Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suriani
"Diferensiasi dan pengalokasian sebagai proses sosial dasar dalam masyarakat. Pada umumnya manusia menginginkan adanya hubungan yang harmonis satu sama lain, tidak terjadi konflik serta menginginkan adanya keteraturan. Apabila dalam suatu rumah tangga terdapat konflik antara orang tua, anggota keluarga senantiasa menginginkan agar supaya bisa tenang, agar bisa bekerja dan belajar dengan tenang. Demikian juga dalam suatu masyarakat ada keinginan untuk bisa hidup dengan tenang aman dan teratur.
Sebagaimana halnya organisme biologis, masyarakat sebagai organisme sosial memerlukan adanya keteraturan, di mana setiap bagian mempunyai fungsi masing-masing. Masyarakat mempunyai intitusi sosial, yang masing-masing mempunyai fungsi mempertahankan adanya masyarakat. Hubungan antara intitusi sosial merupakan sistem sosial. Sebagai sistem sosial masyarakat mempunyai peraturan dan kebiasaan yang merupakan fakta sosial yang berisikan cara bertindak, berfikir dan merasakan yang mengendalikan individu.
Perkembangan dan pertumbuhan suatu sistem sosial dapat terlihat dengan makin bertambahnya diferensiasi intitusi sosial dalam masyarakat tersebut. Bertambahnya diferensiasi intitusi sosial menyebabkan bertambahnya aturan-aturan yang secara spesifik mengatur tingkah laku individu yang tergabung dalam sistem sosial atau bagian sistem sosial. Dengan demikian makin kompleks suatu masyarakat makin banyak aturan-aturan spesifik yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat, di mana anggota masyarakat harus melaksanakan harapan peran yang ditentukan dalam sistem intitusi sosial.
Dalam kenyataan di masyarakat terlihat bahwa masyarakat terbagi dan teralokasikan dalam berbagai dimensi, sesuai dengan harapan yang berupa nilai-nilai yang terdapat dalam intitusi sosial. Harapan peran apa yang harus dilaksanakan sangat tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat. Berdasarkan situasi dan kondisi muncul diferensiasi intern sistem sosial. Harapan peran yang terdapat di masyarakat pedesaan berbeda dari harapan peran yang terdapat di masyarakat perkotaan. Dengan kata lain anggota masyarakat akan melaksanakan perbuatan sesuai dengan ciri-ciri kebudayaan masyarakat bersangkutan.
Anggota masyarakat senantiasa ditekan oleh masyarakat untuk berbuat sesuai kemauan masyarakat. Masyarakat memiliki kekuatan menyuruh dan memaksa terhadap individu terlepas dari, kemauan individualnya. Diferensiasi intern sistem sosial disebabkan oleh bermacam-macam faktor baik yang dilakukan secara sengaja ataupun secara terselubung. Salah satu wujud diferensiasi sosial berupa pelapisan-pelapisan sosial (stratifikasi sosial). Sistem berlapis-lapis itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur, dimana dalam kenyataan akan ada pelapisan berdasarkan kekayaan, pendidikan, umur dan sebagainya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suriani
"Tulisan ini bertujuan untuk menarasikan hadirnya gajah dalam sejarah perkebunan Sumatra Timur dalam proses pembukaannya dan pembangunan infrastruktur. Metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan sumber primer berupa foto-foto pemanfaatan dan perburuan gajah di Sumatra Timur awal abad XX, arsip perkebunan Sumatra Timur sejak pembukaannya hingga perkembangannya awal abad XX, koran serta Staatsblad tahun 1924 dan 1931. Gajah memiliki peran penting dalam proses pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur di perkebunan Sumatra Timur, akan tetapi pada dekade kedua abad XX, perburuan terhadap gajah tetap dilakukan. Saat itu gajah diperlukan untuk pembangunan sekaligus untuk bersenang-senang dalam bentuk perburuan. Pemerintah Kolonial mengeluarkan undang-undang perburuan dan perlindungan hewan liar sebagai cara meminimalisirnya. Berdasarkan fakta tersebut terlihat bahwa dalam sejarah perkebunan Sumatra Timur bukan hanya ada narasi kapitalisme, kuli ataupun sejarah sosial yang membahas segregasi masyarakat, tetapi terdapat pula narasi tentang sejarah lingkungan yang mengekspos perubahan lanskap Sumatra Timur dan eksploitasi terhadap gajah."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2023
959 PATRA 24:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Dewi Suriani A.
"Kasus AIDS (Acquired lmmuno Deficiency syndrome) merupakan kumpulan gejaia akibat infeksi HIV yang dapat menurunkan kekebalan tubuh penderita, saat ini semakin banyak ditangani oleh RSUD kota Bekasi. Masih adanya kecelakaan kerja berupa Iuka tusuk jarum bekas pasien, adanya perilaku tidak aman seperti pemakaian APD yang tidak kontinu dan pembuangan jarum bekas pakai tidak pada tempat semestinya yang dilakukan oleh tenaga keperawatan, merupakan hal yang tidak diharapkan.
