Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarmizi
"Tesis ini membahas hasil penelitian tentang pengaruh arus dan gas pelindung baik pada torch, backing gas dan trailing gas pada pengelasan paduan titanium (Ti-6Al-4V) dengan proses gas tungsten arc welding. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan hasil lasan yang optimum dengan variasi arus mulai dari 70, 80, 90, 100, 110 dan 120 amper, voltase 13 volt, kecepatan pengelasan 4,5 in/menit dan aliran gas pelindung pada backing gas 5 l/menit, trailing gas 15 l/menit dan torch gas 15 l/menit.
Dari hasil pengujian visual, komposisi kimia, x-ray, sifat mekanik, metalografi dan kandungan hidrogen pada hasil lasan maka didapatkan bahwa pada arus 90 amper kandungan hidrogen pada daerah logam las 60,96 ppm dan pada daerah terpengaruh panas 76,72 ppm ini lebih rendah dibandingkan dengan arus 80 Amper (pada logam las 65,74 ppm dan pada daerah pengaruh panas 95,03 ppm), tetapi kekuatan tarik dengan arus 90 Amper (92,7 kgf/mm²) lebih rendah dibandingkan dengan arus 80 Amper (103,3 kgf/mm²). Kawat las atau logam pengisi sudah sesuai dengan logam induk hal ini ditunjukkan dengan harga kekerasan yang sama pada logam las dan logam induk yaitu 371 Hv. Backing gas dan trailing gas dapat berfungsi dengan baik melindungi daerah lasan hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kandungan hidrogen pada logam las dan daerah terpengaruh panas dibandingkan dengan logam induk (80,18 ppm), sehingga terbentuknya presifitat hidrid dan hidrogen embrittlement pada logam las dapat dihindari.
......The research is focused on the effects of current and shielding gas on torch, backing gas and trailing gas of Titanium Alloy (Ti-6Al-4V) using gas tungsten arc welding (GTAW) process. Weld current varies from 70, 80, 90, 100, 110 and 120 Amperes, and need parameters are kept constant such as voltage of 13 Volt, welding speed 4.5 in/minute and flow rate of shielding backing gas was 5 liters/minute, trailing gas and torch gas were 15 liters/minute. Respectively visual, X-ray radiograph, mechanical properties testing and metallographic, chemical composition as well as hydrogen content analysis were performed.
The results show that at the condition of 90 amperes the hydrogen content was 60.96 ppm on the weld and 76.72 ppm on the heat affected zone with tensile strength was 92.7 kgf/mm². This tensile -strength value is lower than that results from 80 Amperes (103,3 kgf/mm²) although the hydrogen content is a bit higher that is 65.74 ppm on weld and 95.03 ppm on heat affected zone. All those hydrogen contents are below the critical value (>100 ppm for formation hydride precipitate and > 240 ppm occur hydrogen embrittlement) which may show that both welding conditions are appropriate welding parameters to avoid hydrogen embrittlement. The filler metal used in this investigation is suitable for Ti-6A1-4V which have identical hardness value weldment of 371 HV."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarmizi
"ABSTRAK
Alat Penukar Kalor merupakan suatu peralatan industri yang mempunyai fungsi strategis dalam berbagai proses terutama dalam industri kimia, untuk industri perminyakan, pupuk, dan lain-lain.
Guna mengantisipasi perkembangan dan peluang permintaan penawaran Alat Penukar Kalor dalam negeri yang akhir-akhir ini cenderung meningkat, maka industri manufaktur yang bergerak dalam proses pabrikasi alat penukar kalor perlu melakukan standarisasi dalam proses pabrikasi dan penawaran harga, sehingga perusahaan akan dapat mengantisipasi setiap perubahan unsur-unsur biaya yang akan terjadi, dan akan memberikan keleluasaan pada perusahaan untuk mendapatkan order melalui tender-tender yang ada.
Sistem estimasi terhadap perhitungan biaya pabrikasi dan penentuan harga alat penukar kalor yang dilakukan diiaksanakan dalam usaha untuk mempercepat proses penentuan harga sebuah unit Alat Penukar Kalor dengan ketepatan dan kecepatan terhadap estimasi perhitungan biaya-biaya yang akan dikeluarkan.
Dari hasil analisa terhadap sistem yang telah dilakukan temyata memberikan kontribusi penghematan dalam perhitungan penawaran harga terhadap; biaya sebesar 30 %, waktu sebesar 85 % dan jam tenaga kerja 72 %, serta tenaga kerja sebesar 20 %.

