Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wirawan
"Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan diikuti pula tumbuhnya perusahaan - perusahaan nasional dan multinasional mempunyal implikasi terhadap aspek perpajakan, khususnya pajak penghasilan. Berkembangnya jaringan bisnis konglomerasi menambah maraknya transaksi hubungan istimewa khususnya berupa transfer pricing antar unit-unit usaha yang ada dalam lingkungan jaringan usaha tersebut, baik nasional maupun internasional.
Munculnya transaksi transfer pricing dengan segala bentuk yang canggih mempunyai pengaruh terhadap penerimaan negara di bidang perpajakan. Sedangkan di sisi lain dari segi mikro turut mempengaruhi prilaku manajemen perusahaan. Berbagai langkah dilakukan oleh manajemen dalam memperkecil beban pajak melalui mekanisme transfer pricing, kadangkala diluar koridor ketentuan perpajakan yang berlaku.
Pemerintah juga menyadari berbagai langkah manipulasi pajak melalui mekanisme transfer pricing yang dilakukan oleh dunia usaha. Untuk itu upaya mengatasi dan menutup peluang-peluang yang ada dilakukan melalui perangkat peraturan perpajakan, baik melalui Undang-Undang Pajak, Keputusan Menteri Keuangan maupun Surat Edaran DirJen Pajak.
Disamping itu peningkatan profesionalisme aparat Direktorat Jenderal Pajak terus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya praktek transaksi bisnis yang semakin canggih.
Namun demikian, dari pengamatan dilapangan terlihat dunia usaha selalu duluan selangkah dibandingkan perangkat ketentuan perpajakan yang ada, begitu juga sumberdaya manusia pelaku bisnis juga lebih dulu selangkah dibandingkan dengan sumberdaya pada Direktorat Jenderal Pajak sehingga Direktorat Jenderal Pajak harus terus menerus meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia dan memperbaiki perangkat ketentuan perpajakan sesuai dengan dinamika perubahan lingkungan bisnis."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S27969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirawan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirawan
"Laporan ini merupakan tugas akhir penulis dalam studinya di Queensland University of Technology (QUT), Brisbane, Australia. Penulis bergabung ke dalam tim projek Dual Fuel Engine dengan pengawasan Dr. Richard Brown yang berpusat pada penelitian, perancangan, pelaksanaan dan mengoptimalkan system dual fuel yang ditemukan dan dipatentkan (7,000,573 B2) oleh Mr. Uli Kruger. Di dalam tim ini, setiap anggota memiliki kontribusi masing-masing guna mengembangkan projek tersebut.
Projek penulis memusatkan pada beberapa hal, sebagai berikut: testing dual fuel engine, kaliberasi ethanol injector dan design heat exchanger. Tujuan utama dalam projek penulis adalah untuk merancang heat exchanger untuk mesin Dual Fuel yang digunakan untuk experiment lebih lanjut. Dengan perhitungan thermodynamic yang akurat diharapkan rancangan heat exchanger ini bias menyediakan energy yang cukup untuk memanaskan ethanol menjadi gas di dalam system dual fuel tersebut.
Tujuan lain dari projek ini adalah menampilkan hasil dari experiment yang dilaksanakan pada bunlan Desember 2008 dan kalibrasi ethanol injector. Menganalisa performa mesin dan mengidentifikasi setiap masalah yang mungkin timbul dalam system dual fuel. Kaliberasi ethanol injector dilakukan untuk mengetahui apakah injector yang dipilih sesuai dengan system tersebut. Mesin yang digunakan dalam projek ini adalah Mesin diesel buatan Ford dengan kapasitas 2701CC, 4 Cilinder. Kecepatan rata-rata mencapai 2500rpm, dengan ukuran bore x stroke: 108.2 x 115 (mm), volume perindahan 1057 dan rasio kompresi 15.5:1. Mesin ini yang kemudian dimodifikasi dengan Kruger dual fuel system sehingga dapat menggunakan campuran diesel dan ethanol sebagai bahan bakar.
