Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudibyo
Abstrak :
Pendidikan diploma III keperawatan . merupakan salah satu jenis pendidikan tenaga keperawatan profesional pemula, yang akan mengambil bagian dalarn pelayanan kesehatan, sehingga kualitasnya perlu mendapat perhatian penyelenggara pendidikan. Pendidikan diploma III keperawatan merupakan bagian terbesar (61,74 %) dari jenjang pendidikan diploma III di bidang kesehatan. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional tahun 1999, yang sebelumnya adalah kurikulum 1984. Persyaratan mahasiswa diploma III keperawatan adalah dari Sekolah Menengah umum, Madrasah Alliyah dan Sekolah Perawat Kesehatan. Program Studi Keperawatan Tangerang menyelenggarakan kelas dengan dasar SMUTAliyah dan SPK dengan jumlah 40 mahasiswa dari SMU/Alliyah dan 40 mahasiswa dad SPK. Untuk menghasilkan kinerja yang adekuat dalam suatu profesi keperawatan, diperlukan kompetensi pengetahuan dan ketrampilan. Pencapaian kompetensi yang tidak mencapai target akan menyebabkan kurangnya kemandirian, kurang mampu bersaing dan mutu lulusan kurang baik. Pada tahun 2000 sampai dengan 2002 pencapaian kompetensi mahasiswa D III Keperawatan Program studi keperawatan Tangerang rata-rata berkisar pada 90%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara persepsi mahasiswa tentang pengajaran klinik dengan pencapaian kompetensi di Program Studi Keperawatan Tangerang tahun 2004. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh populasi mahasiswa D III Keperawatan tk III pada Program Studi Keperawatan Tangerang. Pengumpulan data melalui penyebaran angket dengan menggunakan kuesioner dan observasi pencapaian kompetensi oleh tim pengamat (observer). Data diolah dengan program komputer dan dianalisis secara statistik dengan teknik chi square dan Uji r dengan derajat kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden (68,76%) mempunyai persepsi yang baik terhadap pengajaran klinis dan (31,24%) berpersepsi kurang baik terhadap pengajaran klinis. Dan hasil analisis bivariat didapatkan 5 variabel yaitu tempat tinggal, persepsi tentang tujuan pengajaran klinis, persepsi tentang metoda pengajaran klinis, persepsi tentang evaluasi pengajaran klinis dan persepsi tentang pengajaran klinis secara keseluruhan mempunyai hubungan secara statistik bermakna dengan pencapaian kompetensi. Sedangkan variabel-variabel umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, persepsi tentang media pengajaran klinis, persepsi tentang materi pengajaran klinis dan persepsi tentang pengajaran klinis tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan pencapaian kompetensi. Dengan diketahuinya terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang pengajaran klinis dengan pencapaian kompetensi, maka penelitian ini memberikan saran sebagai berikut : (a) untuk institusi pendidikan, hendaknya dalam pemberian pengajaran klinis tidak membedakan kepada mahasiswa yang berlatar belakang SMA maupun SPK, perlunya institusi memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk mau tinggal di asrama dan memberikan fasilitas yang lengkap untuk menunjang proses pembelajaran. (b) Bagi para pengajar terutama pengajar klinik, perlu meningkatkan strategi pengajaran klinik yang dapat menambah minat mahasiswa terhadap pengajaran klinik yang dapat menunjang pencapaian kompetensi yang baik, perlunya mempersingkat jarak antara pemberian materi dengan praktik klinik sehingga mahasiswa tidak lupa dengan teorinya, perlunya pemberian metoda dan media yang bervariatif serta memberikan evaluasi untuk melihat pencapaian tujuan dan memberikan reward berupa nilai bagi mahasiswa pada seluruh proses pembelajaran.
Analysis Relation Students Perception About Teaching Clinical With Students' Competence Achievement In D III Nursing Program Study Healthy Politecnic Bandung In Tangerang.In Diploma III Nursing Education Constitute is one of education for a professional nurse that will take part in health serve, so they need more attention in education quality. Diploma III Nursing Education is biggest {51,74%) in health. It used national curriculum 1999 before it used curriculum 1984. The requirement for Diploma III Nursing Student are High school, Islamic School, and SPK. Nursing Program Study in Tangerang, they have two classes, 40 students graduated from high school/Islam School and the other class, 40 students graduated from SPK. It produced hard working in nursing profession; they need competence knowledge and skill. If the competence is not get reach target, caused it is not independent, not competitive and the quality is not good. In 2000 until 2002 got reach student competence D III Nursing Program Study average 90%. The purpose of researcher to know relation of teaching clinical between students perception with competence reach in Nusrsing Study Program in Tangerang 2004. The research use plan crossed sectional. Research sample took all students population D III Nursing at third semester in Nursing Study Program in Tangerang. The researcher distributed questionnare and observed to take data for reach competence by observer. Data processing with computer and analysis in a statistics chi square technique and Uji t with 95% degree purpose. The research result indicated that more than half respondents (68,76%) had good