ABSTRACT
Heat Exchanger is an industrial equipment which possesses strategic functions in various processes in chemical industry, for oil industry, fertilizer and so forth.
In order to anticipate the development and demand opportunity of domestic Heat Exchanger which is recently increasing, therefore the industrial manufacture which is active in Heat Exchanger fabrication process needs to carry out standardization in fabrication process and price offering in order that the companies will be able to anticipate each cost changing element which will occur and will give convenience to the companies in obtaining orders through the existing tenders.
Estimation system fabrication cost calculation and Heat Exchanger price determination which is carried out, will be carried out for the purpose of quickening price fixing process of a Heat Exchanger unit with accuracy and speed towards cast calculation estimation to be spent.
The analysis result which is carried out to the system done has really given saving contribution in price offering calculation towards cost amounting to 30 %, the time is 85 %, working hours 72 %, and workers 20 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlina Tarmizi
"Tesis ini bertujuan untuk mempelajari dampak mutu modal manusia terhadap penghasilan khususnya dampak pendidikan terhadap penghasilan. Mengungkapkan manfaat yang diperoleh akibat dari migrasi yang dilakukan oleh tenaga kerja, serta mengidentifikasi beberapa faktor sosial ekonomi yang diperkirakan mempunyai dampak terhadap penghasilan. Telaah yang dilakukan terutama telaah pada pekerja migran. Pekerja non migran juga dianalisis dalam studi ini, sebagai pembanding.
Fokus pengamatan terhadap pekerja migran, tidak terlepas dari kerangka pemikiran yang dikembangkan oleh Sjaastad (dalam Husin, 1978) dan Davanso (1980), yang menyatakan bahwa problema migrasi sebagai alokasi sumber daya, di mana migrasi pekerja dianggap sebagai suatu investasi, yang akan memberikan keuntungan.
Investasi dalam modal manusia menurut Becker {1980) dan Ananta (1986), dilakukan melalui investasi dibidang pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Variabel kesehatan dan keamanan berkorelasi positif dengan pendidikan (Ananta, 1988). Oleh sebab itu pengaruh kesehatan dan keamanan pada penghasilan telah termasuk oleh koefisien pendidikan. Dan hendaknya koefisien variabel pendidikan di_lihat sebagai dampak pendidikan yang sudah dipengaruhi oleh variabel kesehatan dan keamanan, pada penghasilan. Namun, sangat lebih baik jika ketiga variabel tersebut dapat dimasukkan ke dalam analisa. Selain variabel pendidikan, variabel sosek dan demografi juga mempengaruhi penghasilan.
Secara empirik, kerangka pemikiran dan teoritik kemudian diperinci kedalam hubungan antar peubah, peubah bebas dan peubahpeubah tak bebas. Variabel yang diperhatikan sebagai peubah bebas adalah pendidikan, status migran, jenis kelamin, jam kerja, status perkawinan, sektor pekerjaan, tempat tinggal, dan usia. Sedangkan penghasilan sebagai peubah tak bebas.
Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisa dengan statistik inferensial dengan menggunakan statistika Regresi Ganda. Hasil yang diperoleh dari analisis data adalah sebagai berikut: Tidak terdapat perbedaan penghasilan antara migran dan non migran. Perbedaan penghasilan antara migran dan non migran bukan bukan karena status migrannya, tetapi karena faktor pendidikan, jenis kelamin, tempat tinggal, usia, jam kerja dan status perkawinan.
Hasil temuan lain menampakkan ada kaitan erat antara pendidikan, penghasilan dan usia. Seseorang berpendidikan lebih tinggi ketika baru memasuki lapangan usaha mempunyai penghasilan yang lebih rendah daripada seseorang dengan tingkat pendidikan dibawahnya. Tampak sekali pada saat ini peran lama bekerja yang mencerminkan pengalaman kerja, lebih dominan menentukan penghasilan daripada peran pendidikan. Pendidikan baru menampakkan perannya setelah melewati titik (usia) keseimbangan tertentu.
