Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tasya Fitriana Semudi
"Kasus DMT2 pada anak di dunia meningkat 132,6 ribu anak. Ada 1213 kasus DMT2 pada anak di Indonesia. Manajemen perawatan harian yang dilakukan oleh anak-anak dengan DMT2 membuat stres. Stres yang dialami dapat mengganggu pengendalian penyakit dan tingkat kualitas hidup anak dengan DMT2. Salah satu aspek yang dapat meningkatkan manajemen pengasuhan dan kualitas hidup anak dengan DMT2 adalah ketahanan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat stres, dukungan keluarga dan koping dengan resiliensi pada anak DMT1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 36 balita di Jawa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah Area Masalah dalam Diabetes (DIBAYAR), Skala Dukungan Keluarga Diabetes Hensarling (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) dan Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) untuk mengukur ketahanan. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan resiliensi pada anak DMT1 dengan p-value 0,021, OR 5,360 dan α 0,05. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pelayanan keperawatan psikologis pada anak DMT1.
T2DM cases in children in the world increased by 132.6 thousand children. There are 1213 cases of T2DM in children in Indonesia. The daily care management performed by children with T2DM is stressful. The stress experienced can interfere with disease control and the level of quality of life for children with T2DM. One aspect that can improve parenting management and quality of life for children with T2DM is psychological resilience. This study aims to see the relationship between stress levels, family support and coping with resilience in children with T2DM. This study used a cross sectional design with a sample of 36 toddlers in Java. The instruments used to measure stress levels are the Problem Area in Diabetes (PAID), the Diabetes Hensarling Family Support Scale (HDFSS), Coping with a Disease (CODI) and the Child & Youth Resilience Measure-Revised Person Most Knowledgeable (PMK-CYRM) to measure endurance. The results of the chi-square test showed that there was a relationship between stress levels and resilience in DMT1 children with p-value 0.021, OR 5.360 and α 0.05. Researchers hope that this research can be developed to improve knowledge and psychological nursing services in children with diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Fitriana Semudi
"Hepatocelluler carcinoma merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada hati. Salah satu penatalaksanaan penyakit yang dilakukan adalah dengan laparoskopi hepatektomi dimana sebagian hati dengan sel karsinoma akan diangkat. Pasien paska pembedahan laparoskopi hepatektomi rentan mengalami komplikasi paska operasi. Saat ini pasien berada pada hari rawat kelima paska pembedahan, dimana komplikasi yang mungkin terjadi yaitu infeksi, perdarahan dan asites. Sehingga perawat memiliki peran penting untuk mencegah komplikasi paska bedah. Salah satu cara untuk mencegah komplikasi paska bedah yaitu dengan pemberian intervensi ambulasi. Pemberian intervensi ambulasi efektif dalam mencegah komplikasi paska pembedahan, meningkatakan kemandirian, mengurangi lama hari rawat di rumah sakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien paska pembedahan laparoskopi hepatektomi. Intervensi ambulasi mudah dilakukan, tidak membutuhkan alat dan mudah dilakukan kembali oleh pasien dan keluarga pasien. Intervensi ambulasi dilakukan selama empat hari dengan empat kali sesi pertemuan. Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya penurunan tingkat nyeri, peningkatan skor kemandirian pasien dengan kuesioner barthel index, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka insisi pasien dan berkurangnya perdarahan. Sehingga penulis merekomendasikan pemberian intervensi ambulasi untuk mencegah komplikasi paska pembedahan laparoskopi hepatektomi.

<

Hepatocellular carcinoma is a malignant disease that occurs in liver. Laparoscopic hepatectomy is one of the managemen for the disease which part of the liver with carcinoma cells will be removed. Patients after laparoscopic hepatectomy surgery are prone to postoperative complications. Currently the patient is on the fifth postoperative day of stay, where possible complications include infection, bleeding and ascites. Nurses have an important role in preventing post-surgical complications. One way to prevent post-surgical complications is by giving ambulation intervention. The advantages of ambulation intervention is effective in preventing postoperative complications, increasing independence, reducing the length of stay in the hospital and improving the quality of life of patients after laparoscopic hepatectomy surgery. The ambulation intervention is easy to do, requires no tools and easy for patient and their family to redemonstrate. Ambulation intervention was carried out for four days with four sessions of meetings. The results obtained showed a decrease in the level of pain, an increase in the patients independence score with the Barthel Index questionnaire, there were no signs of infection in the patients incision wound and reduced bleeding. So author recommend giving ambulation intervention to prevent complications after laparoscopic hepatectomy surgery."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library