Penggunaan campuran Ethanol dengan diesel sebagai bahan bakar, atau bias juga disebut biodiesel diharapkan dapat menjawab masalah lingkungan yang ada pada saat ini. Masalah lingkungan ini yang mendorong penelitian untuk mengurangi kebutuhan dalam sumber energy yang tidak dapat diperbaharui. Mobil merupakan sumber karbon dioxida, gas rumahkaca yang utama penyebab pemanasan global. Dalam system Dual Fuel ini, diperlukan heat exchanger yang dapat menghasilkan energy yang sama untuk memanaskan ethanol di dalam system udara bahan bakar berdasarkan perhitungan dan rancangan yang sesuai. Perhitungan lain yang harus di pikirkan dalam rancangan adalah area pemasangan heat exchanger yang sangat terbatas.
Penulis mencoba menyelesaikan masalah di atas menggunakan design type double pipe. Pemilihan type ini didasari beberapa alas an, yaitu: designnya yang sederhana, kemudahan pemasangan, ukuran yang dapat disesuaikan dengan area yang ada, dan biaya yang murah. Ukuran yang digunakan dalam rancangan tersebut disesuaikan dengan keterbatasan area, yang kemudian dimodifikasi lebih lanjut guna mencapai hasil yang maksimal. Double pipe heat exchanger dalam bentuk tradisionalnya merupakan alat yang paling sederhana untuk mengalihkan panas antara dua cairan atau gas, terdiri dari pipa di dalam pipa dengan hubungan yang tepat untuk kedua cairan atau gas tersebut, seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.1.Perhitungan rancangan heat exchanger untuk mesin yang digunakan sebagai pegujian akan diterangkan lebih lanjut pada Chapter 3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wirawan
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012
001.4 WIR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Novita Wirawan
"Micronutrient supplementation is one approach that could correct the child impairment of development caused by micronutrient deficiencies. However micronutrient deficiencies in developing countries usually associated with marginal deficiency of several micronutrients. Therefore, it was assumed that supplementation with multiple micronutrients would be more effective.
In the previous Indonesia study, a randomized placebo controlled trial study has been done in 17 villages of Magelang district, Central Java for 6 mo among children aged 6-12 mo (n=284) who randomly assigned into four experimental groups: 1 RDA daily multi-micronutrient, 2 RDA weekly multi-micronutrient, iron daily supplementation and a placebo group. Nutritional status, development, and hemoglobin concentration was no difference between treatment groups at the end of supplementation. To answer the possibility of age responsiveness and manifestation of treatment effect on development and nutritional status, this present follow up study has been done at 6-mo after supplementation commenced when children aged 18-24 mo. At 6-mo follow up, there was difference between group in height for age Z-score and psychomotor development index (PDI). The scores differences are may be due to treatment differences.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T10076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riadi Wirawan
"ABSTRAK
Hemogiobinopati adalah kelainan hemoglobin bawaan yang diturunkan, merupakan salah satu penyakit genetik tersering dan menjadi masalah kesehatan masyarakat bagi banyak negara didunia. Sampai saat ini masih terdapat masalah gizi utama yang dihadapi di Indonesia seperti kurang kalori protein, gangguan akibat kurang yodium, kekurangan vitamin A dan anemia gizi.
Tujuan penelitian ini adalah pertama, ingin mengetahui angka kejadian dan pola hemoglobinopati pada siswi SLTP Negeri Curug Tangerang. Kedua, ingin mengetahui angka kejadian defisiensi besi pada siswi SLTP Negeri Curug Tangerang tersebut.
Sebagai bahan penelitian adalah darah vena sebanyak 6m1 dari 69 orang siswi SLTP Curug Tangerang yang berusia antara 13-15 tahun, dimasukkan kedalam 2 tabung penampung vacuette 3mL yang berisi antikoagulan K3EDTA. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin, volume eritrosit rata-rata (VER), hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) dan konsentrasi eritrosit rata-rata (KHER), dilakukan terhadap semua bahan pemeriksaan. Pemeriksaan kadar feritin dilakukan terhadap semua bahan pemeriksaan. Pemeriksaan elektroforesis hemoglobin dilakukan pada semua bahan pemeriksaan dan terhadap fraksi yang tebal dilakukan pencacahan. Uji dichlorophenol indophenol (DCIP) dilakukan terhadap kelompok kasus hemoglobin varian dengan fraksi HbA2 yang tebal. Pewarnaan supravital dengan brilliant cresyl blue (BCB) 1% dilakukan pada kelompok kasus eritrosit mikrositik hipokrom tanpa hemoglobin varian. Pemeriksaan kadar HbA2 dan HbF hanya dilakukan terhadap kelompok kasus eritrosit mikrositik hipokrom dengan kadar feritin >20 nglmL.
