Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sartika Anissa Suciati
"Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari studi Maglio, Trope, dan Liberman (2013b) mengenai pengaruh jarak spasial dalam mengurangi sensitivitas terhadap jarak sosial (studi 5). Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana faktor emosi yang diatribusikan pada jarak sosial yang jauh dapat memengaruhi efek jarak spasial terhadap jarak sosial, mengingat penilaian jarak sosial pasti melibatkan emosi yang dirasakan individu terhadap objek penilaian. Penelitian ini terdiri dari dua studi yang melibatkan 186 mahasiswa S1 psikologi UI sebagai partisipan. Studi pertama yang merupakan replikasi dari studi 5 Maglio, dkk (2013b) menunjukkan hasil serupa dengan penelitian acuan, yaitu kelompok dengan manipulasi jarak spasial jauh merasakan jarak sosial yang lebih dekat dibandingkan kelompok partisipan dengan manipulasi jarak spasial dekat, F(1, 59,6)= 5,12, p=0,04, η2= 0,06. Studi kedua mengungkap bahwa terdapat interaksi antara jarak spasial dengan emosi, ΔR2= 0,023, F(2,186)= 3,40, p= 0,03. Secara lebih detail, pemberian manipulasi emosi negatif pada jarak sosial jauh dapat menguatkan pengaruh jarak spasial terhadap jarak sosial, b=-13122,58, t= -2,46, p= 0,01 jika dibandingkan dengan kelompok tanpa manipulasi emosi, b= -11357,81,t= -2,17, p= 0,03. Sebaliknya, pemberian manipulasi emosi positif pada jarak sosial jauh membuat manipulasi jarak spasial tidak signifikan dalam mengurangi sensitivitas terhadap jarak sosial, b= 4866,67, t= 0,89, p= 0,37. Oleh karena itu, emosi dapat menjadi moderator antara pengaruh jarak spasil terhadap jarak sosial.
......This research is the continuation of Maglio, Trope and Liberman (2013b) study about the influence of spatial distance in reducing sensitivity of social distance (study 5). This continuation study was conducted to discover how emotional factors that are attributed toward social distance can influence the effect of spatial distance toward social distance, considering how social distance perception must involves emotion felt by individual concerning perceived object. This research involves two studies with 186 undergraduate psychology UI students as the participants. The first study is a replication from Maglio, et al.(2013b) study 5, which resulted on similar result with the original study, whereas the group with far spatial distance manipulation perceive closer social distance compared to the group with near spatial distance manipulation, F(1,59,6)= 5,12, p= 0,04, η2= 0,06. The second study reveal that there is an interaction between spatial distance and emotion, ΔR2= 0,023, F(2,186)= 3,40, p=0,03. On more specific note, negative emotion manipulation on far social distance can enhance the influence of spatial distance toward social distance, b=-13122,58, t= -2,46, p= 0,01 compared to the group with no emotional manipulation, b= -11357,81, t= -2,17, p= 0,03. In contrast, positive emotion manipulation on social distance makes spatial distance manipulation insignificant in reducing sensitivity toward social distance, b= 4866,67, t= 0,89, p= 0,37. In summary, emotion can be a moderator between the influence of spatial distance toward social distance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Anissa Suciati
"Penelitian ini adalah penelitian lanjutan dari studi Maglio, Trope, dan Liberman (2013b) mengenai pengaruh jarak spasial dalam mengurangi sensitivitas terhadap jarak sosial (studi 5). Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana faktor emosi yang diatribusikan pada jarak sosial yang jauh dapat memengaruhi efek jarak spasial terhadap jarak sosial, mengingat penilaian jarak sosial pasti melibatkan emosi yang dirasakan individu terhadap objek penilaian. Penelitian ini terdiri dari dua studi yang melibatkan 186 mahasiswa S1 psikologi UI sebagai partisipan. Studi pertama yang merupakan replikasi dari studi 5 Maglio, dkk (2013b) menunjukkan hasil serupa dengan penelitian acuan, yaitu kelompok dengan manipulasi jarak spasial jauh merasakan jarak sosial yang lebih dekat dibandingkan kelompok partisipan dengan manipulasi jarak spasial dekat, F(1, 59,6)= 5,12, p=0,04, ?2= 0,06. Studi kedua mengungkap bahwa terdapat interaksi antara jarak spasial dengan emosi, ?R2= 0,023, F(2,186)= 3,40, p= 0,03. Secara lebih detail, pemberian manipulasi emosi negatif pada jarak sosial jauh dapat menguatkan pengaruh jarak spasial terhadap jarak sosial, b=-13122,58, t= -2,46, p= 0,01 jika dibandingkan dengan kelompok tanpa manipulasi emosi, b= -11357,81,t= -2,17, p= 0,03. Sebaliknya, pemberian manipulasi emosi positif pada jarak sosial jauh membuat manipulasi jarak spasial tidak signifikan dalam mengurangi sensitivitas terhadap jarak sosial, b= 4866,67, t= 0,89, p= 0,37. Oleh karena itu, emosi dapat menjadi moderator antara pengaruh jarak spasil terhadap jarak sosial.
