Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sylvia
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mendiskusikan Sektor Informal dalam Ruang Ekonomi, dengan merunjuk pada Kota Depok sebagai lokus penelitian. Metodologi yang digunakan adalah Soft Systems Mehtodology based Action Research. Kerangka Teori yang digunakan adalah The New Institutionalism In Economic Sociology. Temuan penelitian ini adalah value bersama (ideologi) “Gotong-Royong” yang ada dalam diri aktor ekonomi di sektor informal, memberikan kontribusi positif pada outcome ekonomi. Rekomendasi teoritik yaitu (a) mempertimbangkan konteks saat menggunakan kerangka berpikir utama, (b) menggunakan model epistemologi untuk membangun tipe ideal yang dapat menggambarkan konteks lokus penelitian dan meletakkannya dalam kerangka teori yang digunakan untuk menganalisa apa yang menjadi research interest. Rekomendasi praktik adalah perlu penguatan value-bersama (ideologi) untuk memperkecil potensi konflik horisontal dalam ruang ekonomi di sektor informal, dimana aktor-aktor yang berinteraksi adalah aktor dengan value etnik/agama masing-masing.
ABSTRACT
This research discusses the Informal Sector in the Economic Field. Locus of the research is Kota Depok. This research uses the methodology „Soft Systems Methodology based Action Research‟. By using the framework of thinking “The New Institutionalism In Economic Sociology”, the finding of this research is common-values (ideology) „Gotong-Royong‟ provides a positive influence to the economic outcome with low negative implications. Theoretical recommendations as follows (a) have to consider the context of the locus, (b) to use epistemology model as an ideal type based on context of the locus, to debate the phenomenon which is the research interest of the researcher. Practical recommendation is to strengthen common-value (Ideology) „Gotong-Royong‟ to avoid horizontal conflicts among actors of the economic informal sector.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian mengenai efektivitas pengobatan diabetes melitus dan kaitannya dengan pencegahan komplikasi masih menujukkan hasil yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas hipoglikemik dan fungsi ginjal dari sulfonilurea, kombinasi sulfonilurea dan biguanid serta injeksi insulin. Disain penelitian adalah kohort retrospektif pada pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan yang mengkonsumsi obat yang sama selama empat bulan terakhir di RSK Dr. Sitanala Tangerang. Penelitian ini dilaksanakan pada kurun waktu April-Juni 2015, dan sudah mendapatkan lulus kaji etik dari Komite Etik rumah sakit ini. Subyek penelitian dibagi kedalam tiga kelompok yaitu yang menggunakan injeksi insulin (n = 30), yang menggunakan obat sulfonilurea tunggal (n = 30), dan kombinasi sulfonilurea dan biguanid (n = 45). Efektivitas hipoglikemik dilihat dari nilai HbA1C pasien dan komplikasi nefropati diabetik dilihat dari nilai eLFG yang dihitung dari angka serum kreatinin. Rerata usia keseluruhan pasien adalah 54,98±7,47, sebagian besar adalah wanita (72%) dan cenderung overweight (rerata IMT 25,47±4,77). Ada perbedaan yang bermakna (p = 0,042 ) pada nilai HbA1C pasien kelompok kombinasi sulfonilurea-biguanid (rerata HbA1C 7,28±0,09) dibandingkan dengan kelompok insulin (rerata HbA1C 8,10±0,09), sementara dengan kelompok sulfonilurea tunggal tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan nilai eLFG untuk setiap kelompok obat tidak ditemukan perbedaan yang bermakna. Subyek yang memiliki riwayat diabetes melitus dalam keluarga mempunyai peluang 4,512 kali (interval kepercayaan 95%, p = 0,010) lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat diabetes dalam keluarga untuk memiliki nilai HbA1C lebih dari 7%. Pasien dengan IMT >30 kg/m2 mempunyai peluang sebesar 21,631 (p = 0,012) dibandingkan pasien dengan IMT < 18,5 kg/m2 untuk memiliki nilai HbA1C yang tidak terkontrol atau diatas 7%. Pengobatan dengan kombinasi antidiabetik oral sulfonilurea dan biguanid lebih efektif dalam menurunkan nilai HbA1C pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan insulin atau sulfonilurea tunggal, dan tidak ada perubahan bermakna dalam penurunan fungsi ginjal ABSTRACT Research on effectiveness of therapy on diabetes mellitus associated with prevention of its complication still remain varied in results. The hypoglycemic effectiveness and the kidney function were compared between sulfonylurea, sulfonylurea and biguanide combination and insulin, with the retrospective cohort study design, on patients that use those agents in last four months and came to out-patient clinic of RSK Dr. Sitanala Tangerang. This research had the Ethical Clearance from the Ethical Committee of this hospital. Subjects were classify into three groups, i.e insulin group (n = 30), sulfonylurea group (n = 30) and sulfonylurea and biguanide combination group (n = 