perception about teaching clinical and (31,24%) had not good perception about it. From bivariat analysis result got 5 variabels are: place to live, purpose of teaching clinical, perception of teaching clinical method, perception of teaching clinical that has relation meaning in a statistic with competence reaching. In age, sex, education background variabel, perception of teaching clinical aid, perception of teaching clinical material and perception of teaching clinical is not relation meaning in a statistic with competence reaching. It is known get relation students' perception with teaching clinical to competence reaching, so this research gave some suggestions; a. For education institution , in teaching clinical, we cannot discriminate students background education SM.] or SPK, we must give them motivation to live in dormitory and give competence facility in learning support. B. For teaching clinic teacher he/she needs increase teaching clinic strategy for students inters in teaching clinic that can support to reach good competence, need short time to given material with clinic practices so students cannot forget it, given method and variation media to given evaluation for purpose reach and give values reward to students as a whole laerning process.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo
Abstrak :
Kerjasama intelijen dalam pandangan negara-negara ASEAN merupakan implementasi dari kerjasama bidang pertahanan.dan keamanan. Kerjasama intelijen antar negara-negara ASEAN bagi Indonesia sangat penting mengingat Indonesia menjadi salah satu negara yang besar dan memiliki populasi yang hampir setengah populasi ASEAN. Kerjasama Intelijen dapat berujung pada dua hal yaitu manfaat dan resiko. Untuk itu Indonesia perlu memahami bagaimana mengoptimalkan keuntungan dan meminimalisasi resiko dari sebuah kerjasama intelijen. Teori yang digunakan dalam menganilisis tesis adalah teori kegagalan intelijen yang diadopsi dari pemahaman Copeland yang kemudian dikombinasikan dengan teori keamanan. Metode yang dipakai adalah penelitian kombinasi antara kualitatif dan kuantitatif (mix methods). Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai indeks faktor kepemimpinan-kebijakan (leadershippolicy) adalah 0,708 dan organisasi-birokrasi 0,875. Hal ini mengindikasikan nilai indeks tersebut memberi manfaat positif bagi Indonesia. Secara kesuluruhan nilai indeks kerjasama Intelijen adalah 0,654166, yang menunjukkan dalam kategori kuning atau berpotensi menuju penguatan kerjasama intelijen, yaitu pada wilayah hijau. Akan tetapi dapat juga menuju ke kategori merah, yaitu rawan/merugikan bagi kepentingan Indonesia, apabila tidak dikelola dengan baik. Sedangkan kerjasama dalam hubungan bilateral lebih menonjol dibanding multilateral dengan nilai indeks 0,775, dan kerjasama bidang formal dan informal berada pada nilai indeks 0,66875. Selanjutnya masa depan kerjasama Intelijen antar negar-negara di kawasan ASEAN akan sangat dipengaruhi oleh, isu-isu baru dan sub indikator baru serta adanya penambahan jumlah kerjasama intelijen bidang lainnya.
In the perspective of ASEAN countries, Intelligence cooperation is one of the implementation of the Defense and Security cooperation. For Indonesia, the Intelligence cooperation is most significant due to the facts that Indonesia is the biggest country in the South East Asia and it has almost half the population of the ASEAN conutries. The intelligence cooperation may results benefit or risk. Hence, Indonesia should understand how to take the advantage and minimalize the risk of the intelligence cooperation. This tesis is analysed by several theories mostly the theory of intelligence failures of Copeland and theory of security. The tesis used a mix methods researches to discuss the substance. The analyses of the intelligence cooperation obtained the index point of 0.708 of the leadership-policy factors and 0.875 of the bureaucratic-organizations factors. This score provides a potential benefits of intelligence cooperation for Indonesia. Furthermore, the total index point of the Intelligence cooperation is 0.654166, or the intelligence cooperation is in the yellow category. It means the intelligence cooperation potentially benefits to Indonesia on the aspects of Leadership-policy and Organisation-Birocrates, and it could be risked if it is not managed perfectly. Meanwhile, the sector of bilateral cooperation with the index point of 0,775, is showing more effective than multilateral sector. It is followed by the fact that the informal cooperation with the index point of 0.66875, is more implemented than formal intelligence cooperation. Finally, the future of the ASEAN Intelligence cooperation depends on new issues, new sub-indicators and the sort of intelligence cooperation arised.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo
Abstrak :
ABSTRAK
Sampah yang dihasilkan oleh penduduk di Jakarta pada dasarnya telah ditangani oleh instansi yang berwenang. Instansi yang berwenang dalam penanganan sampah di Jakarta adalah Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang bekerjasama dengan beberapa instansi lain. Tetapi tetap masih ada persoalan yang muncul, yaitu masih tetap ada sampah yang menumpuk. Hal ini merupakan salah satu indikator suatu daerah di Iakarta dikatakan kumuh.

