Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siska Maytasari
"ABSTRAK
Gaya hidup masyarakat akhir-akhir ini sudah cukup menghawatirkan,
berdasarkan data SKRT tahun 2001, menyatakan proporsi kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular adalah 48,53%. Hal ini berkaitan dengan
gaya hidup sehat masyarakat khususnya yang berkaitan dengan perilaku merokok,
pola makan seimbang, dan aktivitas fisik yang teratur. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dan demografi dengan gaya hidup
sehat di empat kecamatan di Kota Tangerang pada Tahun 2007.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian adalah
cross sectional. Variabel yang diteliti sebagai variabel dependen yaitu gaya hidup
sehat, sedangkan variabel independen adalah jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan, dan pendapatan. Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder
survei PHBS RT di Kota Tangerang Tahun 2007. Pengambilan sampel dengan
cara Purposive sampling. Sampel yang diambil adalah seluruh rumah tangga yang
berdomisili di Kecamatan Karang Tengah, Batu Ceper, Neglasari dan Periuk di
Kota Tangerang dengan jumlah sampel 31.740 orang. Pengumpulan data dengan
cara menggunakan kuesioner survei PHBS RT yang diisi oleh petugas puskesmas
dan kader. Analisis data menggunakan uji univariat dan bivariat dengan uji chi
square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85,1% masyarakat di 4 kecamatan di
Kota Tangerang memiliki gaya hidup sehat.
Hasil analisis data bivariat menunjukkan variabel yang secara statistik
berhubungan dengan gaya hidup sehat yaitu variabel umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota
Tangerang agar dapat mensosialisasikan pedoman gaya hidup sehat kepada
masyarakat misalnya dengan pemasangan poster, penyuluhan dan seminar yang
diharapkan tidak hanya memberikan pengetahuan yang baik tetapi juga
membentuk suatu sikap atau keinginan yang kuat untuk melaksanakan gaya hidup
sehat.

ABSTRACT
Community lifestyle lately has been quite alarming, according to data of
Household Health Survey 2001, states the proportion of deaths caused by noncommunicable
diseases was 48.53%. This is related to healthy lifestyle
communities especially those related to smoking behavior, a balanced diet and
regular physical activity. The purpose of this study was to determine the socioeconomic
and demographic relationships with a healthy lifestyle in four districts
in Tangerang City in 2007.
This research is descriptive cross sectional design. Variables examined as
the dependent variable which is a healthy lifestyle, while independent variables
were sex, age, education, occupation, and income. The data in this study uses
secondary survey data Heath and Clean Behavior Household in Tangerang City in
2007. By purposive sampling. Sample taken is all households who live in District
Karang Tengah, Batu Ceper, Neglasari and Periuk, with a total sample of 31,740
persons. Collecting data using a survey questionnaire completed by health
workers and volunteers Heath and Clean Behavior Household center. Data
analysis using univariate and bivariate test with chi square. The results showed
that 85.1% of people in four districts in Tangerang City has a healthy lifestyle.
Bivariate data analysis results showed that the variables are statistically
associated with a healthy lifestyle which is the variable age, sex, education,
occupation, and income. Guidelines for healthy lifestyles need to be socialized in
the town of Tangerang for example using poster, lectures, and seminars on healthy
lifestyle which is expected to not only provide a good knowledge but also to form
an attitude or a strong desire to implement a healthy lifestyle"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Maytasari
"Latar Belakang: Masyarakat yang menerima pelayanan secara langsung merasakan bagaimana tingkat kepuasan pelayanan yang diberikan instansi pemerintah. Tingkat kepuasan masyarakat tersebut diukur dengan menggunakan instrument seperti
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Hasil pengukuran kepuasan pelanggan yang obyektif dan akurat dapat membantu puskesmas dalam merumuskan bentuk pelayanan yang lebih baik. Rata-rata Indeks Kepuasan Masyarakat di 36 Puskesmas pada Tahun
2019 sebesar 84,28. Target IKM pada Tahun 2019 adalah 82.8 sedangkan Puskesmas X tidak mencapai target dan memiliki skor IKM terendah yaitu sebesar 77.75. Dari hasil IKM di Puskesmas X Tahun 2019 diketahui terdapat 3 unsur pelayanan dengan nilai
mutu layanan kurang baik (<3,06) yaitu unsur kecepatan pelayanan dengan nilai 2.89, unsur kejelasan dan kepastian pelayanan dengan nilai 2.95, dan dan unsur kewajaran biaya 2.98. Tujuan: Mengetahui informasi mendalam mengenai kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan rawat jalan di Puskesmas X Tahun 2020. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu studi kasus, instrument yang digunakan pedoman wawancara mendalam dan telaah dokumen, informan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang kepala puskesmas, 6 orang
