Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sujatmiko
Abstrak :
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah dalam praktek perlindungan hak asasi manusia bagi korban malpraktek kedokteran telah memenuhi rasa keadilan dan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam perlindungan hak asasi manusia bagi korban malpraktek kedokteran. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan praktek perlindungan hak asasi manusia bagi korban malpraktek kedokteran belum mencerminkan rasa keadilan. Hal ini terlihat pads penyelesaian kasus-kasus malpraktek kedokteran yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan yang menempuh jalur pidana sebagian besar tidak sampai ke pengadilan dan yang menempuh jalur perdata sebagian besar putusan hakim adalah tidak dapat diterima dan ditolak. Temuan ini menunjukkan bahwa korban-korban malpraktek kedokteran belum mendapatkan perlindungan dari negara. Putusan hakim Dalam 2 kasus yang diangkat dalam tesis ini belum mencerminkan rasa keadilan bagi korban. Faktor-faktor penghambat dalam pemenuhan hak asasi bagi korban malpraktek kedokteran adalah faktor hukumnya, aparat penegak hukum dan fasilititas, masyarakat serta budaya hukum. Penelitian ini menyarankan negara melalui aparat penegak hukumnya khususnya polisi dan hakim harus lebih memperhatikan keadilan korbanikeluarga korban dalam penyelesaian kasus-kasus dugaan malpraktek kedokteran. Pemerintah hams mensosialisasikan kepada masyarakat tentang upaya hukum yang dapat ditempuh korbanikeluarga korban malpraktek kedokteran untuk memperoleh keadilan dan peran lembaga swadaya masyarakat seperti Lembaga Bantuan Hukum Kesehatan hams lebih ditingkatkan untuk memfasilitasi korban-korban malpraktek kedokteran. Perlunya dibuat Undang-Undang Perlindungan Pasien yang mengatur malpraktek kedokteran, aparat penegak hukum harus diberikan pendidikan dan pelatihan ilmu kedokteran dan pemerintah harus membuat sebuah lembaga dokter pembanding yang anggota-anggotanya dari dokter-dokter independen. ...... The purpose of this research is to find weather the implementation of human rights protection for the victim of medical malpractice has fulfilled the concept of justice and to find out the obstacles at the process. The method use is qualitative approach which consist of case study and deep interview. The results of the research show that the human rights protection for the victim of justice. This condition can be seen from the cases handled by The Agency for Health Law. Most of the cases brought to criminal procedure never been processed to the court and cases brought to private procedure were can not be accepted a nd r ejected. These fact shown that the state has not protected the victim of medical malpractice. The research analyzes two cases settled through the court. The analyze show that judges decisions have not fulfilled the concept of justice for the victims. The obstacles at the human rights fulfillment for the victim of medical malpractice are the regulation, law enforcement official and the facilities, society also the culture. The research makes suggestions for the human rights protection for the victim of the medical malpractice. Law makes especially police and judge in medical malpractice have to give more attention to victim for justice. Government have to make a socialization to society about the step of law can be follow by victim/family of medical malpractice to get justice, besides of non governmental organization on such as The Agency for Health Law have to increasing to facilitate the victim of medical malpractice to get justice, making the law on the protection of patients which regulates the medical malpractice; developing the human resources of the law enforcement official through formal education and training ; and establishing and comparison doctor institution which consists of independent doctors.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sujatmiko
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas disain, implementasi dan analisa kinerja algoritma paralel integrasi numerik adaptif yang mempunyai paradigma tree computation. Implementasi algoritma paralel ini dilakukan pada jaringan komputer PC dengan bahasa pemrograman C yang berbasis PVM (parallel virtual machine). Ujicoba pengukuran dan analisa kinerja dari algoritma tersebut dilakukan pada jumlah slave yang bervariasi dari mesin-mesin komputer yang heterogen. Parameter-parameter yang diukur adalah nilai speedup, efisiensi penggunaan prosesor, computation to communication ratio, job allocation untuk mendapatkan load balancing yang merata, dan distribusi waktu eksekusi.