45). Hypoglycemic effectiveness is measured with the HbA1C level and diabetic nephrophaty with the eGFR which calculated from the measured serum creatinin. Mean age of all subjects was 54,98±7,47 (p=0,157), most were women (72%, p=0,235), and tend to overweight (mean BMI is 25,49±4,84; p = 0,59). Mean HbA1C level from the sulfonylurea-biguanide (7,28±0,09) group were significantly different (p = 0,042) with those from the insulin group (8,10±0,09), and there was no significant difference with the sulfonylurea group. There was no significant difference in diabetic nephropathy between groups. Subject with diabetic family history has 4,512 times chance to have the HbA1C level > 7% compare to those without diabetic family history. Subjects with BMI >30 kg/m2 have 21,631 times chance to get the HbA1C >7% compare to subjects with BMI <18,5 kg/m2. Sulfonylurea and biguanide combination was more effective compare to insulin or sulfonylurea monotherapy on decreasing HbA1C level of type 2 DM patients, without significant difference in effect of lowering kidney functionH;Research on effectiveness of therapy on diabetes mellitus associated with prevention of its complication still remain varied in results. The hypoglycemic effectiveness and the kidney function were compared between sulfonylurea, sulfonylurea and biguanide combination and insulin, with the retrospective cohort study design, on patients that use those agents in last four months and came to out-patient clinic of RSK Dr. Sitanala Tangerang. This research had the Ethical Clearance from the Ethical Committee of this hospital. Subjects were classify into three groups, i.e insulin group (n = 30), sulfonylurea group (n = 30) and sulfonylurea and biguanide combination group (n = 45). Hypoglycemic effectiveness is measured with the HbA1C level and diabetic nephrophaty with the eGFR which calculated from the measured serum creatinin. Mean age of all subjects was 54,98±7,47 (p=0,157), most were women (72%, p=0,235), and tend to overweight (mean BMI is 25,49±4,84; p = 0,59). Mean HbA1C level from the sulfonylurea-biguanide (7,28±0,09) group were significantly different (p = 0,042) with those from the insulin group (8,10±0,09), and there was no significant difference with the sulfonylurea group. There was no significant difference in diabetic nephropathy between groups. Subject with diabetic family history has 4,512 times chance to have the HbA1C level > 7% compare to those without diabetic family history. Subjects with BMI >30 kg/m2 have 21,631 times chance to get the HbA1C >7% compare to subjects with BMI <18,5 kg/m2. Sulfonylurea and biguanide combination was more effective compare to insulin or sulfonylurea monotherapy on decreasing HbA1C level of type 2 DM patients, without significant difference in effect of lowering kidney functionH;Research on effectiveness of therapy on diabetes mellitus associated with prevention of its complication still remain varied in results. The hypoglycemic effectiveness and the kidney function were compared between sulfonylurea, sulfonylurea and biguanide combination and insulin, with the retrospective cohort study design, on patients that use those agents in last four months and came to out-patient clinic of RSK Dr. Sitanala Tangerang. This research had the Ethical Clearance from the Ethical Committee of this hospital. Subjects were classify into three groups, i.e insulin group (n = 30), sulfonylurea group (n = 30) and sulfonylurea and biguanide combination group (n = 45). Hypoglycemic effectiveness is measured with the HbA1C level and diabetic nephrophaty with the eGFR which calculated from the measured serum creatinin. Mean age of all subjects was 54,98±7,47 (p=0,157), most were women (72%, p=0,235), and tend to overweight (mean BMI is 25,49±4,84; p = 0,59). Mean HbA1C level from the sulfonylurea-biguanide (7,28±0,09) group were significantly different (p = 0,042) with those from the insulin group (8,10±0,09), and there was no significant difference with the sulfonylurea group. There was no significant difference in diabetic nephropathy between groups. Subject with diabetic family history has 4,512 times chance to have the HbA1C level > 7% compare to those without diabetic family history. Subjects with BMI >30 kg/m2 have 21,631 times chance to get the HbA1C >7% compare to subjects with BMI <18,5 kg/m2. Sulfonylurea and biguanide combination was more effective compare to insulin or sulfonylurea monotherapy on decreasing HbA1C level of type 2 DM patients, without significant difference in effect of lowering kidney functionH;Research on effectiveness of therapy on diabetes mellitus associated with prevention of its complication still remain varied in results. The hypoglycemic effectiveness and the kidney function were compared between sulfonylurea, sulfonylurea and biguanide combination and insulin, with the retrospective cohort study