......This research is the continuation of Maglio, Trope and Liberman (2013b) study about the influence of spatial distance in reducing sensitivity of social distance (study 5). This continuation study was conducted to discover how emotional factors that are attributed toward social distance can influence the effect of spatial distance toward social distance, considering how social distance perception must involves emotion felt by individual concerning perceived object. This research involves two studies with 186 undergraduate psychology UI students as the participants. The first study is a replication from Maglio, et al.(2013b) study 5, which resulted on similar result with the original study, whereas the group with far spatial distance manipulation perceive closer social distance compared to the group with near spatial distance manipulation, F(1,59,6)= 5,12, p= 0,04, ?2= 0,06. The second study reveal that there is an interaction between spatial distance and emotion, ?R2= 0,023, F(2,186)= 3,40, p= 0,03. On more specific note, negative emotion manipulation on far social distance can enhance the influence of spatial distance toward social distance, b=-13122,58, t= - 2,46, p= 0,01 compared to the group with no emotional manipulation, b= -11357,81, t= -2,17, p= 0,03. In contrast, positive emotion manipulation on social distance makes spatial distance manipulation insignificant in reducing sensitivity toward social distance, b= 4866,67, t= 0,89, p= 0,37. In summary, emotion can be a moderator between the influence of spatial distance toward social distance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Anissa Suciati
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecantikan wajah dan ekspresi senyum terhadap kesediaan laki-laki untuk berbohong dalam preferensi pemilihan pasangan hidup. Pada penelitian ini kecantikan wajah yang dilakukan pada pilot study hingga didapatkan material berupa tiga foto perempuan sebagai calon pasangan partisipan. Untuk melihat pengaruh perilaku nonverbal, peneliti menggunakan ekspresi senyum sebagai representasi keramahan, keterbukaan, dan perilaku prososial.
Dalam mengukur kesediaan laki-laki untuk berbohong, peneliti menggunakan alat ukur dari Rowatt, Cunningham, dan Druen (1999) dalam bentuk kuesioner. Partisipan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa UI berusia 18-24 tahun, heteroseksual, tidak sedang menjalani hubungan romantis, dan termotivasi dalam mencari pasangan dengan jumlah partisipan 107 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari kecantikan wajah terhadap kesediaan laki-laki untuk berbohong dengan F (1,71, 179,80) = 48,98 , p <0,05, η2= 0,32, tetapi tidak dengan ekspresi senyum. Interaksi antara kecantikan wajah dan ekspresi senyum juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesediaan laki-laki untuk berbohong. Oleh karena itu, kecantikan wajah adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi laki-laki untuk berbohong dalam preferensi pemilihan pasangan hidup.
......This study examined the impact of facial beauty and smiling expressions towards males’ willingness to lie about their life partner preference. In this study, facial beauty is measured on the pilot study, resulting items in the form of female photos as the potential partner of the participant. To examine the impact of nonverbal behaviour, researcher used smiling expression as representation of friendliness, openness, and prosocial behaviour.
In measuring males willingness to lie, the researcher used an instrument from Rowatt, Cunningham, and Druen (1999) in quesionaire. Participants of this study are students from University of Indonesia, within the age range of 18-24, heterosexual, not currently in a romantic relationship, and motivated to find a romantic partner. Total participants are 107 subjects.
The result of this study shows that there is a significant influence on facial attractiveness to males’ willingness to lie with F (1,71, 179,80) = 48,98 , p< 0,05, η2= 0,32, but not with smiling expressions. Interaction effect between facial beauty and smilling expression. Thus, it is concluded that facial beauty is a factor that can influence males to lie in their life partner preference."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library