Titik kessimbangan antara yang tidak tamat SD ke bawah dengan yang tamat SD dicapai pada usia 19,42 tahun dan antara yang tamat SD dengan-tamat SMTP pada usia 28,30 tahun. Sesudah melewati titik keseimbangan ini, baru mareka yang berpendidikan lebih tinggi mempunyai penghasilan yang lebih besar daripada mereka yang berpendidikan lebih rendah. Keadaan seperti ini hanya berlaku untuk jenjang pendidikan tidak tamat SD ke bawah dengan tamat SD, dan antara tamat SD dan tamat SMTP. Sedangkan antara yang tamat SMTP dan tamat SMTA ke atas tidak terdapat titik keseimbangan. Penghasilan yang tamat SMTA he atas selalu lebih besar daripada tamat SMTP. Beda penghasilan antara yang tamat SMTP dan yang tamat SMTA ke atas untuk setiap usia berapapun selalu menunjukkan jumlah yang sama.
Lebih lanjut, dengan hanya memperhatikan variabel usia, pendidikan dan penghasilan, dan setelah mengasumsikan variabel lainnya ceteris paribus, dapat diketahui hubungan antara usia dengan penghasilan berbentuk parabolis. Titik maksimum usia dengan penghasilan pada usia 59,43 tahun untuk pendidikan tidak tamat SD ke bawah, 71,41 tahun untuk tamat SD, dan usia 52,79 tahun untuk tamat SMTP dan tamat SMTA. Hasil temuan ini sejalan dengan hukum diminishing marginal returns. Bahwa tambahan usia pada mulanya menaikkan penghasilan, dan setelah melewati usia tertentu tambahan penghasilan secara absolut menurun dengan meningkatnya usia. Temuan ini juga sesuai dengan hasil analisa deskriptif yang menyatakan penghasilan mencapai maksimal ketika seseorang mencapai usia antara 50 sampai 59 tahun.
Hasil temuan juga memperlihatkan asosiasi jam kerja dan penghasilan berbentuk parabolis. Jam kerja maksimum 73,16 jam per bulan atau 13,28 jam per minggu. Artinya seseorang akan mencapai penghasilan Maksimal jika ia bekerja 18,28 jam per minggu.
Menarik sekali bahwa mereka yang bekerja kurang dari 35 jamn hanya sedikit sekali yang mengatakan bersedia menerima pekerjaan lagi. Bahkan mereka yang bekerja dengan jam ekrja panjang yang lebih banyak dari kelompok dari atas. Untuk kasus kedua ini, faktor penghasilan rendah diduga sebagai penyebabnya. Untuk kasus pertama mereka diduga bekerja dengan jam kerja pendek dan tidak bersedia menerima pekerjaan lagi karena mereka menganggap penghasilan yang diterima sudah cukup besar.
Seperti dapat diduga, pengahsilan laki-laki lebih besar daripada penghasilkan perempuan. Hasil teman ini sama dengan teuan pada analisa deskriptif. Penelusuran atas data yang ada, perbedaan penghasilan antara laki-laki dan perempuan seperti diatas adalah karena faktor pendidikan dan spesialisasi, pada akhirnya akan berpengaruh pada penghasilan pekerja perempuan. dapat di terima. Dalam amsyarakat kita, pendapat bahwa wanita merupakan sosok pribadi yang feminine, makhluk lemah, pengasuh anak masih di terima dalam banyak kalangan masyarakat kita. Faktor lain adanya diskriminasi seksual dalam pekerjaan. masih banyak terjadi. Untuk jabatan yang sama, perempuan dituntut ijazah yang lebih tinggi daripada seorang laki-laki. Faktor ini menyebabkan ketinggi daripada seorang laki-laki. Faktor ini menyebabkan kebanyakan pekerja perempuan kurang dapat bersaing di pasar kerja.
