Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bernadeta Sari Utami
Abstrak :
Kehadiran orang Prancis di dunia bisnis di Indonesia patut mendapat perhatian. Di Jakarta, kota yang merupakan pusat aktivitas ekonomi Indonesia, terdapat berbagai perusahaan Prancis, kantor perwakilan pemerintahan Prancis, dan lembaga pendidikan yang melibatkan orang Indonesia dan Prancis di dalam satu unit kerja. Komunikasi antarbudaya dalam konteks bisnis pun terjadi. Ada berbagai problem potensial dalam komunikasi antarbudaya antara orang Indonesia dan orang Prancis. Tiga problem utama adalah stereotip, etnosentrisme, dan prasangka. Penelitian ini hendak mengidentifikasi berbagai stereotip, etnosentrisme, dan prasangka yang diatribusikan oleh orang Indonesia dan Prancis di Jakarta di lingkungan kerja, dan latar belakang munculnya problem-problem tersebut. Penelitian melibatkan 7 orang informan, yakni 3 orang Prancis dan 4 orang Indonesia. Mereka bekerja di kantor pemerintahan, perusahaan swasta Prancis, dan di lembaga pendidikan. Data dalam penelitian dengan paradigrna konstruktivis ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan metode probing dan dianalisis dengan metode analisis domain. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah pertanyaan terbuka, yang berkaitan dengan kontak informan dengan orang Prancis atau Indonesia, anggapan tentang orang Prancis atau Indonesia, interaksi di lingkungan kerja, dan di luar lingkungan kerja. Ada beberapa hasil dari penelitian ini. Meskipun orang-orang Prancis dan Indonesia ini telah memiliki kontak yang cukup lama, bahkan tinggal di budaya yang berbeda, orangorang tetap memiliki stereotip, etnosentrisme, dan prasangka, dengan isi dan arah yang berbeda-beda. Ketiga problem potensial tersebut mereka pelajari dari pengalaman pribadi mereka, pendidikan, media massa, dan dari berbagai peristiwa yang terjadi baik yang berkaitan dengan Indonesia maupun Prancis. Seseorang dapat menolak stereotip tertentu terhadap orang Prancis ataupun Indonesia yang dimiliki oleh orang lain. Sebaliknya, ada stereotip tertentu yang diadaptasi oleh seseorang yang bukan berasal dari budaya yang dikenai stereotip tersebut. Selain itu, terdapat usaha untuk memahami budaya yang berbeda dengan seseorang yang disadari akan mempengaruhi komunikasi antara kedua belah pihak, dan mempengaruhi hasil di lingkungan kerja. Dalam penelitian ini ditemukan pula etnorelativisme yang merupakan hasil dari usaha memahami budaya Prancis atau Indonesia dan memakai pemahaman tersebut dalam interaksi di lingkungan kerja. Hasil penelitian ini telah dapat menjawab masalah penelitian. Identifikasi telah dilakukan, dan menghasilkan temuan-temuan berupa berbagai stereotip, etnosentrisme dan prasangka orang Prancis dan Indonesia. Latar belakang yang memicu munculnya tiga problem tersebut adalah pengalaman, pendidikan, pengaruh media massa, dan peristiwa yang berkaitan dengan Prancis dan Indonesia. Masih ada temuan-temuan lain yang menarik, namun belum digali lebih dalam oleh peneliti, antara lain kompetensi antarbudaya dalam penyelesaian konflik di lingkungan kerja dan bagaimana respon seseorang terhadap stereotip yang diatribusikan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Utami
Abstrak :
Dalam kesusastraan Jawa terdapat bermacam-macam jenis karya sastra. Salah satu jenis karya sastra itu adalah karya sastra babad. Babad adalah cerita yang berisi rangkaian peristiwa di masa lalu. Bentuk penulisan babad biasanya berupa puisi, yaitu tembang macapat. Serat Babad Warni-warni merupakan kumpulan cerita babad gubahan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunagara IV, yang dihimpun oleh Padmasusastra. Isi cerita Serat Babad Warni-warni mengenai pe_sanggrahan di daerah Mangkunagaran dan Surakarta, yaitu terdiri dari : Wonogiri; Giripuro; Tegalgondo; Tasikmadu; Bangsal Tosan; Langenharjo; Karangpandhan dan Sri Katon; Nyanjata Sangsam. Bentuk penulisan Serat Babad Warni-warni adalah puisi, tembang macapat, kecuali cerita Langenharjo yang ditulis dalam cakepan sekar Langengita. Penulisan dalam bentuk sekar seperti yang disebutkan di atas tidak laim dipakai untuk penulisan cerita babad. Serat Babad Warni-warni merupakan kumpulan cerita babad. Pada cerita Giripuro tidak ada