Hal terdepan yang langsung terkait dengan masalah tersebut diatas adalah sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah. Untuk mempelajari sistem pengumpulan dan pengangkutan di Iakarta, BPPT 1992 rnenyarankan agar langsung diambil contoh kasus dengan luasan suatu kelurahan.

Untuk itu, maka diperlukan data-data lapangan yang menyangkut timbulan sampah berdasarkan kuantitas atas perbedaan lahan. Tata guna lahan yang ada pada daerah studi, Kelurahan Pejaten Timur, terbagi atas 3 yaitu perumahan, perkantoran dan komersial. Disamping itu juga diadakan pengamatan lapangan untuk mengetahui waktu yang diperlukan kendaraan pengangkut sat-u ritasi dan kapasitas satu ritasi. Timbulan yang didapat dari hasil pengamalan untuk perumahan berkisar antara 2,29 1/orang/hari - 2,80 I/orang/hari. Sedang untuk perkantoran 3,90.10-1 H13/ mz/ hari dan perdagangan (komersial) 9,44.10" m3/mf/hari. Sedangkan untuk ritasi truk jika manual hanya didapat 1 ritasi dan dengan bantuan shovel (mekanik) didapat 2 ritasi.

Karenanya dalam perencanaan digunakan metode pengangkutan non kontainer dengan mekanik yang mengambil sampah di 12 Lokasi Pembuangan Sementara (LPS) dengan kebutuhan 6 truk dan 5 shovel. Pengumpulan dilakukan dengan metode individual tak langsung yang membutuhkan 95 gerobak untuk melayani seluruh Kelurahan Pejaten Timur. Frekwensi pengumpulan dan pengangkutan dilakukan 3 kali seminggu.
1996
S34554
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Darmadi Sudibyo
Abstrak :
Kemiskinan yang mengakibatkan kerugian dalam berbagai segi kehidupan perlu penanganan secara tepat, agar keadaan tersebut dapat segera teratasi. Timbulnya kemiskinan tersebut diakibatkan karena belum adanya pemerataan pendapatan dalam masyarakat. Untuk itu agar ketimpangan tersebut dapat dikurangi maka diperlukan suatu kebijakan redistribusi pendapatan.

