rifampicin and isoniazid levels showed the concentrations range of 1.94-13.86 µg/mL and 0.68-7.6 µg/mL, respectively. In conclusion, there were 3 out of 9 patients who had concentrations of both drugs that were below the therapeutic range, so dosage adjustments were necessary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library