Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Adelina
"Pengompleksan CoII (d') terhadap ligan 1,10-Fenantrolin (Fen) dan 4,7--Dxmetil-1,10-Fenantrolin(Dmfen)memperlihatkan karakteristik yang berbeda dengan pengompleksan MnII (d5) terhadap ligan yang sama. Demikian juga halnya dengan pengompleksan kedua jenis logam tersebut dalam kompleks campurannya dengan ligan rodanida (NCS). Studi terhadap spektra ultraungu-tampak, inframerah, dan sifat magnet kompleks, menerangkan secara lebih terperinci mode pengikatan kompleks. Melalui metode perbandingan mol, diperoleh stoikiometri kompleks M : L = 1 : 3. Spektra ligan terkompleks dalam CoL3 2' di daerah ultraungu memperlihatkan pergeseran batokromik dan kenaikan nilai e, yang secara tidak langsung menunjukkan terjadinya MLCT (Metal Ligan Charge Transfer). Spektra kompleks tersebut di daerah ultraungu dekat-tampak berasal dari transisi elektron MLCT (t,, -* 71*) dan d-d. Fenomena yang sama tidak jelas diamati pada MnL3'+. Ikatan Mn-L lebih lemah ditandai dengan pergeseran batokromik yang amat kecil di daerah ultraungu. Di daerah ultraungu dekat-tampak tidak diamati transisi elektron MLCT. Transisi di daerah ini ditandai dengan intensitas yang sangat lemah yang berasal dari transisi d-d Mn" dalam MnL22+. Penentuan stoikiometri kompleks campuran M:L:NCS dilakukan dengan metode perbandingan mol dengan dua pendekatan, yaitu penambahan NCS secara bertahap masing-masing dalam kompleks ML,2+ dan Diperoleh kesimpulan yang sama, yaitu stoikiometri kompleks M:L:NCS = 1:2:2. Spektra inframerah yang berasal dari kristal kompleks ML,(NCS), memperlihatkan bahwa NCS mengikat Co" dan Mn" melalui sisi N Keberadaan sisi basa S yang bebas dibuktikan melalui penambahan Hgri. Pergeseran u ke daerah 2100 cm-l mengindikasikan terjadinya pengikatan Hg-S. Nilai µof masingmasing kompleks ML,(NCS)2 menunjukkan bahwa konfigurasi elektron ion pusat, Co" dan Mn', dalam kompleks tersebut adalah spin tinggi. Hal ini berarti ligan tidak menyumbang banyak terhadap kekuatan medan ligan. Konfigurasi spin tinggi menjawab lemahnya intensitas transisi elektron MLCT pada masing-masing kompleks."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T8140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Adelina
"Curcuma xanthorrhiza, tanaman obat asli Indonesia, telah dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan, seperti antioksidan, antikanker, dan antiinflamasi. Namun, efek antilelah dari C.xanthorrhiza belum pernah diteliti. Berbagai bioaktivitas C. xanthorrhiza dikaitkan dengan metabolit utamanya, yaitu xanthorrhizol (XTZ). Karenanya, diperlukan ekstraksi XTZ yang berkelanjutan dan selektif. Dalam penelitian ini, natural deep eutectic solvent (NADES) digunakan sebagai alternatif pelarut hijau untuk ekstraksi XTZ dari C. xanthorrhiza. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyelidiki efek antilelah ekstrak NADES C. xanthorrhiza. Enam jenis NADES disintesis terdiri dari kombinasi kolin klorida (CC) dan glukosa (Glu) sebagai akseptor ikatan hidrogen dan asam organik (asam laktat, asam malat, dan asam sitrat) sebagai donor ikatan hidrogen. Efek antilelah ekstrak CC-Sukrosa dari minyak C. xanthorrhiza dievaluasi menggunakan mencit. Ikatan hidrogen antar komponen NADES dikonfirmasi dengan analisis FTIR dan Nuclear Overhauser Effect Spectroscopy (NOESY). Analisis kuantitatif menggunakan metode HPLC-UV yang valid mendapatkan ekstraksi dengan Glu-LA menghasilkan perolehan XTZ lebih tinggi (29 mg/g serbuk rimpang) dibandingkan etanol (11.38 mg/ g serbuk rimpang). NADES dan ekstrak NADES mempunyai aktivitas antioksidan yang lemah dengan