Salah satu kebijakan yang telah ditempuh di Indonesia dalam rangka redistribusi pendapatan adalah melalui Pelaksanaan Proyek Kredit Mikro (PKM) yang telah dimulai pada akhir tahun 1995 dan berakhir tahun 2000. PKM tersebut merupakan proyek bersama antara Bank Indonesia dengan Asian Development Bank.

Sumber dana PKM berasal dari pinjaman lunak _+ Asian Development Bank scbesar 60 % dan 40 % dari Bank Indonesia yang seluruhnya berjumlah _+ US $ 42,5 juta.

Berkenaan dengan itu, menarik kiranya dilakukan kajian terhadap pelaksanaan PKM dimaksud, untuk memperoleh gambaran mengenai : implikasi PKM terhadap pendapatan peserta proyek, apakah jenis kelamin dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, seberapa besar dampak yang diberikan oleh PKM terhadap pendapatan midterm nasabah mikro, bagaimana mengatasi faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan PKM, serta bagaimana perm Bank Indonesia dalam pemberdayaan BPR untuk mengembangkan pengusaha kecil dan mikro.

Metodologi penelitian yang digunakan terdiri dari Analisis Beda Rata-rata serta Model Regresi Log Linier. Model i.ni dapat digunakan untuk memproyeksikan peluang peningkatan pendapatan nasabah midterm mikro sehubungan dengan adanya PKM. Variabel-variabel penting yang diduga mempengaruhi pendapatan midterm nasabah ini adalah : pendapatan baseline nasabah mikro, pinjaman baseline (PKM), jenis kelamin serta tingkat pendidikan.

Sumber data berasal dari Biro Kredit Bank Indonesia, disamping itu somber data juga berasal dari kepustakaan melalui laporan dan jurnal ilmiah serta informasi lainnya yang relevan yang ada di Bank Indonesia.

Dari hasil kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kenaikan pendapatan sebelum & scsudah mengikuti PKM sebesar 29,49 %, hasil tersebut telah memperhitungkan tingkat inflasi dan tingkat suku bunga.

Sesuai hasil individual tes yang dihasilkan diketahui bahwa jenis kelamin dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada pendapatan midtermnya.

Pengusaha Mikro mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Karena memiliki keunggulan dalam kesempatan berusaha dan penyerapan tenaga kerja.

Terkait dengan peran Bank Indonesia dalam pemberdayaan BPR untuk pengembangan usaha kecil dan mikro dapat dilaksanakan melalui pengaturan di sektor perbankan (khususnya BPR) dalam hal penyaluran kredit.
2003
T7350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Handayani Sudibyo
Abstrak :
Perubahan Status Puskesmas Kecamatan Tebet dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara DKI Jakarta menjadi swadana, secara otomatis terjadi perubahan dalam organisasi baik dalam manajemen, struktur organisasi, perencanaan serta evaluasi. Perubahan yang terjadi di puskesmas swadana adalah dalam mutu pelayanan, kemampuan pembiayaan, pengelolaan program, dan SDM. Perubahan ini dapat dipersepsikan secara berbeda antara seorang dengan lainnya.

Persepsi merupakan suatu hal penting karena perilaku seseorang didasari oleh persepsi mereka terhadap obyek dan persepsi dapat menentukan keberhasilan terlaksananya perubahan dalam organisasi dan mempengaruhi pengambilan keputusan individu dalam organisasi. Bagaimana suatu puskesmas swadana dapat dijalankan oleh individu yang telah berpengalaman menjalankan organisasi dengan sistem yang lama, merupakan suatu hal yang memerlukan perubahan pandangan dan pengambilan keputusan yang tepat.