satupun unsur kriteria isi cerita babad. Pada cerita Wonogiri, Tegalgondo, Bangsal Tosan, Langenharjo dan Nyanjata Sangsam tidak semua unsur kriteria cerita babad ada. Pada cerita Tasikmadu Berta Karangpandhan dan Sri Katon semua unsur kriteria cerita babad ada. Cerita Giripuro hanyalah menggambarkan deskripsi alam. Cerita Wonogiri dan Nyanjata Sangsam, walaupun tidak semua unsur kriteria isi cerita babad ada, tetap menggambarkan rangkaian peristiwa dengan disertai tahun kejadiannya. Sedangkan cerita Tegalgondo, Bangsal Tosan dan Langenharjo tidak menggambarkan rangkaian peristiwa melainkan keterangan suatu peristiwa didiri-kannya pesanggrahan. Selebihnya isi cerita Serat Babad Warni-warni hanyalah berupa deskripsi alam dan suasana di pesanggrahan. Secara keseluruhan Serat Babad Warni-warni bisa disebut sebagai babad, yang menceritakan peristiwa perjalanan raja ketika bercengkrama di wilayah Mangkunagaran.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Sari Utami
Abstrak :
Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa pada tahun 1957 yang diawali dengan pembentukan Masyarakat Batu Bara dan Baja Eropa pada tahun 1951 dicetuskan oleh Menteri Luar Negeri Prancis Robert Schuman yang melanjutkan gagasan Jean Monnet, tokoh rekonstruksi ekonomi Prancis. Penelitian dalam skripsi ini diawali dengan timbulnya asumsi bahwa Jean Monnet dan Robert Schuman yang mempelopori berdirinya Masyarakat Batu Bara dan Baja Eropa yang diperluas menjadi Masyarakat Ekonomi Eropa, membawa kepentingan Prancis di dalamnya. Untuk itu, dalam analisis diuraikan keadaan politik dan ekonomi Prancis pasca-Perang Dunia II yang mendorong Prancis untuk memprakarsai pembentukan badan tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S16389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina Sari Utami
Abstrak :
Latar Belakang: Propolis fluoride salah satu sediaan yang dapat menghambat perkembangan bakteri penyebab karies. Tujuan: Menganalisis pengaruh propolis fluoride terhadap viabilitas biofilm S. mutans dalam berbagai fase. Metode: Model biofilm S.mutans di inkubasi selama 4 jam fase adesi, 12 jam fase akumulasi aktif, dan 24 jam fase maturasi, kemudian dipaparkan dengan propolis fluoride 3,3 ; 6,6, 10 kelompok perlakuan, dan SDF 38 kelompok kontrol. Analisis Viabilitas biofilm S.mutans dilakukan dengan uji MTT untuk dibaca pada microplate reader. Hasil: Pada pemaparan Propolis 3,3, persentase viabilitas biofilm S.mutans pada fase adesi 14,89 3,19; fase akumulasi aktif 24,37 7,43; dan fase maturasi 21,35 3,06. Pada pemaparan Propolis 6,6, persentase viabilitas biofilm S.mutans pada fase adesi 10,10 2,43; fase akumulasi aktif 20,88 13,17; dan fase maturasi 18,82 4,51. Pada pemaparan Propolis 10, persentase viabilitas biofilm S.mutans pada fase adesi8,04 1,59; fase akumulasi aktif 11,17 8,90; dan fase maturasi 16,75 1,83. Kesimpulan: Propolis fluoride 10 dapat menurunkan viabilitas biofilm S.mutans pada fase adesi. ......Background: Propolis fluoride in one of dosage could inhibit the growth of bacteria that cause caries. Objective: To analyze the effect of propolis fluoride on the viability of S. mutans biofilm in various phases. Method: S. mutans biofilm models were incubated for 4 hours adhesion phase, 12 hours active accumulation phase, and 24 hours maturation phase, then presented with propolis fluoride 3.3 6.6, 10 treatment group, and SDF 38 control group. Analysis of S. mutans biofilm viability is tested by MTT in the microplate reader. Results: Exposure of Propolis Flouride 3.3, the percentage of S. mutans biofilm viability in the adhesion phase is 14.89 3.19 active accumulation phase is 24.37 7.43 and the maturation phase is 21.35 3.06. On exposure of Propolis Flouride 6.6, the percentage of S. mutans biofilm viability in adhesion phase is 10,10 2,43 active accumulation phase is 20.88 13.17 and the maturation phase is 18.82 4.51. On exposure of Propolis Fluoride 10, the percentage of S. mutans biofilm viability in the phase of adhesion is 8.04 1.59 active accumulation phase is 11.17 8.90 and the phase of maturation is 16.75 1.83. Conclusion: Propolis fluoride 10 could reduced the viability of S. mutans biofilm in adhesion phase.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library