Dari Hasil temuan juga memperlihatkan bahwa penghasilan mereka yang bekerja di sektor formal lebih besar daripada yang bekerja di sektor informal. Hasil temuan memperlihatkan pula bahwa buakn hanya sektor pekerjaan yang menentukan besar kecilnya pengahasilan seseorang akan tetapi faktor-faktor pendidikan. Mereka yang bekerja di sektor informal tapi berpendidikan lebih tinggi mempunyai penghasilan yang lebih besar daripada mereka yang bekerja di sektor formal tapi berpendidikan lebih rendah."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T9077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jutina Imelda Tarmizi
"Jual beli dengan hak membeli kembali dilakukan dengan motivasi pinjam-meminjam uang dengan jaminan. Tetapi fungsinya berubah menjadi alat pemerasan bagi golongan ekonomi lemah yakni debitur, yang dilakukan oleh kreditur. Dalam perjanjian sering kali terdapat cacat kehendak dari pihak debitur. Cacat kehendak dapat dilihat dari adanya pasal-pasal perjanjian yang merugikan debitur . Dengan adanya cacat kehendak, perjanjian tidak memenuhi syarat sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Oleh karenanya perjanjian dapat dinyatakan batal. Perjanjian jual beli dengan Kitab Undang-Undang Hukum hak membeli kembali menurut Perdata tidak dikenal dalam Hukum Adat. Perjanjian yang di gunakan dalam Hukum Adat sebagai lembaga pinjam meminjam uang yang hampir mirip dengan jual beli dengan hak membeli kembali adalah jual gadai atau gadai. Sepanjang mengenai tanah berlaku Hukum Agraria. Hukum Agraria menggunakan Hukum Adat untuk segala perbuatan yang berkaitan dengan tanah. Oleh karena itu jika obyeknya adalah tanah lembaga jual beli dengan hak membeli kembali tidak dapat dipakai lagi. Untuk benda bergerak masih berlaku ketentuan jual beli dengan hak membeli kembali dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hampir semua perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali oleh hakim dianggap sebagai perjanjian pinjam-meminjam uang dengan jaminan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
S20436
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Tarmizi
"Hukum perjanjian yang diatur dalam Buku Skripsi, Ketiga KUHPerdata menganut sistem terbuka, artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar Undang-Undang , Ketertiban Umum dan Kesusilaan. Jadi, sistem terbuka mengandung suatu asas kebebasan membuat perjanjian (berkontrak) sesuai dengan pasa 1338 KUHPerdata. Selanjutnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hanya diatur secara khusus beberapa perjanjian saja (perjanjian bernama). Jadi, ada perjanjian-perjanjian lainnya yang tidak diatur dalam KUHPerdata (onbenoemde overeenkomst atau perjanjian yang tidak mempunyai nama khusus) sehingga bisa mengikuti perkembangan masyarakat dan kemauan para pihak. Salah satu jenis perjanjian yang tidak bernama, yang baru beberapa tahun ini diperkenalkan di Indonesia adalah Factoring (Anjak Piutang). Sedangkan dinegara-negara Barat Factoring (Anjak Piutang) sudah dikenal sejak tiga puluh tahun yang lalu. Factoring (Anjak Piutang) itu sendiri adalah bentuk pembiayaan dalam bentuk pengalihan piutang perusahaan kepada perusahaan Factor. Tujuan digunakannya Factoring (Anjak Piutang) di Indonesia adalah untuk membantu produsen dalam mengatasi "cash flow" perusahaannya, dimana akhir-akhir ini sering dilakukan penjualan secara kredit. Perusahaan Factor atau yang lazimnya disebut Factor, membeli piutang nasabah atau klien yang timbul · sebagai akibat dari transaksi dagang, biasanya dilakukan secara terus menerus, sehingga nasabah atau klien pada dasarnya sekaligus memindahkan urusan penagihan dan pembukuan piutangnya kepada Factor. Di Indonesia sendiri, peraturan yang secara khusus mengatur tentang Factoring (Anjak Piutang) ini belum ada, tetapi hanya diatur secara umum dalam Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Perobiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan. No. 1251/KMK.O13/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Sehingga sebagai suatu lembaga hukum perjanjian yang relatif baru, factoring (anjak piutang) perlu ditelaah lebih jauh daripada sekedar dikenai masyarakat terbatas sebagai suatu cara pembiayaan perusahaan atau cara pengalihan piutang perusahaan (produsen) keperusahaan Factor. Sampai berapa jauhkah suatu perjanjian (kontrak) factoring (anjak piutang) ditunjang olen peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang mengadakan hubungan hukum. Sehubungan dengan adanya rencana pembentukan suatu hukum perjanjian nasional yang akan dapat memenuhi aspirasi bangsa kita, maka yang menjadi masalah adalah sampai berapa jauhkan kehadiran lembaga factoring (anjak piutang) ini dapat memberikan masukan-masukan (input) baik yang merupakan asas-asas umum maupun yang berbentuk konstruksi penerapan perjanjian."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1990
S20521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Tarmizi
"ABSTRAK
Measurement of Employee Information Security Awareness: A Case Study of the National Nuclear Energy Agency of Indonesia
Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Penggunaan Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan lagi, masalah keamanan merupakan salah satu aspek penting dari sebuah sistem informasi. Mengingat banyaknya insiden keamanan informasi melibatkan kesalahan manusia, pelaksanaan program penguatan kesadaran menjadi sangat penting untuk mencegah terjadinya insiden keamanan informasi.