Permasalahan yang ada adalah belum dikatahuinya persepsi individu yang terlibat dalam puskesmas swadana yaitu staf dan klien puskesmas swadana DKI Jakarta. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk menggali informasi dan analisis persepsi dari staf dan klien puskesmas swadana DKI Jakarta tahun 2000 terhadap mutu pelayanan, kemampuan pembiayaan, pengelolaan program, dan SDM.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Data diambil dari 13 orang staf dan 10 orang klien Puskesmas Kecamatan Tebet dan Puskesmas Kecamatan Jatinegara DKI Jakarta dari bulan Juli 2000 sampai dengan bulan Desember 2000, dengan cara wawancara mendalam (Indepth Interview). Untuk analisis data digunakan content analysis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi staf dan klien terhadap mutu pelayanan puskesmas swadana di Puskesmas Kecamatan Tebet bahwa terjadi peningkatan pelayanan, sedangkan di Puskesmas Kecamatan Jatinegara tidak terjadi peningkatan pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan mutu pelayanan belum seluruhnya dapat dilaksanakan di puskesmas swadana DKI Jakarta. Persepsi staf dan klien terhadap kemampuan pembiayaan puskesmas swadana bahwa terjadi peningkatan pendapatan fungsional puskesmas dan puskesmas mampu menggali potensi pembiayaan masyarakat. Persepsi staf dan klien terhadap mutu pengelolaan program puskesmas swadana mengatakan bahwa peningkatan mutu pengelolaan program belum dilaksanakan dengan baik. Persepsi staf dan klien terhadap peningkatan SDM puskesmas swadana belum berjalan dengan baik, insentif yang diterima belum memuaskan staf, disiplin belum sepenuhnya dapat dilaksanakan serta perubahan swadana relatif masih baru dan dalam tahap penyesuaian sehingga belum dipahami keswadanaan puskesmas.

Dari hasil tersebut, disarankan bagi puskesmas swadana untuk melakukan persamaan persepsi diantara staf, melakukan upaya peningkatan pelayanan, peninjauan kembali pengaturan insentif, sosialisasi program puskesmas, dan melakukan upaya peningkatan SDM. Bagi Dinas Kesehatan Tingkat I DKI Jakarta dalam persiapan pembentukan puskesmas swadana diperlukan persamaan persepsi diantara staf serta melakukan evaluasi rutin kegiatan swadana. Bagi akademik disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan konsep swadana terutama tentang persepsi staf dan klien terhadap puskesmas swadana.
Perception of Staff and Client on Self-Financed (Swadana) Public Health Centers in Jakarta Year 2000 The status? changes in Tebet and Jatinegara Jakarta Public Health Centers, automatically influence the changes in organization, especially in management, organization's, structure, planning, and evaluation. The changes of the self-financed public health centers will changes the service quality, financial capability, quality of the operational program, and quality of human resources. These changes can be percept differently from one to another.

Perception is the important thing because person? attitude was based by their perception to the object and perception can determine the success of change realization in organization and influence individual's decision making in organization. How the self financed public health centers can be operated by individual who have had experience in operating the organization with the old system, is the thing which is need change in perception and correctly decisions making.

The main problem is the unknown perception of individual who involves in management of the two public health centers. So, the purpose of this research were getting information and to analyzing the perception of the staffs and clients of the two self financed public health centers in quality of services, financial capability, program management, and human resources.

This research used qualitative method. The data was taken from 13 staffs and 10 clients of Tebet and Jatinegara Public Health Centre by using in-depth interview. The data analysis used content analysis.

The result of this research showed that the quality of services in Tebet Self-financed Public Health Center is increased; while in Jatinegara Self-financed Health Center is not increase. According to that result, summonsed that not all of the self-financed public health center can not increase of the quality of the services. Functional income and the self-financed public Health Center able to improve the potency of the public financing. Quality of program management in Self-financed public health center is not increase. Human resources improvement was not well, the incentive is not satisfied the staffs and the discipline could not fully apply. The changes of self-financed public health center still new and in the adaptation stage, so they could not understood.

