Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfah Cahyameta Siswoyo
"Perencanaan merupakan tahap awal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Perencanaan yang baik diperlukan untuk memastikan persediaan tetap baik agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Perencanaan perbekalan farmasi dapat menggunakan metode konsumsi dan analisis ABC. Metode konsumsi merupakan metode yang sangat sering digunakan saat perencanaan karena cukup akurat dapat memperkirakan kebutuhan masyarakat berdasarkan daya beli persediaan farmasi. Analisis ABC digunakan untuk menentukan prioritas pengadaan sesuai dengan nilai investasi perbekalan farmasi tersebut. Di Apotek Kimia Farma Yusuf Depok terdapat cukup banyak pasien yang memiliki penyakit kronis sehingga memerlukan obat rutin dalam jangka waktu yang panjang, salah satunya adalah pasien dengan penyakit kardiovaskular. Tugas khusus ini memiliki tujuan untuk menentukan jenis dan jumlah obat kardiovaskular yang memerlukan pengadaan untuk bulan Mei 2023 di Apotek Kimia Farma Yusuf Depok, juga melakukan analisis ABC pada obat kardiovaskular di Apotek Kimia Farma Yusuf Depok pada periode April 2023. Berdasarkan hasil perhitungan dari 24 jenis obat, terdapat 9 obat yang memerlukan pengadaan. Dari hasil analisis ABC, terdapat 8 jenis obat masuk kelompok A, terdapat 5 jenis obat masuk kelompok B, dan terdapat 11 jenis obat masuk kelompok C.
......
Planning is the initial stage of managing pharmaceutical supplies. Good planning is needed to ensure supplies remain good in order to meet community needs. Planning pharmaceutical supplies can use the ABC consumption and analysis method. The consumption method is a method that is very often used when planning because it can accurately estimate community needs based on the purchasing power of pharmaceutical supplies. ABC analysis is used to determine procurement priorities according to the investment value of pharmaceutical supplies. At Kimia Farma Yusuf Depok Pharmacy, there are quite a lot of patients who have chronic diseases that require routine medication for a long period of time, one of which is patients with cardiovascular disease. This special task aims to determine the type and quantity of cardiovascular drugs that require procurement for the month of May 2023 at Kimia Farma Yusuf Depok Pharmacy, as well as carrying out an ABC analysis of cardiovascular drugs at Kimia Farma Yusuf Depok Pharmacy in the period April 2023. Based on the results of calculations of 24 types medicines, there are 9 medicines that require procurement. From the results of the ABC analysis, there are 8 types of drugs in group A, 5 types of drugs in group B, and 11 types of drugs in group C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Cahyameta Siswoyo
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan yang melakukan kegiaan pengelolaan obat. Untuk menjamin keamanan, khasiat, dan mutu obat yang diedarkan, pedagang besar farmasi (PBF) harus menerapkan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik. Apabila PBF mampu menerapkan pedoman tersebut dengan baik akan mendapatkan sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) sehingga fasilitas distribusi dapat melakukan kegiatan distribusi secara legal. CDOB akan dievaluasi setiap tahun untuk menjamin kegiatan distribusi berjalan seperti seharusnya sehingga diperlukan pengawasan oleh Apoteker pada setiap aspek CDOB. Salah satu aspek CDOB yang penting dilakukan adalah Aspek Dokumentasi yang berada pada Bab 9. Pada aspek dokumentasi tersebut meliputi kegiatan penyimpanan dokumen kegiatan distribusi juga kegiatan pelaporan. Tujuan dari tugas khusus ini yaitu mengkaji kesesuaian penerapan CDOB aspek dokumentasi di PT. Masiva Guna dengan Pedoman Teknis CDOB. Kajian dilakukan dengan membandingkan kesesuaiannya dengan Daftar Periksa Spesifikasi CDOB yang diterbitkan oleh BPOM. Hasil yang diperoleh adalah seluruh penerapan CDOB dari aspek dokumentasi sudah sesuai dengan yang terdapat pada CDOB.
......
Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are companies that carry out drug management activities. To ensure the safety, efficacy and quality of distributed drugs, pharmaceutical wholesalers (PBF) must implement technical guidelines for good drug distribution methods. If PBF is able to implement these guidelines well, it will receive a Good Medicine Distribution Method (CDOB) certificate so that the distribution facility can carry out distribution activities legally. CDOB will be evaluated every year to ensure distribution activities run as they should so that supervision by the Pharmacist is required on every aspect of CDOB. One aspect of CDOB that is important to carry out is the Documentation Aspect which is in Chapter 9. The documentation aspect includes document storage activities, distribution activities as well as reporting activities. The aim of this special assignment is to examine the suitability of implementing CDOB documentation aspects at PT. Masiva Guna with CDOB Technical Guidelines. The study was carried out by comparing its conformity with the CDOB Specification Checklist published by BPOM. The results obtained are that all CDOB implementations from the documentation aspect are in accordance with those contained in the CDOB."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Cahyameta Siswoyo
"Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan pasien menggunakan obat secara tepat. Pada standar pelayanan farmasi klinik Apoteker terdapat poin pelayanan informasi obat (PIO) yang memiliki salah satu tujuan untuk memberikan informasi yang akurat mengenai obat sehingga kesalahan dalam penggunaan obat dapat dikurangi. Terdapat beberapa jenis obat yang memerlukan metode khusus dalam penggunaannya, sehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien dalam penggunaan obat dan perlu terdapat media tambahan untuk menyampaikan informasi obat. Tujuan dari tugas khusus ini adalah membuat media yang praktis, menarik dengan biaya yang terjangkau yaitu media cetak seperti poster dan leaflet. Media pelayanan informasi obat dibuat untuk cara memudahkan dalam penggunaan sediaan tetes telinga, tetes hidung, tetes mata, salep mata, suppositoria, tablet vaginal, inhaler, tablet sublingual, dan tablet kunyah.