Penelitian ini mempunyai tujuan menyusun model pengukuran kesadaran keamanan informasi pegawai, serta menerapkannya untuk mengukur tingkat kesadaran keamanan informasi pegawai di BATAN. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang mengukur dimensi pengetahuan, sikap dan perilaku pada fokus area dan sub area keamanan informasi sesuai dengan kebutuhan BATAN. Hasil analisis menunjukkan bahwa pegawai BATAN telah memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap keamanan informasi, tetapi masih perlu penguatan pada dimensi perilaku. Hasil analisa juga menemukan bahwa pengetahuan pegawai mempunyai pengaruh lebih besar kepada sikap pegawai dari pada kepada perilaku pegawai.

ABSTRACT
Use of Information & Communication Technology (ICT) in the government administration has become a necessity that can not be avoided anymore, the security issue is one important aspect of an information system. Considering the large number of information security incidents involving human errors, the implementation of awareness program has become very important to prevent information security incidents.
This research has the purpose for developing model for measuring employees information security awareness , and apply them to measure the level of employees information security awareness in BATAN. The data collection is done by using a questionnaire that measures knowledge, attitudes and behaviors dimension in several focus areas and sub-areas of information security in accordance with the needs of BATAN. The result of analysis showed that employees BATAN has good knowledge and attitude towards information security policy and procedure, but still need to strengthen the behavioral dimension. The results of the analysis also found that knowledge of policy and procedures had a stronger influence on attitude towards policy and procedure than selfreported behaviour."
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haykal Tarmizi
"Tingginya minat masyarakat terutama masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi kopi ternyata menarik perhatian sejumlah perusahaan untuk menciptakan produk innovatif berbahan dasar kopi. Salah satunya adalah perusahaan Wings food, perusahaan fast moving consumer goods, yang baru saja meluncurkan kopi instan bernama”Top Coffee”. Selama ini sebagian besar pangsa pasar produk sejenis dikuasai oleh produsen kopi terbesar Kapal Api dan Torabika. Hal ini membuat suasana pasar semakin kompetitif. Perusahaan yang dapat memberikan kualitas produk dan layanan terbaiklah yang akan dipilih konsumen. Pemilihan endorser iklan “Iwan Fals” pada produk iklan televisi Top Coffe karena menampilkan pendukung pribumi (Orang Indonesia) dapat membuat konsumen merasa lebih dekat dan merasa familiar. Dalam metode DRM, semakin tinggi peringkat yang diperoleh sebuah iklan, semakin tinggi pula kemungkinan iklan tersebut efektif”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas terpaan iklan televisi “Top Coffe Versi Iwan Fals” dengan menggunakan Direct Rating Method (DRM). Pengukuran efektivitas iklan Top Coffe menggunakan Direct Rating Method. Hasil Penelitian menunjukan bahwa terpaan iklan televisi “Top Coffee” versi Iwan Fals dengan metode Direct Rating Method (DRM) masuk dalam kategori iklan yang baik diterima pemirsa.
......
The high interest in the Indonesian society have consumed coffee apparently attracted the attention of a number of companies to create innovative products made ​​from coffee. One is the company's Wings food, fast moving consumer goods company, which recently launched an instant coffee called “Top Coffee”. So far, most of the market share of similar products controlled by the largest coffee producer “Kapal Api” and Torabika. This makes the market more competitive atmosphere. Companies that can deliver quality products and services best will selected consumers. Election advertising endorser "Iwan Fals" on television commercials Top Coffee products featuring support for native (Indonesian People) to make consumers feel closer and feel familiar. In the DRM method, the higher the ranking obtained an ad, the higher the likelihood that ad effective ". The purpose of this study was to determine the effectiveness of television advertising exposure "Top Coffee Version Iwan Fals" by using the Direct Rating Method (DRM). his study uses a quantitative approach through survey methods with 87 respondents. Top Coffee advertising effectiveness measurement using the Direct Rating method. Research shows that exposure to television advertising “Top Coffee” Iwan Fals version with Direct methods Rating Method (DRM) in the category of good advertising is accepted viewers."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S53456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library