According to the result, author suggest to the public health center to make equal perception between the staffs, to increase quality of services, to arrange the incentive management, to socialize the public health center program, and to increase the quality of human resources. Health Sub Department is suggested to make equal perception as the preparation to other public health centers that will be a self-financed public health center. The academy is suggested to continue this research.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditto Raditiawarman Sudibyo
Abstrak :
Internet sebagai media elektronik mutakhir yang menunjang e-commerce mengalami pertumbuhan pesat beberapa tahun belakangan ini. Hal ini menyebabkan banyak berdirinya perusahaan Internet, di mana salah satunya adalah PT Aidya Global Komindo yang meluncurkan maljongkok.com pada Oktober 2000. Dalam rangka mengantisipasi persaingan, maljongkok.com perlu mengetahui SWOT-nya dan strategi bersaing seperti apa yang dapat dijalarikan agar dapat memiliki keunggulan bersaing. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah analilik deskriptif, yaitu rancangan penelitian studi kasus yang menggambarkan strategi maljongkok pada suatu periode waktu, melalui telaah data dan telaah kasus. Adapun teori yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan strategic action yang diambil diawali dengan melakukan analisis ekstemal (analisis makro dan analisis industri) untuk kemudian diperoleh peluang dan ancaman dan diambil kesimpulan apa yang menjadi KSF dari maljongkok. Berikutnya dilakukan analisis Internal untuk memperoleh kekuatan dan kelemahan maljongkok. Matriks EFE (peluang dan ancaman) dan matriks IFE (kekuatan dan kelemahan) digunakan sebagai landasan SWOT matrix dan Grand Matrix Strategy, yang menyimpulkan bahwa maljongkok berada dalam kuadran I. Dari tujuh strategi yang diungkapkan, disederhanakan menjadi empat untuk kemudian di sederhanakan lagi menjadi dua strategi berdasarkan situasi, kondisi, dan track record perusahaan. Dengan menggunakan QSPM, dapat dipilih stragi yang menjadi prioritas agar perusahaan dapat fokus. Hasil analisis QSPM menyimpulkan bahwa strategic action maljongkok adalah memprioritaskan penetrasi pasar dan kemudian diikuti pengembangan pasar. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa maljongkok memerlukan strategi pemasaran yang menyeluruh dengan melakukan: analisis yang terstruktur tentang berbagai perubahan dan fenomena yang terkait. Penetrasi pasar diikuti pengembangan pasar berdasarkan pertumbuhan pasar, potensi pasar, kemampuan pendanaan, kekuatan perusahaan dengan melihat keadaan para pesaing.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.G. Sudibyo
Abstrak :
Perkembangan industri media massa di Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini pesat sekali. Penanaman modal secara besar-besaran telah dilakukan oleh para pemilik modal khususnya sejak diijinkannya televisi swasta di Indonesia. RCTI, SCTV ,TPI , ANTV dan INDOSIAR adalah stasiun-stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan terjadinya persaingan atau kompetisi di antara ke lima stasiun televisi swasta tersebut untuk berebut pemirsa.

Salah satu cara untuk merebut pemirsa ialah dengan menampilkan program-program yang menarik agar banyak ditonton dan memperoleh Rating tinggi. Peranan rating di sini menjadi sangat penting, karena biasanya para produsen akan memasang iklan-iklan di acara-acara yang ratingnya tinggi. Di sinilah kelima stasiun andalannya.

Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan gambaran mengenai niche breadth dan niche overlap dari ke lima stasiun televisi swasta tersebut. Untuk mengukur televisi swasta tersebut berkompetisi untuk menampilkan program-program tingkat kompetisi di antara ke-lima stasiun tersebut dalam penelitian ini digunakan teori Niche. Teori ini telah berulang kali digunakan untuk mengukur tingkat kompetisi antar media massa. Dalam penelitian ini Pengukuran dilakukan derrgan menghitung Niche Breadth dan Niche Overlap terhadap program-program yang ditayangkan ke-lima stasiun televisi swasta tersebut.