design, on patients that use those agents in last four months and came to out-patient clinic of RSK Dr. Sitanala Tangerang. This research had the Ethical Clearance from the Ethical Committee of this hospital. Subjects were classify into three groups, i.e insulin group (n = 30), sulfonylurea group (n = 30) and sulfonylurea and biguanide combination group (n = 45). Hypoglycemic effectiveness is measured with the HbA1C level and diabetic nephrophaty with the eGFR which calculated from the measured serum creatinin. Mean age of all subjects was 54,98±7,47 (p=0,157), most were women (72%, p=0,235), and tend to overweight (mean BMI is 25,49±4,84; p = 0,59). Mean HbA1C level from the sulfonylurea-biguanide (7,28±0,09) group were significantly different (p = 0,042) with those from the insulin group (8,10±0,09), and there was no significant difference with the sulfonylurea group. There was no significant difference in diabetic nephropathy between groups. Subject with diabetic family history has 4,512 times chance to have the HbA1C level > 7% compare to those without diabetic family history. Subjects with BMI >30 kg/m2 have 21,631 times chance to get the HbA1C >7% compare to subjects with BMI <18,5 kg/m2. Sulfonylurea and biguanide combination was more effective compare to insulin or sulfonylurea monotherapy on decreasing HbA1C level of type 2 DM patients, without significant difference in effect of lowering kidney functionH, Research on effectiveness of therapy on diabetes mellitus associated with prevention of its complication still remain varied in results. The hypoglycemic effectiveness and the kidney function were compared between sulfonylurea, sulfonylurea and biguanide combination and insulin, with the retrospective cohort study design, on patients that use those agents in last four months and came to out-patient clinic of RSK Dr. Sitanala Tangerang. This research had the Ethical Clearance from the Ethical Committee of this hospital. Subjects were classify into three groups, i.e insulin group (n = 30), sulfonylurea group (n = 30) and sulfonylurea and biguanide combination group (n = 45). Hypoglycemic effectiveness is measured with the HbA1C level and diabetic nephrophaty with the eGFR which calculated from the measured serum creatinin. Mean age of all subjects was 54,98±7,47 (p=0,157), most were women (72%, p=0,235), and tend to overweight (mean BMI is 25,49±4,84; p = 0,59). Mean HbA1C level from the sulfonylurea-biguanide (7,28±0,09) group were significantly different (p = 0,042) with those from the insulin group (8,10±0,09), and there was no significant difference with the sulfonylurea group. There was no significant difference in diabetic nephropathy between groups. Subject with diabetic family history has 4,512 times chance to have the HbA1C level > 7% compare to those without diabetic family history. Subjects with BMI >30 kg/m2 have 21,631 times chance to get the HbA1C >7% compare to subjects with BMI <18,5 kg/m2. Sulfonylurea and biguanide combination was more effective compare to insulin or sulfonylurea monotherapy on decreasing HbA1C level of type 2 DM patients, without significant difference in effect of lowering kidney functionH]
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T42968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
S21682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ike Sylvia
Abstrak :
Saat ini terdapat lima buah majalah wanita waralaba yang bersaing untuk memperebutkan pasar pembaca dan pengiklan, selain majalah wanita lokal yang juga membidik pasar yang sama. Hadirnya pemain baru dalam pasar majalah wanita waralaba tentunya berpengaruh berubahnya struktur pasar majalah wanita waralaba ini. Selain itu tingginya tingkat persaingan ini membuat penerbit tidak bisa hanya mengandalkan pada keunggulan produk majalah mereka, tetapi juga harus menerapkan konsep pemasaran lainnya, yaitu dengan menghasilkan produk yang memang dibutuhkan dan diinginkan pasar, serta bagaimana produk tersebut bisa menarik perhatian pasar dan bisa mendapat tempat dihati konsumen. Maka untuk sampai pada tahap tersebut amat panting mengkaji bagaimana strategi yang diterapkan dalam memasarkan produk media khususnya strategi komunikasi pemasarannya. Kajian dalarri penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode penelitian studi kasus. Unit analisis dalam penelitian ini adalah majalah wanita Cosmopolitan Indonesia dan Her World Indonesia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis komparatif& dengan melihat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh Cosmopolitan dan Her World dalam melaksanakan strategi komunikasi pemasaran melalui bauran promosinya dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan dalam upaya memperoleh performance yang baik dengan memperhatikan indikator-indikator yang ada pada konsep Structure-Conduct-Performace. Dengan melihat keadaan persaingan majalah wanita yang ada di Indonesia saat ini dan pertumbuhan yang demikian pesat, penelitian ini akan difokuskan untuk mendapatkan gambaran struktur pasar majalah wanita lifestyle dengan sistem waralaba ini dan usaha-usaha komunikasi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh masing-masing majalah melalui bauran promosinya (promotional mix) untuk mengantisipasi keadaan pasar ini dan adakah dampaknya terhadap performance masing-masing majalah. