Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tasha
"Latar belakang: Clinically significant prostate cancer (csPCa) merupakan kanker prostat yang mempunyai kemungkinan progresi lokal, metastasis, rekurensi, dan kematian yang sedang hingga tinggi, serta tata laksana yang lebih agresif. Penelitian ini bertujuan untuk membantu diagnosis antara csPCa dan bukan csPCa menggunakan rasio apparent diffusion coefficient (rADC) lesi prostat dengan urine. Metode: Penelitian dilakukan pada lesi prostat kategori 3-5 prostate imaging-reporting and data system yang telah dibiopsi prostat transperineal tertarget magnetic resonance imaging (MRI) dengan ultrasound/MRI fusion software di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dokter Cipto Mangunkusumo pada Juni 2019 hingga Maret 2021. rADC lesi prostat dengan urine merupakan perbandingan rerata nilai apparent diffusion coefficient (ADC) lesi prostat dan urine di vesica urinaria pada MRI prostat peta ADC potongan aksial multi-institusi. rADC lesi prostat dengan urine antara csPCa (adenokarsinoma asinar prostat dengan skor Gleason ≥7) dan bukan csPCa (jaringan prostat nonneoplastik atau adenokarsinoma asinar prostat dengan skor Gleason 6) dibandingkan dan ditentukan nilai titik potongnya menggunakan receiver operating curve. Hasil: Terdapat perbedaan rADC lesi prostat dengan urine yang bermakna antara 19 lesi prostat yang merupakan csPCa dan 35 lesi prostat yang bukan merupakan csPCa, dengan nilai tengah rADC lesi prostat dengan urine pada csPCa 0,21 (0,11-0,33), nilai tengah rADC lesi prostat dengan urine pada bukan csPCa 0,43 (0,30-0,61), dan nilai p <0,001. Nilai titik potong rADC lesi prostat dengan urine dalam membedakan csPCa dan bukan csPCa adalah 0,30 dengan sensitivitas 94,73% dan spesifisitas 100%, area under curve 0,998 (IK95% 0,994-1,000), serta nilai p <0,001. Kesimpulan: rADC lesi prostat dengan urine dapat membantu diagnosis csPCa dan bukan csPCa pada lesi prostat sebelum biopsi prostat yang tidak invasif, mudah dikerjakan, serta tidak membutuhkan persiapan dan pemeriksaan tambahan.
......Background: Clinically significant prostate cancer (csPCa) is prostate cancer with moderate to high probability of local progression, metastasis, recurrence, and death, as well as more aggressive management. This study aims to aid diagnose between csPCa and non-csPCa using apparent diffusion coefficient ratio (rADC) of prostate-lesion-to-urine. Methods: This study analyze prostate lesions with prostate imaging-reporting and data system category 3-5 that underwent magnetic resonance imaging (MRI)-targeted transperineal prostate biopsy using ultrasound/MRI fusion software at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dokter Cipto Mangunkusumo from June 2019 to March 2021. rADC of prostate-lesion-to-urine is defined as comparison between mean apparent diffusion coefficient (ADC) value of prostate lesion and urine in urinary bladder from axial section of ADC map of multi-institutional prostate MRI. rADC of prostate-lesion-to-urine between csPCa (acinar adenocarcinoma of the prostate with Gleason score ≥7) and non-csPCa (non-neoplastic prostate tissue or acinar adenocarcinoma of the prostate with Gleason score 6) is compared and the cutoff point is determined using receiver operating curve. Results: There is significance rADC of prostate-lesion-to-urine difference between 19 prostate lesions with csPCa and 35 prostate lesions with non-csPCa, with mean rADC of prostate-lesion-to-urine in csPCa is 0.21 (0.11-0.33), mean rADC of prostate-lesion-to-urine in non-csPCa is 0.43 (0.30-0.61), and p value is <0.001. The cut-off value of rADC of prostate-lesion-to-urine to differentiate between csPCa and non-csPCa is 0.30, with 94.73% sensitivity and 100% specificity, area under curve is 0.998 (CI95% 0.994-1.000), and p value is <0.001. Conclusion: rADC of prostate-lesion-to-urine may help diagnose between csPCa and non-csPCa in prostate lesions before prostate biopsy, which is non-invasive, easy to perform, does not require additional preparation and examination."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasha
"Ibu rumah tangga mempunyai peranan penting terkait perilaku mencari pengobatan keluarga Tujuan penelitian adalah mengetahui tindakan pengobatan awal pada ibu rumah tangga dan hubungannya dengan faktor sosial dan ekonomi Penelitian menggunakan studi potong lintang dan geographical random sampling Data dikumpulkan di Kelurahan Bidara Cina pada Februari Mei 2011 Dari 378 subjek terdapat perbedaan nilai tengah usia antara pengobatan komplementer dan alternatif 41 00 tahun dengan pengobatan konvensional 46 00 tahun Terdapat juga perbedaan proporsi pengobatan konvensional antara yang memiliki 17 3 dan tidak memiliki 7 3 asuransi kesehatan Disimpulkan usia p 0 019 dan kepemilikan asuransi kesehatan p 0 003 berhubungan dengan tindakan pengobatan awal pada ibu rumah tangga.

Housewives have important roles related to family care seeking behaviour The objective is understanding initial treatment in housewives and its association with social and economic factors Cross sectional study and geographical random sampling are used Data were collected at Bidara Cina Village in February May 2011 From 378 subjects there is age median difference between complementary and alternative medicine 41 00 years old with conventional medicine 46 00 years old There is also conventional medicine proportion difference between those who have 17 3 and do not have 7 3 health insurance Concluded age p 0 019 and health insurance belonging p 0 003 are related with initial treatment in housewives"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhian Tasha
"Teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama dalam bidang komunikasi dan komputer. Teknologi semakin maju dengan bertambahnya kecepatan data yang diberikan. Namun kecepatan data yang semakin besar juga tidak mencukupi kebutuhan penggunanya karena terdapat hal lain yang diinginkan, yaitu mobilitas. Kedua kebutuhan tersebut dapat diimplementasikan dengan menerapkan konsep jaringan nirkabel (wireless networking). Salah satu bentuk teknologi yang berbasis wireless ini adalah Wireless Local Area Network (WLAN) yang merupakan pengembangan konsep LAN menuju sistem yang nirkabel. Implementasi WLAN ini memberikan kemudahan berupa biaya pengembangan yang lebih murah, proses instalasi yang mudah dan sifatnya yang fleksibel. Pada skripsi ini akan dilakukan perbandingan performa antara WLAN standar 802.lib dan 802.llg. Proses analisa ditujukan pada standar-standar tersebut karena kedua standar tersebut merupakan standar WLAN yang paling umum digunakan dan diimplementasikan dalam dunia nyata. Performa dari kedua standar tersebut akan dilihat dari besamya Bit Error Rate, pengaruh noise (yaitu AWGN), pengaruh penambahan phase noise dan frequency offset terhadap konstelasi sinyal baik pada bagian transmitter maupun receiver dan pengaruh penggunaan teknik transmisi atau modulasi yang berbeda pada proses transmisi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada kondisi biasa WLAN standar 802.1 Ig memiliki performa yang lebih baik dibanding standar 802.1 Ib, yaitu dengan BER mencapai 10-6. Sedangkan standar 802. lib hanya memiliki BER yang mencapai 10-3. Pada kondisi dimana terdapat phase noise dan frequency offset, standar 802. lib memiliki performa BER yang stabil sedangkan standar 802. llg mengalami penurunan BER hingga mencapai 0.5 untuk sistem dengan modulasi 64-QAM dan 10-3 untuk sistem yang menggunakan modulasi 16-QAM."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S40700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library