Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Septi Dhanik Prastiwi
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
551.483 SEP s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Septi Dhanik Prastiwi
"
ABSTRAKHarga rotan yang tidak stabil merupakan permasalahan yang dihadapi oleh para petani rotan. Mereka harus menerima harga yang telah ditetapkan oleh pasar. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan social ekonomi petani rotan di Katingan, maka permasalahan yang akan dibahas yaitu (1) Bagaimana sistem penjualan rotan di desa? (2) Bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani rotan menghadapi fluktuasi harga rotan? Penelusuran permasalahan ini dilakukan di desa Talingke, Kecamatan Tasik Payawan, Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Pengumpulan data dilakukan dilokasi tersebut melalui tiga teknik yaitu studi pustaka, observasi dan wawancara. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa dalam sistem penjualan rotan di desa, terdapat dua hingga tiga pelaku utama yaitu petani rotan, pemberi panjar dan pemilik modal (pengepul). Ketiga pelaku tersebut membentuk hubungan resiprositas dan sekaligus patron-klien. Dominasi pemilik modal dalam menentukan harga dihadapi petani rotan dengan mencari alternative mata pencaharian lain. Strategi yang dilakukan yaitu dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya sebagai sumber penghasilan."
Kalimantan: Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat, 2017
900 HAN 1:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Septi Dhanik Prastiwi
Yogyakarta: Diva Press, 2018
622.342 2 SEP p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Septi Dhanik Prastiwi
"Sungai-sungai yang membelah Pulau Kalimantan memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia sejak masa lalu. Sungai memiliki peran dalam dinamika peradaban dan evolusi lingkungan pada kehidupan manusia hingga sekarang. Namun seiring dengan pembangunan jalan darat, makna sungai bagi masyarakat tepian sungai mengalami perubahan. Kajian ini melihat bagaimana masyarakat Dayak Ngaju memaknai sungai dalam ruang hidup yang berubah dengan adanya pembangunan. Penelitian dilakukan pada dua desa dengan karakteristik lokasi, karakteristik masyarakat, dan laju pembangunan yang berbeda yaitu Desa Talingke yang berada di tepian Sungai Katingan dan Desa Pangi yang berada di tepian Sungai Kahayan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa karakteristik wilayah sungai, masyarakat dan laju pembangunan mempengaruhi masyarakat dalam memaknai sungai. Di satu sisi, masyarakat Pangi mulai meninggalkan aktivitas di sungai namun mereka masih memegang nilai-nilai sungai dalam kehidupannya. Sebaliknya, masyarakat Talingke masih memusatkan aktivitasnya di sungai namun tidak lagi sepenuhnya memegang nilai-nilai sungai dalam kehidupannya"
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2021
900 HAN 5:1 (2021)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Septi Dhanik Prastiwi
"Sungai-sungai yang membelah Pulau Kalimantan memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia sejak masa lalu. Sungai memiliki peran dalam dinamika peradaban dan evolusi lingkungan pada kehidupan manusia hingga sekarang. Namun seiring dengan pembangunan jalan darat, makna sungai bagi masyarakat tepian sungai mengalami perubahan. Kajian ini melihat bagaimana masyarakat Dayak Ngaju memaknai sungai dalam ruang hidup yang berubah dengan adanya pembangunan. Penelitian dilakukan pada dua desa dengan karakteristik lokasi, karakteristik masyarakat, dan laju pembangunan yang berbeda yaitu Desa Talingke yang berada di tepian Sungai Katingan dan Desa Pangi yang berada di tepian Sungai Kahayan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa karakteristik wilayah sungai, masyarakat dan laju pembangunan mempengaruhi masyarakat dalam memaknai sungai. Di satu sisi, masyarakat Pangi mulai meninggalkan aktivitas di sungai namun mereka masih memegang nilai-nilai sungai dalam kehidupannya. Sebaliknya, masyarakat Talingke masih memusatkan aktivitasnya di sungai namun tidak lagi sepenuhnya memegang nilai-nilai sungai dalam kehidupannya.
The rivers flow on the island of Borneo have had a significant function for human life since a long time ago. The river has had a role in the dynamics of civilization and environmental evolution in human life until now. With the construction of road infrastructure, the significance of rivers for riverside communities has also changed. This study sees how Ngaju people interpret the river in a living space that changes with development. The research was conducted in two villages which show the characteristics of different locations, society, and development rates. The villages are Talingke village on the bank of the Katingan River and Pangi Village on the bank of the Kahayan River. Data collection were through observation, interviews, and literature study. The study shows that the characteristics of the river area, the community, and the development rates affect the community in interpreting the river. On the one hand, Pangi people start to leave activities in the river, but they still hold the values of the river in their lives. On the other hand, Talingke’s people still focus their activities on the river but no longer have river values in their lives."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2021
900 HAN 5:1 (2021)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library