Ada tiga model algoritma paralel yang ditawarkan dalam integrasi numerik adaptif ini. Model pertama menawarkan suatu cara dimana setiap node yang terbentuk pada tree computation akan dikerjakan oleh prosesor yang berbeda. Master akan mengirimkan node-node sebagai sub-sub problem. ke slave-slave secara ternus menerus sehingga semua slave tidak ada yang idle. Hasil yang diterima master belum tentu hasil akhir, sehingga mungkin sekali sub problem tersebut akan dipecah menjadi sub-sub problem bare yang akan dikirim kembali ke slave-slave.

Pada solusi model kedua, master mengirim node-node sebagai sub-sub problem ke semua slave. Slave akan melakukan komputasi secara rekursif sampai diperoleh hasil akhir, sehingga terbentuk suatu sub tree computation pada setiap slave. Hasil akhir yang diterima master akan dikumpulkan untuk mendapatkan total hasil akhir. Slave yang telah selesai akan diberi sub problem berikutnya.

Sedang pada model ketiga, master membagi problem secara liner sesuai dengan jumlah mesin yang terlibat, tanpa memperhatikan volume beban komputasi dari setiap sub problem. Selanjutnya master dan slave-slave akan melakukan komputasi secara rekursif sampai diperoleh hasil akhir. Jadi baik pada master maupun slave akan terbentuk sub-sub tree computation. Master akan menerima hasil dari setiap slave untuk dikumpulkan menjadi total hasil akhir.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Sujatmiko
Abstrak :
Latar Belakang : Tinju merupakan olahraga yang paling sering menimbulkan cedera kranioserebral . Pada pukulan langsung di kepala akan terjadi proses akselerasi - deselerasi tinier dan rotatoar yang akan diakhiri dengan cedera serviko kranioserebral akut. Penelitian terbaru pada petinju menyatakan bahwa cedera kranioserebral kronis dihubungkan dengan adanya faktor genetik ( APO E 4) yang mungkin dicurigai menaikkan resiko cedera kranioserebral kronis pada petinju. . Tujuan : Dari penelitian ini dapat diketahui hubungan antara paparan bertinju ( lama bertinju, jumlah pertandingan,kelas bertinju, riwayat KOffKO dan usia) dengan gangguan neurologik yang terjadi dengan menggunakan skor CBI, dan hubungan antara skor CBI dengan APO E 4, yang dapat dipakai sebagai masukan untuk upaya evaluasi dan monitoring kesehatan para petinju dan pencegahan terjadinya gangguan lebih tanjut. Metode Penelitian ini merupakan studi potong lintang bersifat analitik. Didapatkan 59 petinju profesional yang aktif , dibawah naungan Board Supervisory-and Control For /ndone.'iian Profesional Sport (BPP-OPI) dan Komisi Tinju Indonesia yang mengikuti penelitian ini. Pada petinju dilakukan tiga tes, masing-masing · untuk mengetahui : gangguan fungsi motorik dengan penilaian skor motorik pada pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan motorik dari Skala Terpadu Penyakit Parkinson (Unified Parkinson's Disease Rating Scale ) ,gangguan fungsi kognitif dengan menggunakan MMSE, gangguan perilaku dengan menggunakan skor keparahan NPI . Selanjutnya, semua hasil dijumlah dan ini merupakan skor Chronic Brain Injury ( CB[). Skor CBJ antara 0-9, dengan klasilikasi : normal bila total skor =0 , gangguan ringan ( total skor CBl I atau 2 ). gangguan sedang ( total skor CBl nilai 3 atau 4 ). gangguan berat (total skor CB~ lebih dari 4). Dilakukan juga pemeriksaan APO E4 . Kadar normal APO E dalam darah adalah 4,0 ± 0,9 mgldl . Bila kadar APO E kurang dari 3,1 mgldl , maka dalam tubuh orang tersebut terdapat APO E4 • sedangkan kadar APO E darah diatas 4,9 mg/d, menunjukkannya adanya APO E2. Hasil : Petinju dengan kadar APO E <3,1 mgldl berpeluang untuk terjadinya cedera kranioserebral kronis 32,38 kati (95 C.I :3,01-297,00) dibandingkan dengan petinju dengan kadar APO E t ,3 mg/dl atau lebih. Petinju yang bertanding sebanyak 12 kali atau lebih berpeluang untuk terjadinya cedera kranioserebral kronis 29,932 kali (95% C. I : 3,56-294,00) dibandingkan dengan petinju yang bertanding kurang dari I 2 kali. Kadar APO E merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan cedera kranioserebral kronis.
Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran, 2003
T58383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Sujatmiko
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas pengawasan Sperbankan yariah di Indonesia,pokok pembahasan dalam penelitian ini pengawasan terhadap bank Syariah berdasarkan peraturan perundang-undangan di indonesia dan perbandingan pengawasan perbankan syariah di Indonesia,Malaysia dan Iran,metode yang digunakan adalah penelitian yurudis normatif melalui studi kepustakaan. Penelitian menemukan bahwa pengawasan kepatuhan perbankan syariah terhadap prinsip kehati-hatian dilakukan oleh bank Indonesia dan pengawasan dan pengawasan terhadap prinsip syriah dalam kegiatan bank Indonesia dan pengawasan prinsip syariah.
ABSTRACT
the thesis discusses the syariah banking supervision in Indonesia, the subject matter in this study is the supervision of syariah banking is based on legislation and law in Indonesia and the comparison of syariah banking sipervision in Indonesia, Malaysia and Iran. The research method used is a normative legal research through a literature study. This study found that sipervision of compaliance to the principles of shariah banking pridential conducted by Bank Indonesia and oversight of Shariah principles in Islamic banking activities conducted by the Sharia supervisory board. Supervision of the shariah principle is inseparable from the role of the Nation Islamic Council of Indonesia Ulama Council issuing fatwas on islamic banking products and services.
2011
T28714
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Permatasari Sujatmiko
Abstrak :
Penggunaan container pada arsitektur microservice merupakan sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk mempermudah proses delivery sistem. Container dalam sistem pun lebih mudah diatur dengan Kubernetes sehingga sistem dapat berjalan secara seamless. Hal tersebut memungkinkan deployment sistem yang cepat dan portable. Salah satu strategi deployment yang dapat digunakan untuk men-deploy sistem yang menggunakan container pada arsitektur microservice adalah canary deployment, dimana sebagian traffic diarahkan ke sekelompok kecil pengguna terlebih dahulu untuk menguji aplikasi di production. Pada dasarnya, canary deployment dapat dilakukan secara native dengan Kubernetes, namun cara ini masih memiliki masalah, yaitu traffic distribution dan replica deployment yang tidak independen. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan service mesh. Hal ini dikarenakan service mesh memiliki fitur traffic management yang dapat melakukan intelligent routing untuk melakukan canary deployment. Isu independensi ini memengaruhi proses deployment dan kebutuhan bisnis, dimana dengan menggunakan service mesh, jumlah replika pods yang digunakan untuk men-deploy aplikasi tidak berubah bagaimanapun aturan traffic routing-nya. Hal ini berbeda dengan sistem yang tidak menggunakan service mesh, dimana jumlah replika pods-nya berubah-ubah menyesuaikan aturan traffic routing yang telah ditentukan. Tanpa service mesh, rasio replika pods perlu diatur secara manual dengan konfigurasi yang redundan. Di sisi lain, konfigurasi sistem dengan service mesh mudah diatur dengan memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan oleh service mesh itu sendiri, khususnya fitur traffic management. Selain itu, penggunaan service mesh dalam proses canary deployment pada aplikasi berbasis Kubernetes juga dapat membuat proses deployment menjadi lebih efisien dalam jumlah resource (pods). ......The use of containers in the microservice architecture is an approach that can be used to simplify the system delivery process. Containers in the system are also easier to manage with Kubernetes so that the system can run seamlessly. This allows for fast and portable system deployment. One deployment strategy that can be used to deploy systems that use containers on a microservices architecture is canary deployment, where some traffic is directed to a small group of users first to test the application in production. Basically, canary deployment can be done with Kubernetes natively, but this method still has problems, namely traffic distribution and replica deployment which are not independent. One solution that can be done to solve this problem is to use a service mesh. This is because the service mesh has a traffic management feature that can perform intelligent routing to perform canary deployments. This independence issue affects the deployment process and business needs, where by using a service mesh, the number of replica pods used to deploy applications does not change regardless of the traffic routing rules. This is different from a system that does not use a service mesh, where the number of replica pods varies according to predetermined traffic routing rules. Without a service mesh, the ratio of pod replicas needs to be set manually with redundant configurations. On the other hand, system configuration with service mesh is easy to manage by utilizing the features provided by the service mesh itself, especially the traffic management feature. In addition, the use of service mesh in the canary deployment process for Kubernetes-based applications can also make the deployment process more efficient in terms of the number of resources (pods).