......
Pharmacists have a very important role in ensuring patients use medicines appropriately. In the Pharmacist's clinical pharmacy service standards there are drug information service points (PIO) which have one aim of providing accurate information about drugs so that errors in drug use can be reduced. There are several types of drugs that require special methods for their use, so efforts need to be made to increase patient knowledge in drug use and there needs to be additional media to convey drug information. The aim of this special assignment is to create practical, attractive media at an affordable cost, namely print media such as posters and leaflets. Drug information service media was created to facilitate the use of ear drops, nose drops, eye drops, eye ointments, suppositories, vaginal tablets, inhalers, sublingual tablets and chewable tablets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Cahyameta Siswoyo
"HIV merupakan virus yang menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Pengobatan antiretroviral (ARV) merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi. Apoteker memiliki peran dalam pengobatan HIV. Selain itu, apoteker juga berperan dalam menjaga rasionalitas pengobatan seperti pemilihan regimen dan ketepatan dosis pengobatan ARV. Evaluasi penggunaan obat, ketepatan regimen, dan dosis terapi merupakan salah satu bentuk pemantauan terapi obat (PTO) yang merupakan salah satu tugas apoteker terkait pelayanan farmasi klinis. PTO pada pasien HIV penting karena penggunaan regimen ARV sangat menentukan kualitas hidup pasien. Jika terjadi kesalahan dalam pemilihan regimen dan dosis dapat berakibat terapi tidak optimal sehingga kualitas hidup pasien dapat menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi penggunaan obat berdasarkan klasifikasi jenis kelamin dan usia, juga ketepatan regimen, dan dosis terapi antiretroviral pada periode bulan Maret - April 2023 di RSUP Fatmawati. Penelitian ini mendapatkan hasil, bahwa masih terdapat ketidaksesuaian obat ARV dalam hal regimen dan dosis dengan persentase kurang dari 1%.
......
HIV is a virus that causes Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Antiretroviral (ARV) treatment is part of HIV and AIDS treatment to reduce the risk of HIV transmission, prevent the worsening of opportunistic infections, improve the quality of life of HIV sufferers, and reduce the amount of virus in the blood until it is undetectable. Pharmacists have a role in HIV treatment. Apart from that, pharmacists also play a role in maintaining rationality of treatment, such as selecting regimens and accurate dosage of ARV treatment. Evaluation of drug use, accuracy of regimens and therapeutic doses is a form of drug therapy monitoring (PTO) which is one of the pharmacist's duties related to clinical pharmacy services. PTO in HIV patients is important because the use of ARV regimens greatly determines the patient's quality of life. If there is an error in choosing the regimen and dose, it can result in suboptimal therapy so that the patient's quality of life can decrease. The aim of this study is to evaluate drug use based on gender and age classification, as well as the accuracy of regimens and doses of antiretroviral therapy in the period March - April 2023 at Fatmawati General Hospital. This research found that there were still discrepancies in ARV drugs in terms of regimen and dosage with a percentage of less than 1%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Cahyameta Siswoyo
"Industri farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Dalam melakukan kegiatan tersebut, industri farmasi harus menerapkan kaidah CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaan. Pada pedoman CPOB juga terdapat aspek Manajemen Risiko Mutu untuk mengevaluasi perubahan yang direncanakan untuk menentukan dampak potensial terhadap mutu produk. Pendekatan Manajemen Risiko Mutu yang efektif dapat menjamin mutu obat yang lebih tinggi. Berdasarkan hal tersebut kalibrasi memerlukan Manajemen Risiko Mutu karena alat ukur memiliki dampak terhadap mutu produk. Manajemen Risiko Mutu pada aspek kalibrasi berfungsi untuk menentukan dampak potensial alat terhadap mutu produk yang akan berpengaruh pada frekuensi kalibrasi. Tujuan dari tugas khusus ini adalah memperoleh klasifikasi alat ukur dan frekuensi kalibrasi alat ukur berdasarkan hasil Calibration Risk Assessment. Hasil dari kajian adalah klasifikasi alat yaitu GMP kritis, GMP tidak kritis, tidak terkait GMP dan regulasi lain, dan tidak terkait GMP tetapi terkait dengan regulasi lain. Hasil lain yang diperoleh adalah frekuensi kalibrasi yang dibedakan menjadi 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan. ...... The pharmaceutical industry is a business entity that has a license to carry out drug or medicinal substance manufacturing activities. In carrying out these activities, the pharmaceutical industry must apply CPOB (Good Medicine Manufacturing Practices) principles to ensure that the quality of the medicines produced meets the requirements and intended use. In the CPOB guidelines there is also a Quality Risk Management aspect to evaluate planned changes to determine the potential impact on product quality. An effective Quality Risk Management approach can ensure higher drug quality. Based on this, calibration requires Quality Risk Management because measuring instruments have an impact on product quality. Quality Risk Management in the calibration aspect functions to determine the potential impact of equipment on product quality which will affect the frequency of calibration. The aim of this special task is to obtain the classification of measuring instruments and the frequency of calibration of measuring instruments based on the results of the Calibration Risk Assessment. The results of the study are the classification of tools, namely critical GMP, non-critical GMP, not related to GMP and other regulations, and not related to GMP but related to other regulations. Another result obtained is the calibration frequency which is divided into 6 months, 12 months and 24 months."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library