Heinrich (1941), memperkenalkan konsep penyebab terjadinya kecelakaan kerja, umumnya adalah faktor periiaku manusia (unsafe actlbehavior) sekitar 88%, faktor kondisi tempat kerja (unsafe condition) sekitar 10%, dan sisanya sekitar 2% disebabkan oleh faktor takdir, sedangkan Petersen (1988), menyebutkan bahwa umumnya seorang karyawan cenderung melakukan peri- Iaku tidak aman karena beberapa hat, yaitu tingkat persepsi yang buruk terha- dap adanya bahaya atau risiko di tempat keria, menganggap remeh tentang kemungkinan terjadinya kecelakaan kelja, dan menganggap rendah biaya yang harus dikeluarkan jika terjadi kecelakaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran persepsi risiko mengenai HIV/AIDS pada tenaga keperawatan di RSUD kota Bekasi, sehingga rumah sakit dapat mengambil sikap yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi saat ini. Oleh karena itu penutis ingin melakukan penelitian agar mendapatkan gambaran mengenai persepsi risiko tenaga keperawatan mengenai HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan stucii analisis deskriptif dengan metode pene- litian C/oss Sectionaf, yang ditakukan di RSUD kota Bekasi pada bulan April sampai dengan Juli 2007. Pengambilan data primer berupa kuesioner dilakukan pada 144 tenaga keperawatan fungsional, karena merupakan pekerja rumah sakit yang paling sering melakukan kontak dengan pasien.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat persepsi risiko yang kurang baik mengenai kerentanan penularan HIV/AIDS, dan persepsi risiko yang baik mengenai keparahan HIV/AIDS, pencegahan/perilaku hati-hati dan keuntungan pemakaian APD dalam penoegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian mengenai persepsi risiko berdasarkan variabel masa kerja menunjukkan adanya persepsi risiko mengenai kerentanan terhadap HIV/AIDS yang kurang baik pada semua kelompok masa kerja, terutama pada kelompok masa kerja dibawah 1 tahun. Berdasarkan variabel pengetahuan menunjukkan adanya persepsi risiko mengenai kerentanan terhadap HIV/AIDS yang baik pada kelompok yang memiliki pengetahuan tinggi, dan persepsi nsiko kurang baik pada kelompok yang memiliki pengetahuan sedang dan rendah. Berdasarkan variabel sikap menunjukkan adanya persepsi risiko mengenai kerentanan terhadap HIV/AIDS yang kurang baik pada semua kelompok yang enggan merawat pasien HIV/A!DS, Hepatitis B dan Hepatitis C, terutama pada kelompok yang tidak bersedia merawat pasien HIV/AIDS.
Berdasarkan variabel pengalaman menunjukkan adanya persepsi risiko mengenai kerentanan terhadap HIV/AIDS yang kurang baik pada semua kelompok pengalaman mendapatkan Iuka tusuk jarum. Berdasarkan variabel karakteristik tenaga keperawatan, ditemukan adanya angka kejadian Iuka tusuk jarum yang masih tinggi, adanya pemakaian APD yang tidak kontinu, adanya transfer informasi yang kurang efektif, dan adanya kekha-watiran pada tenaga keperawatan akan penularan HIV/AIDS.
Pihak RSUD kota Bekasi perlu membentuk panitia K3RS (Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit) yang berperan dalam pembinaan program keselamatan dan kesehatan kerja, meningkatkan persepsi risiko tenaga keperawatan di RSUD kota Bekasi dengan cava memberikan edukasi berupa penyuluhan, pemahaman dan informasi yang tepat. Melakukan pengawasan terhadap kinelja tenaga keperawatan di RSUD kota Bekasi, terutama yang berkaitan dengan perilaku iidak aman saat bekerja, dan melakukan pembaharuan atas berbagai informasi menyangkut petunjuk pe iaksanaan atau SOP dan melakukan sosialisasi yang efektif. Meningkatkan rasa kepercayaan dan rasa aman saat bekeria pada tenaga keperawatan dengan menyediakan sarana, prasarana dan kebijakan-kebijakan yang dapat melindungi pekerja.

Over the last few years there is an increase of HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus that caused Acquired lmmuno Deficiency Syndrome) cases at Bekasi Public Hospital. Similarly accidental cuts and wounds cause by carelessly disposal hypodermic needle and discontinue application of PPE (Personal Protective Equipment) were among the unacceptable behavior by the healthcare worker (nurse and midwive).
Heinrich (1941), introduce the main cause of work accident is about 88% due to unsafe actlbehavior, 10% due to unsafe working condition and about 2% is fate. On the other hand Petersen (1988) stated that the tendency of workers unsafe act/behavior were mainly caused by level of perception on risk/danger on the work place, ignorance of possible work accident and perception that accidental cost is cheap.
The objective of this study is to obtain information on HIVIAIDS risk perception by the healthcare worker at the Bekasi Public Hospital to enable the hospital undertake necessary action and policy improve the current condition. Descriptive analysis using Cross Sectional Method is used on the study by obtaining primary data using questioners for 144 functional healthcare worker(nurse and midwive) as the main personnel in hospital in close contact with the patient.