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Permatasari Sujatmiko
Abstrak :
Penggunaan container pada arsitektur microservice merupakan sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk mempermudah proses delivery sistem. Container dalam sistem pun lebih mudah diatur dengan Kubernetes sehingga sistem dapat berjalan secara seamless. Hal tersebut memungkinkan deployment sistem yang cepat dan portable. Salah satu strategi deployment yang dapat digunakan untuk men-deploy sistem yang menggunakan container pada arsitektur microservice adalah canary deployment, dimana sebagian traffic diarahkan ke sekelompok kecil pengguna terlebih dahulu untuk menguji aplikasi di production. Pada dasarnya, canary deployment dapat dilakukan secara native dengan Kubernetes, namun cara ini masih memiliki masalah, yaitu traffic distribution dan replica deployment yang tidak independen. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan service mesh. Hal ini dikarenakan service mesh memiliki fitur traffic management yang dapat melakukan intelligent routing untuk melakukan canary deployment. Isu independensi ini memengaruhi proses deployment dan kebutuhan bisnis, dimana dengan menggunakan service mesh, jumlah replika pods yang digunakan untuk men-deploy aplikasi tidak berubah bagaimanapun aturan traffic routing-nya. Hal ini berbeda dengan sistem yang tidak menggunakan service mesh, dimana jumlah replika pods-nya berubah-ubah menyesuaikan aturan traffic routing yang telah ditentukan. Tanpa service mesh, rasio replika pods perlu diatur secara manual dengan konfigurasi yang redundan. Di sisi lain, konfigurasi sistem dengan service mesh mudah diatur dengan memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan oleh service mesh itu sendiri, khususnya fitur traffic management. Selain itu, penggunaan service mesh dalam proses canary deployment pada aplikasi berbasis Kubernetes juga dapat membuat proses deployment menjadi lebih efisien dalam jumlah resource (pods). ......The use of containers in the microservice architecture is an approach that can be used to simplify the system delivery process. Containers in the system are also easier to manage with Kubernetes so that the system can run seamlessly. This allows for fast and portable system deployment. One deployment strategy that can be used to deploy systems that use containers on a microservices architecture is canary deployment, where some traffic is directed to a small group of users first to test the application in production. Basically, canary deployment can be done with Kubernetes natively, but this method still has problems, namely traffic distribution and replica deployment which are not independent. One solution that can be done to solve this problem is to use a service mesh. This is because the service mesh has a traffic management feature that can perform intelligent routing to perform canary deployments. This independence issue affects the deployment process and business needs, where by using a service mesh, the number of replica pods used to deploy applications does not change regardless of the traffic routing rules. This is different from a system that does not use a service mesh, where the number of replica pods varies according to predetermined traffic routing rules. Without a service mesh, the ratio of pod replicas needs to be set manually with redundant configurations. On the other hand, system configuration with service mesh is easy to manage by utilizing the features provided by the service mesh itself, especially the traffic management feature. In addition, the use of service mesh in the canary deployment process for Kubernetes-based applications can also make the deployment process more efficient in terms of the number of resources (pods).