metode DPPH (IC50 46.43 – 285.13 mg/mL; 0.46 mg/mL untuk ekstrak etanol) and metode FRAP (0.018 – 4.99 mmolTE/g; 22.71 mmolTE/g untuk ekstrak etanol). Pada 0.036 and 0.038 mg XTZ/g rimpang kering, ekstrak Glu-LA dan ekstrak etanol memperlihatkan aktivitas perlindungan terhadap kerusakan oksidatif plasmid pBR322 DNA yang diinduksi H2O2, masing-masing 62.15% dan 78.04%. Secara umum, perlakuan dengan semua NADES dan ekstrak NADES aman untuk S. aureus, namun, menghambat pertumbuhan E.coli. Studi antilelah in vivo pada mencit menunjukkan bahwa perlakuan dengan ekstrak CC-Suk dan ekstrak etanol C. xanthorrhiza mampu meningkatkan waktu berenang secara dose-dependent. Dosis tinggi ekstrak CC-Suk meningkatkan kadar ATP dan AMPK pada otot mencit dan mengurangi kadar urea nitrogen dalam serum, dengan hasil setara dengan taurine. Berdasarkan hasil di atas, C.xanthorrhiza dapat dikembangkan menjadi suplemen makanan antilelah menggunakan CC-Suk yang penyiapannya cepat dan ramah lingkungan. Studi lebih lanjut dapat diarahkan pada mekanisme aktivitas antilelah C.xanthorrhiza dan keamanannya.

Curcuma xanthorrhiza, a native Indonesian medicinal plant, has been recognized for different health benefits, including antioxidant, anticancer, and anti-inflammatory activities. However, the antifatigue effect of C.xanthorrhiza has not been studied. Its different bioactivities were associated with xanthorrhizol (XTZ), its main metabolite. Thus, selective sustainable extraction of XTZ is required. In this work, natural deep eutectic solvent (NADES) was studied as viable green solvent alternatives to organic solvents for extraction of XTZ from C. xanthorrhiza. In addition, this study aimed to investigate the effect of C. xanthorrhiza NADES extracts to overcome fatigue. Six NADES were synthesized and characterized, which were based on combinations of choline chloride (CC) and glucose (Glu) as hydrogen bond acceptors and organic acids (lactic acid, malic acid, and citric acid) as hydrogen bond donors. The antifatigue effect of CC-sucrose extract of C. xanthorrhiza oil was evaluated in mice. The FTIR and Nuclear Overhauser Effect Spectroscopy (NOESY) spectra confirmed the formation of NADES. Quantitative analysis using a valid reversed-phase HPLC-UV method showed that among the studied NADES, Glu-LA obtained the highest yield of XTZ (29.59 mg/g dried rhizome), higher than that observed for ethanol extract (11.38 mg/g dried rhizome). NADES and NADES extracts showed weak antioxidant activity by DPPH (IC50 46.43 – 285.13 mg/mL; 0.46 mg/mL for ethanol extract) and FRAP methods (0.018 – 4.99 mmolTE/g; 22.71 mmolTE/g for ethanol extract). At 0.036 and 0.038 mg XTZ/g dried rhizome, Glu-LA and ethanol extracts exhibited strong protective effects against H2O2-induced oxidative damage to pBR322 plasmid DNA, by 62.15% and 78.04%, respectively. Generally, Glu- and CC-based NADES and extracts were safe to S. aureus, however, inhibited E.coli growth. In vivo antifatigue study in mice demonstrated that treatment with CC-Suc and ethanol extracts of C.xanthorrhiza could increase swimming time in a dose-dependent manner. High dose of CC-Suc extract of C. xanthorrhiza elevated ATP and AMPK levels in mice muscle and reduced serum urea nitrogen, with effects comparable to taurine treatment. These results suggest C.xanthorrhiza may be developed as an antifatigue dietary supplement using CC-Suc for rapid and green preparation. These findings recommend further studies to elucidate detailed mechanisms of the antifatigue properties of C.xanthorrhiza and its safety."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library