Dari penghitungan Niche Breadth diperoleh hasil bahwa dua stasiun televisi yaitu RCTI dan SCTV mengarah ke pola Generalis, sedangkan tiga stasiun yaitu TPI, ANTV dan Indosiar mengarah ke pola Moderat. Namun demikian ada pola spesifik yang ditujukkan oleh masing-masing stasiun televisi swasta tersebut. RCTI dan SCTV menonjol dalam program beritanya. TPI dan ANTV mnonjol dalam program musiknya sedangkan Indosiar menonjol dalam program musik dan sinetronnya.

Dari penghitungan Niche Overlap diperoleh hasil tingkat persaingan atau kompetisi yang ketat terjadi antara RCTI dan SCTV. Persaingan antara ke-dua stasiun televisi swasta tersebut terutama terdapat di dalam program-program siaran beritanya. Sedangkan tingkat persaingan yang paling rendah terjadi antara RCTI dan ANTV.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusindrati Sudibyo
Abstrak :
ABSTRAK
Instalasi Gizi merupakan salah satu unit pelaksana fungsional di RSUPN. Dr Cipto Mangunkusumo, melaksanakan 4 kegiatan pokok yaitu: pengadaan makanan, pelayanan gizi ruang rawat inap, penyuluhan/konsultasi gizi dan rujukan gizi serta penelitian dan pengembangan gizi terapan.

Disadari bahwa jumlah ahli gizi di RSCM sejak tahun 1993 hingga 1996 tidak pernah sesuai dengan yang dibutuhkan untuk suatu Instalasi Gizi rumah sakit tipe A. Sejalan dengan hal itu berdasarkan laporan kegiatan tahun 1993-1996, hasil pelayanan gizi ruang rawat inap terlihat menurun. Oleh karena itu dilakukan suatu penelitian cross sectional yang bersifat deskriptif analitik mengenai hal-ha1 yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan melalui analisis tugas ahli gizi di ruang rawat inap.

Sampel penelitian adalah semua ahli gizi (12 orang) yang ditempatkan di ruang rawat inap. Variabel penelitian dilihat dari 3 aspek :1) terapi gizi , 2) pelayanan makanan dan 3) aspek lain-lain.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 50% tugas ahli gizi di ruang rawat inap berkaitan dengan aspek terapi gizi, 20% aspek pelayanan makanan dan aspek lain-lain 30%. Kegiatan aspek terapi gizi tampaknya sudah memadai dengan standar dan prosedur pelayanan gizi, hanya dari segi kuantitas terlihat masih rendah. Kegiatan aspek pelayanan makanan ada yang dilakukan setiap hari, 1 kali/minggu maupun 1-2 kali/bulan seperti dinas libur di dapur utama. Sedangkan kegiatan aspek lain-lain berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, pendidikan dan pertemuan rutin.

Saran yang diusulkan : 1.Perlu adanya penyempurnaan uraian tugas ahli gizi ruang rawat inap. 2.Merinci kegiatan yang harus dilaksanakan dalam bentuk kegiatan harian, mingguan, bulanan. 3.Meninjau kembali ketentuan 5 hari kerja/minggu bagi ahli gizi di ruang rawat inap. 4.Perlu disiapkan formulir evaluasi kegiatan untuk menilai prestasi kerja ahli gizi ruang rawat inap.

Bahan bacaan : 36
ABSTRACT
Dietitian's Job Analysis In The Ward of Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital, JakartaDietary Department is one of functional unit in dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital, which performs four main activities : food services, nutritional care for patients in the ward, dietary consultation, research and development in applied nutrition.

Total dietitians in RSCM from 1993 to 1996 was not never fit with the need of Dietary Department of type A hospital.

Based on the Dietary Department report from 1993 to 1996 the tendency of nutritional care for patients in the ward decline.

For reasons mentioned above, descriptive analytical cross sectional research was held in order to know the related things of job through dietitian's job analysis in the ward.

Research samples are 12 dietitians in the ward. The variables research consists of 3 aspects: diet therapy, food services and others.

The results of this research are: first, 50% aspect of diet therapy; second, 20% aspect of food services and third, 30% others aspect. The activity of diet therapy aspect is good because it has met the standard and procedure of nutritional care, except that the quantity of this aspect is still small.