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memberikan penilaian terhadap performance masing-masing majalah setelah mereka melaksanakan strategi komunikasi pemasaran melalui bauran promosinya. Untuk melakukan proses evaluasi tersebut, penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan, yang pertama penelitian ini berangkat dari konsep Structure - Conduct - Performance.Tahapan yang kedua adalah mengkaji strategi komunikasi pemasaran apa yang dilakukan oleh Cosmopolitan dan Her World melalui bauran promosinya, agar masing-masing majalah mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan pembacanya, dan sejauh mana pemenuhan itu dilakukan dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibandingkan pesaing. Kelima jenis bauran promosi sama-sama digunakan oleh Cosmopolitan dan Her World, namun kompleksitas, variasi jumlah, kualitas dan intensitas penggunaan serta kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang, pengalaman dalam menentukan, memilih dan memadukan bauran promosi yang ada membawa dampak Cosmopolitan lebih efisien daripada Her World. Efisiensi yang dilakukan Cosmopolitan antara lain dengan memaksimalkan kekayaan SDM dan modal yang dimiliki oleh PT. Mugi Rekso Abadi sebagai holding company-nya dengan melibatkan media-media yang bernaung di bawah MRA Media dalam melaksanakan bauran promosinya, seperti dalam mencari klien pengiklan, promosi penjualan. Her World tidak mempunyai jaringan konglemerasi seperti apa yang dimiliki oleh Cosmopolitan. Selain itu Cosmopolitan rnemanfaatkan celah keingintahuan wanita lnonesia yang mengalami pergeseran cultural; dan mampu membaca latent needs yang muncul dari pergeseran cultural tersebut dan berusaha memenuhinya melalui keragaman bahasan artikel. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh Her World karena berpijak pada norma-norma ketimuran yang mendasarinya. Pada akhir temuan dapat diperlihatkan bahwa ada hubungan timbal balik (reciprocal) antara model organisasi industri (struktur pasar, perilaku pasar dan performa) dengan strategi komunikasi pemasaran. Struktur pasar yang terbentuk memacu industri mencari, menemukan dan menggunakan strategi komunikasi pemasaran yang tepat dan efisien, sedangkan bauran promosi yang tepat, efisien dan bermalma akan meningkatkan jumlah pembeli, selalu berusaha mencari bentuk dan kemasan yang spesifk dan menarik, dan mencari inovasi lain yang berbeda dari produk majalah lain yang mempunyai sasaran pembaca yang hampir lama dengan selalu mengupayakan riset tentang apa yang diinginkan pasar dan meningkatkan mutu majalah sehingga lebih sesuai dengan tuntutan dan karakteristik pembaca.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia,
T13353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Sylvia
Abstrak :
Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap kebijakan penanggulangan kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta Perkembangan kota-kota besar di negara berkembang tidak terlepas dari kemacetan lalu lintas dari tahun-ketahun semakin mengesalkan pengguna jalan raya terutama pengguna angkutan umum. Analisis kebijakan penanggulangan kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta, diangkat 4 hal pokok yaitu (1) Bagaimana mengatasi kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta, (2) Prioritas kebijakan apa yang harus diterapkan didalam mengatasi kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta, (3) Transportasi yang bagaimana di harapkan dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta dan (4) Bagaimana koordinasi antar Departemen dan pihak swasta yang terkait di dalam mengatasi kemacetan lain lintas di DKI Jakarta. Hasil penelitian ini menemukan (1) Pihak yang paling berkepentingan untuk menanggulangi kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta adalah pihak pemerintahan daerah bekerjasama dengan beberapa stakeholder lainnya, (2) Sasaran memperlancar arus lalu lintas di DKI Jakarta adalala kebijakan peningkatan jalan untuk dapat menampung luapan kendaraan yang terus bertambah setiap saat, (3) Prioritas mencapai beberapa sasaran yang ada yang perlu mendapatkan prioritas dalam rangka mencapai tujuan dari hasil penelitian ini adalah kebijakan penambahan jumlah armada bus dan pengembangan busway, (4) Lancarnya arus lalu lintas di DKI Jakarta akan mendorong terciptanya kondisi keamanan masyarakat pengguna jalan secara khusus dan stabilitas nasional secara umum.