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Hanggorowati Sujatmiko
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai toksisitas dengan metode BSLT berdasarkan prinsip senyawa aktif dan sifat toksiknya yang dapat membunuh larva udang Artemia salina L. sebagai hewan uji. Sintesis senyawa turunan asam risinoleat teroksidasi dengan asam amino, yaitu glisin dan fenilalanin dimulai dengan oksidasi rangkap membentuk diol menggunakan KMnO4 encer dalam suasana basa, esterifikasi dengan dry methanol dengan katalis ZnCl2, dan reaksi amidasi membentuk amida dengan asam amino, glisin atau fenilalanin. Karakterisasi dilakukan menggunakan KLT dan FTIR. Hasil FTIR menunjukkan adanya pita serapan ulur N-H dan O-H yang tumpang tindih pada bilangan gelombang 3474.89 cm-1 pada risinoleat teroksidasi-glisin dan 3306.64 cm-1 pada risinoleat teroksidasi-fenilalanin. Selain itu, terdapat puncak serapan medium CN dan C=O amida sekunder pada masing-masing senyawa produk dengan bilangan gelombang 1276,17 cm-1 dan 1696,41 cm-1 untuk risinoleat teroksidasi-glisin serta 1262,47 cm-1 dan 1614,55 cm-1 pada risinoleat teroksidasi-fenilalanin. Uji Toksisitas BSLT terhadap Artemia Salina L. menghasilkan nilai LC50 dari produk lipoamida glisin dan lipoamida fenilalanin secara berurutan sebesar 117,48 dan 42,65 ppm. Hasil tersebut menunjukkan nilai LC50 < 1000, sehingga dapat dikatakan produk yang dihasilkan memiliki toksisitas tinggi. Uji aktivitas antimikroba dari produk kedua menghasilkan zona penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri E. coli, tetapi tidak memberikan zona penghambatan terhadap bakteri S. aereus. Zona penghambatan terhadap bakteri E. coli yang dihasilkan yaitu 11,5 mm untuk risinoleat teroksidasi-glisin dan 6,5 mm untuk risinoleat teroksidasi-fenilalanin. ......This study aims to determine the toxicity value of the BSLT method based on the principle of active compounds and their toxic properties that can kill Artemia salina L. shrimp larvae as test animals. The synthesis of oxidized ricinoleic acid derivatives with amino acids, namely glycine and phenylalanine, begins with double oxidation to form diols using dilute KMnO4 in an alkaline solution, esterification with dry methanol with ZnCl2 catalyst, and the amidation reaction to form amides with amino acids, glycine or phenylalanine. Characterization was carried out using TLC and FTIR. The FTIR results showed that there were overlapping N-H and O-H stretching absorption bands at wave numbers of 3474.89 cm-1 for glycine-oxidized ricinoleic and 3306.64 cm-1 for phenylalanine-oxidized ricinoleic. In addition, there are absorption peaks of CN and C=O secondary amide medium in each product compound with wave numbers 1276.17 cm-1 and 1696.41 cm-1 for glycine-oxidized ricinoleic and 1262.47 cm-1 and 1614.55 cm-1 in phenylalanine-oxidized ricinoleic. BSLT Toxicity Test against Artemia Salina L. produced LC50 values ​​of glycine lipoamide and phenylalanine lipoamide products, respectively, of 117.48 and 42.65 ppm. These results indicate the value of LC50 < 1000, so it can be said that the resulting product has high toxicity. The antimicrobial activity test of the second product resulted in an inhibition zone for the growth of E. coli bacteria, but did not provide an inhibition zone for S. aereus bacteria. The zone of inhibition against E. coli bacteria produced was 11.5 mm for glycine-oxidized ricinoleic and 6.5 mm for phenylalanine-oxidized ricinoleic.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Pernandito Sujatmiko
Abstrak :
Envelope detector berperan dalam proses demodulasi dan terletak di belakang low noise amplifier pada receiver wireless power and data transfer. Envelope detector sendiri merupakan rangkaian elektronika yang dapat mendeteksi puncak dari sebuah gelombang atau daya yang masuk, sehingga hanya menunjukan bagian envelope pada gelombang tersebut. Untuk keperluan alat implan medis, kebutuhan tegangan operasional sangat rendah sehingga ini menjadi tantangan sendiri. Penelitian ini menyajikan tiga macam desain envelope detector yang bekerja pada 14 MHz (ISM band) yang terdiri dari rangkaian transistor berupa nMOSFET, PNP BJT, atau Dioda Schottky yang dilakukan diatas PCB. Berdasarkan simulasi, penggunaan ketiga tipe semikonduktor tersebut dapat melakukan pendeteksian envelope hingga ke tegangan 100 mV. Namun berdasarkan hasil uji coba yang dirangkai pada PCB, kapabilitas pendeteksian paling rendah dan stabil dapat dilakukan pada tegangan 500 mV. ......Envelope detector used on a WPDT receiver serves in a demodulation process following an amplification by an LNA. Envelope detector is an electronic circuit used to detect the envelope of a given wave by utilising the peak signals. In medical implant devices, operating in a very low voltage is compulsory and poses challenges. This research presents three envelope detector designs operating in 14 MHz consisting of transistors configurated with either an nMOSFET, PNP BJT or a Schottky diode implemented on a PCB. Based on the simulations, the proposed circuit design had been able to detect the envelope of the coming signals with the ability to detect as low as 100 mV. Moreover, the fabricated circuit implemented on a PCB shows the ability to detect an envelope as low as 500 mV.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putih Sujatmiko
