Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sifa Fauzia
"Chikungunya merupakan penyakit bersumber arbovirus yang ditularkan nyamuk Aedes sp. yang dilaporkan terjadi di Afrika dan sebagian Asia, termasuk Indonesia. Sejak ditemukan di Indonesia, kejadian chikungunya menunjukkan peningkatan jumlah kasus dan total wilayah yang terjangkit. Pada Desember 2011, sebanyak 199 kasus chikungunya terjadi di Kota Depok dan dinyatakan sebagai wabah.
Penelitian ini bertujuan mengetahui analisis spasial kejadian chukungunya di Kota Depok tahun 2008-2011. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi ekologi dengan analisis korelasi, analisis hubungan grafik, serta analisis spasial dengan data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan secara spasial kejadian chikungunya terjadi di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan ABJ rendah. Wilayah risiko kejadian chikungunya terdapat di bagian tengah dan utara Kota Depok. Secara statistik, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian chikungunya adalah curah hujan. Sementara itu, didapatkan hasil tidak bermakna antara variabel suhu udara, kelembaban udara, kepadatan penduduk, dan ABJ terhadap kejadian chikungunya.
Selama periode 2008-2011 kejadian chikungunya di Kota Depok mengalami peningkatan jumlah kasus dan menyebar ke beberapa kecamatan lain. Dinas Kesehatan Kota Depok hendaknya mengantisipasi munculnya wabah chikungunya saat dimulainya musim hujan dan sesaat setelah musim hujan berakhir. Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Depok juga lebih memfokuskan program pencegahan dan pengendalian kejadian chikungunya di wilayah berisiko tinggi.
Chikungunya is an arboviral disease transmitted by Aedes sp. mosquitoes. Outbreaks of chikungunya, have been reported in Africa and half parts of Asia including Indonesia. Since it was first discovered in Indonesia, chikungunya show an increasing trend number of cases and total area affected. On December 2011, 199 new cases of chikungunya were reported from Depok and it was stated as an outbreak.
This research is aimed to determine the spatial analysis of chikungunya occurrence in Depok City 2008-2011. It then uses an ecological study by correlate method, graphic analysis, and spatial analysis from secondary data.
The results showed spatially, the high occurrence of chikungunya found in areas with high population density and low larvae free index. The high risk area of chikungunya can be found in the center of Depok to the north. Statistically, rainfall has a significant correlation with chikungunya. Meanwhile, there is no significant correlation between temperature, humidity, population density, and larvae free index with chikungunya.
During 2008-2011, chikungunya occurrence increased in Depok in number of cases and spread to other sub-district. Depok City Health Office should be anticipating chikungunya occurrence before monsoon and shortly in post-monsoon. Therefore, Depok City Health Office can be more focusing on doing chikungunya prevention and control programs in areas with high risk of chikungunya occurrence.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sifa Fauzia
"Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Indonesia menjadi salah satu usaha memperbaiki situasi ekonomi masyarakat di beberapa daerah. Namun, merkuri (Hg) yang digunakan untuk mengekstrak emas langsung dibuang ke lingkungan, sehingga menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Banyak penelitian menunjukkan pajanan Hg mengurangi tingkat antioksidan tubuh. Glutathione (GSH) adalah salah satu antioksidan alami tubuh yang penting karena bertindak sebagai salah satu faktor detoksifikasi Hg.
Penelitian ini bertujuan menentukan hubungan antara kadar merkuri dan total GSH dengan karakteristik individu masyarakat di wilayah PESK Desa Lebaksitu. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional. Kadar merkuri dan total GSH diukur dalam darah. Hubungan antara merkuri, total GSH, dan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok, aktivitas fisik, dan indeks massa tubuh) diuji menggunakan model regresi, korelasi, dan independen t-Test. Rata-rata merkuri darah 11,09 ± 10,6 μg/L, lebih tinggi dari batas US EPA. Ratarata total GSH 0,874 ± 0.123 μg/mL.
Di antara hubungan total GSH dengan karakteristik individu, hanya aktivitas fisik yang memiliki hubungan signifikan (p = 0,021; 95% CI -0127 - 0,01). Responden dengan kadar merkuri darah >5,8 μg/L memiliki risiko 2,431 kali lebih tinggi untuk memiliki total GSH <0,874 μg/mL dibandingkan responden dengan kadar merkuri darah <5,8 μg/L. Setiap kenaikan kadar merkuri darah sebesar 1 μg/L dapat menurunkan total GSH sebanyak 0,002 μg/mL setelah dikontrol usia, IMT, dan aktivitas fisik. Diperlukan upaya menyeluruh dari instansi lintas sektor untuk mengurangi penggunaan merkuri dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat di sekitar PESK.

Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) in Indonesia has been an attempt to improve economic situation in some poor areas. However, the mercury (Hg) used to extract gold from ore is discharge into the environment, where it poses a hazard for human health. Many researches have shown that Hg exposure reduced antioxidant level in human body. Glutathione (GSH) is one of the important antioxidant which can act as detoxification factor for heavy metals.
This research is aimed to determine the association between mercury levels and total GSH plasma along with individual characteristics from community related to ASGM in Lebaksitu Village. This study used cross-sectional design with 69 samples. Mercury levels was measured in whole blood and total GSH was measured in plasma. Association between blood mercury, total GSH, and individual characteristics (age, gender, smoking status, physical activity, and body mass index) were examined using multiple regression models, correlate and independent t-Test method. Mean blood mercury was found 11,09 ± 10,6 μg/L which is higher than US EPA limit. The average of total GSH was 0,874 μg/mL ± 0,123 μg/mL (mean ± SD).
Among others individual characteristic, only physical activities which has significant relationship with total GSH with p-value 0,021 (95% CI -0,127 - 0,01). Participants with high mercury blood levels can be at risk 2,431 times higher to have total GSH <0,874 μg/mL. Any increase in mercury blood by 1 μg/L can reduced total GSH by 0,002 μg/mL after controlled by age, body mass index, and physical activity. It would be required overall effort from agencies across sectors to reduce the use of mercury and health exposure in community around ASGM.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library