This research is an evaluation on the policy to deal with the traffic jam in DKI Jakarta. The development of capital cities in the developing countries is inseparable from the traffic jam which is becoming more annoying from year to year specially for the public transport user. There are 4 (four) main issues in the analysis of the policy to deal with the traffic jam in DKI Jakarta, which are (1) How to deal with the traffic jam in DKI Jakarta, (2), The priority of policy that should be implemented in dealing with the traffic jam in DKI Jakarta, (3) The type of transportation that is expected in dealing with the traffic jam in DKI Jakarta, and (4) The coordination between the Government Departments and related private sectors in dealing with the traffic jam in DKI Jakarta. This research found that (1) The regional government, working together with the other stakeholder, has the most interest in dealing with the traffic jam in DKI Jakarta, (2) the objective to smoothen the traffic in DKI Jakarta is the policy to improve roads to accommodate the overflow of vehicles, (3) The policy to meet some of the objectives that has to be priorities to achieve the goal from the result of this research is the policy to increase the number of busses and the development of busway, (4) smooth traffic flow in DKI Jakarta will create a safe condition for the mad user in particular and the national stability in general.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarumaha, Sylvia
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh efektifitas dewan komisaris, komite audit, dan kualitas bank monitoring sebagai mekanisme corporate governance terhadap financial distress. Penelitian ini mengacu pada penelitian Hermawan (2009). Efektifitas dewan komisaris dan komite audit dinilai melalui penetapan skor yang dinilai dari beberapa karakteristik yakni independensi, aktivitas, size/ukuran, dan kompetensi. Sedangkan, kualitas bank monitoring diukur dari proporsi pinjaman dari bank yang berkualitas baik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi logit menggunakan 130 sampel yang terdiri dari 65 perusahaan financial distress dan 65 perusahaan non-financial distress yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Hasil penelitian memberikan bukti empiris bahwa efektifitas dewan komisaris, efektifitas komite audit, serta kualitas bank monitoring berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap financial distress. Kemudian dilakukan uji tambahan untuk masing-masing karakteristik dewan komisaris dan komite audit, hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dewan komisaris yakni independensi, aktivitas, size, dan kompetensi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap financial distress. Demikian pula dengan masing-masing karakteristik komite audit yakni aktivitas, size, dan kompetensi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap financial distress.
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the effectiveness of board, audit committee and the quality of bank monitoring as corporate governance mechanism on financial distress. This research refers to previous research conducted by Hermawan (2009). The effectiveness of board and audit committee is assessed by scoring some characteristics such independence, activity, size, and competence. Meanwhile, the quality of bank monitoring is measured by the loan from bank with a good monitoring quality. Hypotheses testing conducted by logit regression using 130 samples consists of 65 financially distressed firms and 65 non financially distressed firms which listed in Jakarta Stock Exchange during 2009 until 2011. The empiricial results show that the effectiveness of board, audit committee and the quality of bank monitoring have significant impact on the probability of firm experienced financial distress. Furthermore, additional testing conducted for each characteristics of board and audit committee on financial distress. The result shows that each characteristics of board and audit committee which consists of independence, activities, size, and competency have negative significantly influence on financial distress.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T33773
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sylvia
