Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumarwati Kramadibrata Poli
"Latar Belakang Masalah
Pembahasan atau kajian mengenai wanita pada masa kini makin banyak dilakukan dan diterbitkan hasilnya. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan yang dicapai oleh wanita itu sendiri, khususnya pengarang wanita yang berusaha untuk menyuarakan masalah yang selama ini dihadapi kaumnya dalam keberadaannya di dunia.
Pada waktu hak dan kesempatan bagi wanita dan pria mulai menjadi kenyataan, muncul masalah yang justru menghambat masing-masing dalam memanfaatkan kebebasan dan peluang yang ada, yaitu memilih peran yang ingin dijalaninya dan kedudukannya baik dalam keluarga maupun masyarakat. Salah satu alasan yang cukup mendasar dari munculnya masalah ini mungkin merupakan akibat dari kesenjangan yang ada antara aspirasi baru dan gambaran tradisional, yang mau tak mau masih melekat pada diri kita sendiri, baik wanita maupun pria.
Penampilan wanita dalam masyarakat memainkan peranan penting dalam membentuk konsep keberadaan dan citra wanita. Penampilan ini ditentukan oleh gambaran yang dimiliki oleh para anggota masyarakat sendiri. Pertanyaan yang perlu diajukan adalah bagaimanakah gambaran tentang wanita itu sendiri mengingat gambaran itu erat kaitannya dengan peran dan kedudukannya dalam lingkungan keluarga maupun dalam masyarakat. Konsep citra sendiri mengacu pada beberapa pengertian. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992:192) mengatakan:
"Citra adalah gambaran yang dimiliki oleh orang banyak mengenai pribadi, orang, atau produk".
Penjelasan Noerhadi mengenai citra dihubungkan pada self concept atau self image. Penanggapan pada diri sendiri (pribadi) bisa terjadi karena intuitif, bisa juga sebagai hasil refleksi. "Citra" adalah suatu abstraksi dari penggambaran yang diwarnai rasa dan penghayatan (Noerhadi, 1981:54-56).
Definisi yang diberikan Noerhadi tidak jauh berbeda dari apa yang diuraikan oleh Lauwe dalam La Femme dans la Societe. Lauwe berpendapat bahwa gambaran tentang wanita harus dikaitkan dengan perilaku, situasi dan status wanita dalam kehidupan sosial. Selain dari pada itu, gambaran tentang wanita erat kaitannya dengan persepsi, representasi diri dan kesadaran diri yang memungkinkan setiap individu menangkap ketiga unsur ini lalu bila diperlukan, mengubahnya. Jadi, gambaran tentang wanita diperoleh dari gabungan unsur-unsur yang berbeda itu (1967:20-40).
Dengan demikian pendapat Lauwe menyiratkan adanya hubungan ketergantungan antara gambaran atau citra wanita dan cara pandang serta cara menampilkan diri di dalam masyarakat, di samping dengan pengalaman dan imajinasi atau bayangan rekaan yang muncul dari pengalaman tersebut.
Selanjutnya Lauwe mengatakan bahwa representasi atau penampilan diri dikondisikan oleh aturan-aturan bersikap yang berlaku dalam lingkungannya, oleh kebutuhan moral dan aspirasi pribadi masing-masing (wanita) (1967:1oc.cit).
Bahwa ada perubahan atau tidak, gambaran mengenai wanita ini tampaknya harus dikaitkan dengan cara memandang masalah tersebut. Ini berarti menyangkut masalah nilai-nilai dan moralitas. Dalam hal ini pengertian nilai-nilai atau values mengacu pada definisi Clyde Kluckhohn yang dikutip N. Reascher dalam bukunya An Introduction to The Theory of Values:
"A value is a conception, explicit or implicit, distinctive of an individual or characteristic of a group, of the desirable which influences the selection from available means and ends of actions"(1969: 2)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
D271
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarwati Kramadibrata Poli
"Penggambaran kekerasan terhadap perempuan dalam karya sastra dapat ditemukan sejak lama dalam karya sastra dunia. Sebagai suatu lembaga sosial, kesusastraan mampu mengetengahkan persoalan-persoalan kemanusiaan, khususnya kekerasan terhadap perempuan. Pengungkapan yang dilakukan oleh pengarang bisa ditangkap sebagai kritik sosial terhadap kehidupan di sekelilingnya, di samping sebagai penghayatan akan mlai-nilai yang dianggap ideal, sekaligus pencerminan akan suatu bentuk pemikiran atau ideologi, bahkan juga sebagai suatu terapi. Kekerasan itu sendiri pun bentuknya bermacam-macam, dari yang eksplisit sampai yang terselubung yang dilakukan oleh berbagai pihak.

Description of violence against women in world literature has been found for long. As a social institution, it has proved itself as a significant medium to reflect problems of humanity, particularly the practice of violence against women. On the other hand, what the novelists depict can be regarded as a social critic or social control against what is happening around, besides as an imaginative insight of moral values or of ideology, even as a sort of therapeutic form. Violence itself appears in various forms, some explicitly described, others in perfect diguise."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library