Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tandyo Triasmoro
Abstrak :
Epididimis adalah bagian dari alat reproduksi laki-laki yang berfungsi dalam pematangan sperma. Proses ini terjadi melalui interaksi antara sperma dan protein yang disekresikan oleh sel-sel epitel di epididimis. Protein-protein tersebut dikode oleh gen yang terekspresi secara spesifik di epididimis, salah satunya adalah Serpina1f. Akan tetapi, kebanyakan dari regulasi gen diatas belum dipahami dan perlu ditelilti, lebih lanjut. Serpina1f adalah salah satu gen yang menarik untuk di karakterisasikan. Gen ini diregulasi oleh androgen dan sudah dibuktikan oleg data yang diambil menggunakan mikroaray analisis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur gen dari Serpina1f sebagai dasar untuk mempelajari fungsi dari gen tersebut lebih lanjut, dan juga distribusi jaringan untuk menyeleksi apakah gen Serpina1f hanya terekspresi di epididymis yang pada akhirnya akan menentukan apakah gen ini cocok dikembangkan menjadi kontrasepsi non-hormonal bagi pria. Penelitian ini dilakukan sejak Mei 2012 sampai Februari 2013 di Laboratorium Departemen Biologi Universitas Indonesia dan dilaksanakan dengan menggunakan analisa bioinformatika dan analisa ekspresi gen. Hasil penelitian menunjukan bahwa gen Serpina1f sangat dominan pada daerah initial segment pada epididimis mencit sehingga cocok untuk dikembangkan menjadi kontrasepsi non-hormonal bagi pria. ......Epididymis is a part of male reproductive system which functions in the process of sperm maturation. This process is occurs by interaction between sperm and proteins that secreted by epithelial cells in the epididymis. Those proteins are encoded by epididymis specific genes, one of them is Serpina1f. However, many of those genes are not entirely well-characterized and need to be elaborated further. Serpina1f is one of the attractive genes to be characterized. It is regulated by androgen and has been proved by previous data obtained by microarray analysis. This research was aimed to analyze gene structure of Serpina1f gene as a basis for more exploration regarding the function of this gene, and also to identify tissue distribution to determine whether Serpina1f gene is expressed only in epididymis, so that this gene is suitable to be developed as a target for non-hormonal male contraception. This experiment was conducted from May 2012 to February 2013 in the Laboratory of Department of Biology Universitas Indonesia and it was performed by in-silico analysis and gene expression analysis. The result shows that Serpina1f gene is very dominant in initial segment in epididymis, thus suitable as a candidate for non-hormonal male contraception.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tandyo Triasmoro
Abstrak :
Pendahuluan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah CD4, infeksi HPV, faktor risiko, dan terjadinya lesi prakanker pada pasien terinfeksi HIV. Metode: Studi potong-lintang ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo, Indonesia. 80 subjek penelitian dikumpulkan dari bulan Juli-Oktober 2021. Data subjek penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner terstruktur, meliputi usia, pendidikan, paritas, inisiasi seksual dini, jumlah pasangan seksual, riwayat merokok, riwayat kontrasepsi oral, riwayat penyakit menular seksual, dan jumlah CD4 terendah. Pemeriksaan sitologi, kolposkopi, dan tes HPV-DNA dilakukan pada seluruh subjek penelitian, dan 11 subjek melakukan pemeriksaan lanjutan histopatologi karena ditemukan abnormalitas pada pemeriksaan awal. Penginputan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS versi 25. Analisis bivariat, perhitungan odd ratio dan p value dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah CD4, HPV-DNA, dan faktor risiko yang terkait dengan lesi prankanker serviks. Hasil: Dari data penelitian didapatkan bahwa 81,2% memiliki jumlah CD4 yang baik, dengan rata-rata jumlah CD4 sebesar 437,05 sel/mm3. Sebagian besar subjek memiliki HPV-negatif; namun, terdapat 22,2% subjek yang diketahui HPV-positif, memiliki lesi prakanker. Penelitian kami juga menemukan bahwa jumlah CD4 (p=0,01, OR 7,625; CI 95% 1,744-33,331) dan HPV-DNA (p<0,01, OR 12,286; CI 95% 1,456–103,65) secara signifikan berhubungan dengan lesi prakanker serviks. Kami juga menemukan korelasi antara inisiasi seksual dini dan hasil sitologi (p=0,05, OR 6,4; CI 95% 1,1306–36,2292). Kesimpulan: Jumlah CD4 yang rendah dan HPV-DNA positif berhubungan dengan perkembangan lesi prakanker. Pasien terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 rendah juga dikaitkan dengan hasil HPV-DNA positif. Inisiasi seksual dini, sebagai faktor risiko kanker serviks, diketahui meningkatkan hasil skrining yang tidak normal. Oleh karena itu, metode skrining co-testing direkomendasikan sebagai strategi untuk mencegah kanker serviks pada semua pasien terinfeksi HIV. ......Introduction: This study aimed to determine the association between CD4 count, human papillomavirus (HPV) infection, risk factors, and the occurrence of precancerous lesions among HIV-infected patients. Methods: This cross-sectional study was conducted at the Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital, Indonesia. All samples were collected between July and October 2021, and 80 HIV-infected subjects were included in the study. All participant data were collected using a structured questionnaire, including age, education, parity, early sexual initiation, number of sexual partners, history of smoking, history of oral contraception, history of sexually transmitted diseases, and the lowest CD4 count. Cytological examination, Colposcopy, and HPV DNA tests were performed on all participants, and 11 subjects underwent biopsy due to abnormalities. Data entry and analysis were performed using IBM SPSS 25th version. Bivariate analysis was performed, and odds ratios and p-values were computed to identify the CD4 count, HPV DNA, and risk factors associated with histopathology results. Results: Among the participants, 81.2% had a good CD4 count, with a mean CD4 count of 437.05 cells/mm3. Most of the subjects were HPV-negative; however, 22.2% of HPV-positive subjects had precancerous lesions based on histopathologic results. Our study found that CD4 count was correlated with precancerous lesions (p=0.01, OR 7.625; CI 95% 1.744-33.331) and HPV DNA was significantly associated with cervical precancerous lesions (p<0.01, OR 12.286; CI 95% 1.456–103.65). Another finding was the correlation between early sexual initiation and cytology results (p = 0.05, OR 6.4; CI 95% 1.1306–36.2292). Conclusion: Low CD4 counts and HPV DNA positivity are associated with the development of precancerous lesions. HIV-infected patients with low CD4 counts were also associated with positive HPV DNA results. Early sexual initiation, as a risk factor for cervical cancer, was found to increase abnormal screening results. Therefore, co-testing screening methods are recommended as a strategy to prevent cervical cancer in all HIV-infected patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library