petugas puskesmas dan 5 orang pasien. Hasil: Kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan rawat jalan di puskesmas X sudah baik, seluruh informan pasien merasa puas untuk dimensi jaminan, kehandalan, ketanggapan dan empati, namun seluruh informan pasien merasa tidak puas pada dimensi bukti fisik. Kualitas pelayanan pada dimensi
bukti fisik cukup baik dalam kelengkapan sarana dan prasarana, namun masih kurang memadai kondisi gedung dan penempatan media informasi kurang optimal karena tidak semua pasien melihat media tersebut. Pada dimensi jaminan pasien merasa aman dan percaya terhadap petugas, kemampuan petugas cukup baik dan sopan santun. Pada dimensi daya tanggap petugas selalu memberitahukan kapan pelayanan akan diberikan, petugas memberikan pelayanan dengan cepat. Pada dimensi kehandalan jadwal pelayanan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan sudah memberikan pelayanan
maksimal sesuai SOP, untuk penanganan keluhan pasien disediakan kotak saran, namun ada informan pasien yang tidak tahu adanya kotak saran. Pada dimensi empati, informan merasakan petugas sudah cukup baik dalam berempati dengan memberikan perhatian dan memberikan bantuan kepada pasien. Kesimpulan: Kualitas pelayanan pada dimensi
bukti fisik, jaminan, kehandalan, ketanggapan dan empati sudah cukup baik, sehingga
pasien merasa puas namun pasien menyatakan kurang puas pada dimensi bukti fisik
khususnya terkendala dengan gedung puskesmas yang kecil, sempit dan panas

Background: People who receive services directly feel the level of satisfaction of
services provided by government agencies. The level of public satisfaction is measured
using instruments such as the Community Satisfaction Index (IKM). The results of
measuring customer satisfaction that are objective and accurate can help health
community service in formulating a better form of service. The average Community
Satisfaction Index at 36 health community service in 2019 was 84.28. The IKM target in
2019 is 82.8, while health community service X does not reach the target and has the
lowest IKM score, namely 77.75. From the results of the IKM at health community
service X in 2019, it is known that there are 3 elements of service with poor service
quality values (<3.06), namely elements of service speed with a value of 2.89, elements
of clarity and certainty of service with a value of 2.95, and elements of fairness of costs
2.98. Objective: To find in-depth information about patient satisfaction with the quality
of outpatient services at health community service X in 2020. Methods: This research is
descriptive using qualitative research methods, namely case studies, the instruments
used are in-depth interview guidelines and document review, the informants in this
study consisted of 1 head health community service, 6 health community service
officers and 5 patients. Results: Patient satisfaction with the quality of outpatient
services was good, all patient informants were satisfied with the dimensions of
assurance, reliability, responsiveness and empathy, but all patient informants were
dissatisfied with the dimensions of physical evidence. The quality of service in the
physical evidence dimension is quite good in terms of the completeness of facilities and
infrastructure, but the building conditions are still inadequate and the placement of
information media is not optimal because not all patients see the media. In the assurance
dimension, the patient feels safe and trusts the officer, the ability of the officer is quite
good and polite. In the dimension of responsiveness, officers always tell when services
will be provided, officers provide services quickly. On the reliability dimension, the
service schedule is in accordance with the time set and has provided maximum service
according to the SOP, for handling patient complaints a suggestion box is provided, but
there are patient informants who do not know there is a suggestion box. In the
dimension of empathy, the informant felt that the staff was good enough at empathizing
by giving attention and providing assistance to patients. Conclusion: The quality of
service in the dimensions of physical evidence, assurance, reliability, responsiveness
and empathy is good enough, so that the patient feels satisfied, but the patient states that
he is not satisfied with the dimensions of physical evidence, especially constrained by
the small, narrow and hot health community service building
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library