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tengah dilanda krisis, terdapat saham-saham yang mampu bertahan dan hampir tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi politik, yang oleh para analis dan investor di pasar modal dikategorikan sebagai defensive stocks. Saham-saham ini biasanya berasal dari emiten yang bergerak di bidang komoditi utama atau yang setiap saat dibutuhkan oleh konsumen dan memiliki pasar yang luas. Beberapa saham yang termasuk dalam kategori tersebut adalah saham perusahaan sektor industri consumer goods, terutama dari sektor industri makanan-minuman dan rokok. Dari perbedaan yang tetjadi itu maka dilakukan penelitian guna mengetahui ada atau tidaknya pengaruh faktor-faktor ekonomi makro dan karakteristik terhadap kinetja saham saham perusahaan sektor industri consumer goods. Dan seberapa signifikan pengaruh faktor-faktor ekonomi makro seperti IHSG, SBI, Inflasi, Uang beredar dan nilai tukar dan karakteristik seperti nilai ekspor dan impor terhadap kinetja saham saham perusahaan sektor industri consumer goods. Analisa dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda melalui empat tahapan. Pertama regresi terhdap pengaruh pasar (IHSG), kedua regresi untuk melihat pengaruh IHSG dengan variabel ekonomi makro. Ketiga, regresi untuk melihat pengaruh IHSG dengan karakteristik nilai ekspor dan impor industri makanan, rnnuman dan rokok. Dan Keempat regresi untuk melihat pengaruh bersama sama variable ekonomi makro, pasar (IHSG) dan tingkat kesehatan bank. Teknik penarikan sampel silakukan pada 16 saham industri makanan dan minuman yaitu Ades Alfindo Tbk (ADES), Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA), Aqua Golden Missisipi bk (AQUA), Cahaya Kalbar Tbk (CEKA), Davomas Abadi Tbk (DA VO), Delta Djakarta Tbk (DL T A), Indo food Sukses Makmur Tbk (INDF), Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), Mayora Indah Tbk (MYOR), Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN), Sari Husada Tbk (SHDA), Sekar LautTbk (SKLT), SMART Tbk (SMAR), Siantar Top Tbk (STTP), Suba Indah Tbk (SUBA), Tunas Barn Lampung Tbk (TBLA), dan Ultra Jaya Milk Tbk (ULTJ). Serta 4 saham industri rokok yaitu BAT Indonesia Tbk (BATI), Gudang Garam Tbk (GGRM), H.M.Sampoema Tbk (HMSP), Bentoel lndonesia Inv,Tbk (RMBA). Hasil pengolahan data menunjukan tingkat pengembalian pasar yang signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian saham industri makanan, minuman dan rokok. V ariabel makro tidak signifikan mempengaruhi tingkat pengembalian saham. Oleh karenanya, kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham industri makanan, minuman dan rokok. Sedangkan karakteristik nilai ekspor dan impor tidak signifikan mempengaruhi tingkat pengambalian saham. Hal ini menunjukan saham industri makanan, minuman dan rokok memang stabil dalam setiap kondisi dan keadaan.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Inung Sylvia
Abstrak :
Terapi Reiki merupakan salah satu terapi komplementer untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2. Terapi ini menggunakan energi alami yang disalurkan pada tubuh pasien DM tipe 2 dengan tujuan menyelaraskan energi yang tidak seimbang dalam tubuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Reiki terhadap penurunan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di Klub Diabetes Instalasi Rehabilitasi Medis RSUP Fatmawati, Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental dengan pendekatan the one-group pretest-posttest design (before and after) menggunakan teknik purposif sampling untuk pengambilan sampelnya. Sampel berjumlah 18 responden. Terapi Reiki dilakukan dengan dua metode, secara langsung dan dari jarak jauh (distant healing) yang diberikan selama 30 hari. Terapi Reiki dilakukan oleh peneliti dibantu oleh praktisi Reiki khususnya dalam transfer energi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah adalah glukometer. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara KGDS sebelum dan setelah intervensi Reiki (p=0,000). Disarankan pemberian asuhan keperawatan menggunakan terapi komplementer Reiki dalam membantu mengatasi masalah kesehatan pasien.
Reiki therapy is one of the complementary therapy that is used to decrease blood glucose level of Type 2 Diabetes Mellitus patient. The therapy employs nature energy which was transferred into patient body to synchronize the imbalance energy in the body. This research was aimed to examine the effect of Reiki in decreasing blood glucose level of patient with Type 2 Diabetes Mellitus at Diabetes Club in Medical Rehabilitation Instalation Fatmawati Hospital, Jakarta. Research design in this study was pre-experimental with the one-group pretest-posttest design (before and after). Purposive sampling technique was employed in sample selection and 18 patients participated in this study. Reiki therapy was performed in two methods, directly and by distant healing, which is done for 30 days. The therapy was conducted by the researcher and helped by Reiki practitioner, especially in the energy transferring. To measure blood glucose level glucometer was instrument. The result revealed that there was a significant difference in casual blood glucose levels before and after Reiki intervention (p=0,000). It is recommended to employ Reiki as a complementary therapy in nursing care.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantoruan, Sylvia
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>