The result of the study indicated that there is a low level risk perception on susceptibility of HIV/AIDS infection and high level risk perception on the severity of HlVlAlDS infection, prevention/carefull behaviour and the advantage or benefit uses of PPE to prevent HIV/AIDS infecion. The study also indicated that based on the susceptibility of HIV/AIDS infection there is a low level risk perception among all health workers grouped by their work periode, and especially very low for the less than 1 year work periode group. Furthermore, there is a high level risk perception among the high level of knowledge group, but low level risk perception for the medium and low level of knowledge group. There is also a high level risk perception among all group who is unwilling to care patient with HIVIAIDS, Hepatitis B dan Hepatitis C, especially who is unwilling to care HIV/AIDS patient.
Based on the experience variable, there is a low level risk perception on susceptibility of HlV/AIDS infection among all group. Furthermore, there is a high case of accidental cuts, discontinue uses of PPE, ineffective transfer of information and fear of HIVIAIDS infection among the nurses and midwive.
There is an urgent need on establish a Comettee on Hospital Occupational Safety and Health at Bekasl Public Hospital, to undertake initiative on healthy and safety work, increase the risk perception level among the health worker through education program, includes: guidence and proper information.
Undertaking monitoring on the health worker, especially on the unsafety behaivor during work and information changes on SOP, and effective socialization. Improvement the self confidence during work period among health workers by providing equipment, facilities and policy needs to protect the healthcare workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Oster Suriani
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Rancangan penelitian adalah kasus kontrol tidak berpadanan. Jumlah sampel 2500 orang terdiri dari 500 orang ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR (kasus) dan 2000 orang ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan normal (kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang menerima kualitas pelayanan antenatal yang buruk kemungkinan berisiko melahirkan BBLR 2,22 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang menerima kualitas pelayanan antenatal yang baik setelah dikontrol pendidikan ibu. Variabel lain yang terbukti signifikan berhubungan adalah jenis kelamin, umur ibu, pendidikan ibu, paritas, dan komplikasi kehamilan.

ABSTRACT
This study is depth analysis data of IDHS 2007. The design of this study is nonmatching case-control with, the number of sample was 2500 that consisted of 500 mothers who gave birth with LBW as a case group birth and 2000 mothers who gave birth normal weight.
The result of this study showed that mothers who utilized bad (low) quality of ANC had the tendency to have LBW 2.22 times higher compared to mothers who utilized good quality ANC, controllod by education?s mother. Significant variabel with LBW occurence statistically is baby gender, mother?s age, mother?s education, parity, complication during pregnancy.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28445
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nenny Suriani
"Acalypha indica Linne has been known widely could decrease the high blood uric acid concentration. Effervescent dry suspension is a modification form of dry suspension to accelerate time reconstitution therefore has a better homogenized liquid and decrease thoroughly effect which is usually done in dry suspension. The production of granul was perfomed by wet granulation at a specific condition with relative humidity (RH) 45% and temperature 200C. Full pregelatinized queensland arrowroot starch (AGPS) was used as a suspending agent. Pregelatinized queensland arrowroot starch was proceed by using double drum dryer at 80deg;C ± 5deg;C. Five different formulations were perfomed for granul by modifying the amount of effervescent mix ingredients. Evaluation was made including odor, taste, and color taste, water content, flow rate, repose of angle, reconstitution time, pH, CO2, viscosity, particle size distribution, and higroscopicity. The evaluation showed that all of the formula had met qualifications of effervescent dry suspension and formula E which has effervescent mix 48% had a best qualification.

Akar kucing (Acalypha indica Linne) merupakan tumbuhan yang banyak digunakan untuk obat atau bahan obat yang dapat menurunkan kadar asam urat tinggi di dalam darah. Suspensi kering efervesen merupakan pengembangan jenis sediaan suspensi kering dibuat untuk mempercepat waktu rekonstitusi sehingga menghasilkan suatu larutan yang lebih homogen dan akhirnya dapat mengurangi efek pengadukan yang umumnya dilakukan pada suspensi kering tersebut. Pembuatan granul dilakukan dengan menggunakan metode basah pada kondisi khusus RH 45% temperatur 200C. Bahan pensuspensi yang digunakan dalam formulasi adalah Amilum Ganyong Pregelatinasi Sempurna (AGPS). Amilum pregel diproses menggunakan double drum dryer pada suhu 80°C ±5deg;C. Granul yang dibuat terdiri dari 5 macam formula dengan variasi konsentrasi pembentuk efervesen yang berbeda-beda. Evaluasi yang dilakukan meliputi uji organoleptis, kandungan air, laju alir, penentuan sudut istirahat, waktu rekonstitusi, uji pH, uji CO2, viskositas, distribusi ukuran partikel, dan uji higroskopisitas. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, kelima formula memberikan hasil yang baik dan formula E yang mengandung campuran efervesen 48% memberikan hasil evaluasi yang terbaik."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S33065
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library