Abstrak :
Skripsi ini membahas Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok dengan melihat hasil pengamatan kelaikan analisis situasi yang dilakukan dengan kondisi ideal atau pengembangan tujuh prinsip HACCP untuk meningkatkan kualitas dan keamanan makanan pasien dan dari potensi timbulnya bahaya fisik, biologi dan kimia yang bisa mempengaruhi kesembuhan pasien di RSUD Kota Depok. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus dengan tujuan mengembangkan sistem HACCP di Unit Gizi RSUD Kota Depok. Hasil pengamatan kelaikan higiene sanitasi penyelenggaraan makanan di RSUD Kota Depok adalah kelaikan higiene pekerja sebesar 65%, kelaikan sanitasi peralatan makan dan masak 80%, kelaikan sanitasi lingkungan fisik 70%, kelaikan higiene sanitasi pengadaan bahan makanan 80%, kelaikan higiene sanitasi penerimaan bahan makanan 90%, kelaikan higiene sanitasi penyimpanan bahan makanan 80%, kelaikan higiene sanitasi penyiapan bahan makanan 93%, kelaikan higiene sanitasi pengolahan bahan makanan 86%, kelaikan higiene sanitasi penyajian makanan 75%, kelaikan higiene sanitasi pengangkutan makanan 86% dan kelaikan higiene sanitasi pembuangan sampah dan air limbah adalah 80%. Setelah diketahuinya pengamatan kelaikan higiene sanitasi penyelenggaraan makanan dan kondisi ideal HACCP, maka dapat dilakukan pengembangan implementasi sistem HACCP dengan prosedur higiene sanitasi makanan yang ada di Unit Gizi RSUD Kota Depok.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sujatmiko
Abstrak :
Fenomena harmonik yang ditimbulkan oleh beban non linier pada sistem tenaga listrik menimbulkan permasalahan kualitas dimana bentuk gelombang suplai akan menjadi terdistorsi sehingga bisa menimbulkan penurunan kinerja dan bahkan akan mengalami kerusakan pada peralatan listrik. Transformator arus merupakan salah satu peralatan listrik yang berfungsi untuk mentransformasikan arus yang besar pada sisi primer menjadi arus yang kecil di sisi sekunder untuk pengukuran dan proteksi. Akurasi (tingkat ketelitian) adalah kemampuan dari alat ukur untuk memberikan nilai tertentu terhadap harga sebenarnya dari objek yang diukur. Dengan mengetahui tingkat akurasi dari suatu instrumen, maka faktor error yang akan terjadi dapat diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban harmonik terhadap unjuk kerja transformator arus. Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian terhadap Transformator Arus dengan beban harmonik berupa lampu hemat energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya tingkat distorsi arus yang ditimbulkan oleh lampu hemat energi mempengaruhi bentuk gelombang arus. Sehingga membuat error dari transformator arus semakin besar dan mengakibatkan pembacaan pada alat ukur menjadi lebih kecil dari arus RMS nya.
The phenomenon of harmonics caused by nonlinear loads in power systems cause problems where the quality of the supply waveform will be distorted so that it can cause performance degradation and can make damage to electrical equipment. Current transformer is one of the electrical equipment that serves to transform a large current on the primary side of a small current in the secondary side for measurement and protection. Accuracy (precision) is the ability of a measurement to give a specific value to the actual value of the object to be measured. By knowing the accuracy of an instrument, then the error factor that will occur can be known. This study aimed to investigate the influence of harmonic loads on the performance of current transformers. In this study, conducted testing on current transformers with harmonic loads such as energy saving lamps. The results showed that the level of current distortion caused by the influence of energy saving lamp current waveform. Making the error of the transformer and cause greater flow readings on the instruments become smaller than its RMS current.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51284
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>