The activities of food services is done every day, once a week, once or twice a month as is work in the holiday in the main kitchen. While other aspects are related with the increase in knowledge, education and routine meetings.

The recommendations are: 1. The job description of dietitians in the ward needs improvement. 2. The activities that must be done should be in details such as daily, weekly and monthly activities. 3. Five work days a week should be reconsidered for dietitians in the ward. 4. Evaluated activities form should be prepared in order to evaluate the work performance of dietitians.

References : 36
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Gunawan Sudibyo
Abstrak :
Tulisan mengenai pengamatan dan evaluasi kedudukan Kurator dalam perkara kepailitan yaitu aktifitas Kurator yang ketentuannya telah diatur pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang tentang Kepailitan menjadi Undang-Undang (UUK). Permasalahannya adalah kedudukan Kurator yang mana yang berperan dalam perkara kepailitan, dikarenakan pada UUK yang baru dinyatakan bahwa Kurator tidak hanya Balai Harta Peninggalan (BHP) tetapi juga Kurator swasta lainnya yang mempunyai keahlian khusus dan terdaftar pada Departemen Kehakiman, dan apakah UUK baru tersebut sudah efektif mengatur tugas, kewenangan dan tanggung jawab Kurator. Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI), sebagai salah satunya asosiasi Kurator dan Pengurus yang direkomendasi oleh Menteri Kehakiman, sebagai mediator untuk pendaftaran di Departemen Kehakiman apakah sudah optimal aktivitasnya bagi kepentingan Kurator. Dalam membuat tulisan ini digunakan aturan penulisan secara umum yang disebut dengan Metode Penelitian, dimana metode penelitian yang digunakan bersifat Explanatoris untuk menguji pasal-pasal yang mengatur ketentuan tentang kedudukan Kurator pada UUK, namun penelitian ini bisa termasuk penelitian yang Preskriptif yang ditujukan untuk mendapatkan saran atas aktifitas Kurator yang didapat atas hasil wawancara. Kesimpulan dari analisa ini adalah Kedudukan Kurator yang lebih berperan dalam hukum pailit adalah Kurator swasta, dalam tugas, kewenangan dan tanggung jawabnya lebih banyak memakai pasal-pasal dari UUK yang lama, dengan kata lain UUK yang baru (UU No. 4/1998) belum efektif mengatur tugas, kewenangan dan tanggung jawab Kurator, juga AKPI sebagai satu-satunya asosiasi Kurator dan Pengurus belum optimal aktifitasnya untuk kepentingan Kurator, sedangkan tugas kurator adalah sangat berat bahkan di dalam praktek lebih berat dibandingkan secara teori, karena masih diperlukan penegakan hukum/law enforcement yang merata dalam masyarakat untuk melaksanakan tugas dan kewenangan Kurator sesuai ketentuan Undang-Undang Kepailitan.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T16699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Sudibyo
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada 30 orang tenaga kerja PLTD Manggar sebagai kelompok studi dan 30 orang tenaga kerja BALAI KARYA LISTRIK Manggar, Belitung sebagai kelompok pembanding dengan pendekatan Studi deskriptif yang bersifat Cross sectional. Data di kumpulkan melalui metode wawancara dan pengukuran.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa intensitas kebisingan yang lebih besar daripada nilai ambang batas diperkenankan (85 dB) pada lingkungan kerja PLTD Manggar, ternyata tidak terbukti secara statistik menimbulkan perubahan indikator stres yaitu meningkatkan tekanan darah, frekwensi denyut nadi dan kadar lipid plasma, meskipun nilai rata-rata perbedaan peningkatan indikator Stres tersebut sebelum dan sesudah mereka bekerja bila dibandingkan dengan kelompok tenaga kerja yang terpapar kebisingan kurang dari 85 dB berbeda secara statistik.

Pada analisa regresi dan korelasi antara variabel indikator stres yang diteliti dengan hasil pengisian kwesioner HRS-A (kwesioner untuk mengetahui derajat stres ) ternyata negatif.
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>