Hasil penelitian : Dari 69 orang siswi didapatkan kelompok kasus anemi 5169 (7,25%) dan kelompok kasus non anemi 64/69 (92,75%). Kelompok kasus anemi 5169 (7,25%) terdiri dari kasus anemi disertai defisiensi besi 4/69 (5,80%) dan kasus anemi tanpa defisiensi besi 1169 (1,45%) merupakan kasus anemi normositik normokrom. Anemi disertai defisiensi besi 4169 (5,80%) terdiri dari kasus anemi defisiensi besi lanjut 2169 (2,89%) dan kasus anemia defisiensi besi dini 2/69 (2,89%). Kelompok kasus non anemi 64169 (92,75%) dibedakan menjadi kasus non anemi disertai defisiensi besi dan kasus non anemi tanpa defisiensi besi. Kelompok kasus non anemi disertai defisiensi besi 14.169 (20,29%) terdiri dari kasus defisiensi besi prelaten 6169 (8,70%), kasus hemoglobin AE disertai defisiensi besi prelaten 2/69 (2,89%) dan kasus defisiensi besi laten 6169 (8,70%). Sedangkan kelompok kasus non anemi fanpa defisiensi besi 50/69,(72,46%) terdiri dari kasus hemoglobinopati tanpa defisiensi besi '12169' (17,39%}` dan sesuai dengan kemungkinan kasus "normal 38/69 (55,07%). Kelompok kasus hemoglobinopati tanpa defisiensi besi 12169 (17,39%) terdiri dari kasus hemoglobin AE 6/99 (8,70%), kasus thalassemia trait 4/69 (5,80%) dan kemungkinan kasus thassemia at trait 2169 (2,89%).
SARAN : Pada kelompok kasus defisiensi besi setelah defisiensi besi teratasi, bila morfologi eritrosit masih tetap memperlihatkan mikrositik hipokrom, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang analisa hemoglobin.

ABSTRACT
Hemoglobinophaty and Iron Deficiency of Female Students in SLTP Negeri Curug TangerangHemogIobinopathy is an inheridited disorder and the most prevalent genetic disease, and is the cause of major public health problem in many parts of the world. Until now Indonesia has nutritional problems such as protein calory deficiency, iodium deficiency, vitamin A deficiency and nutritional anemia.
The first purpose of the study is to know the prevalence and pattern of hemoglobinopathy of female students in SLTP Curug Tangerang. The second purpose is to know the prevalence of iron deficiency of the female students in SLTP Curug Tangerang.
The samples were 6 cc of blood vein of 69 subjects about 13-15 years old. It was kept in 2 tubes of 3 cc tube vacuette each with anticoagulant K3EDTA. The hematologic examinations which were done for all samples were hemoglobin concentration, mean corpuscular volume (MCV), mean corpuscular hemoglobin (MCH) and mean corpuscular hemoglobin concentration (MCI-IC). The determination of ferritin concentration was done for all samples. Hemoglobin electrophoresis was done for all samples, and samples with thick fraction were scarred. Dichlarophenol indophenol (DCIP) was done for variant hemoglobins with thick HbA2. Supraviital stain with brilliant cresyl blue (BCB) 1% was done for microcytic hypochromic eritrocyte without variant hemoglobin group. The determination of HbA2 and HbF were only done for microcytic hypochromic erytrocyte group with feritin concentration >20 ng/mL.
The results showed that anemia cases were 5/69 (7.25%) and non anemia cases were 64169 (92.75%). The group of anemia cases with iron deficiency were 4169 (5.80%) and anemia case without iron deficiency was 1169 (1.45%) of normocytic normochromic anemia. Iron deficiency anemias were 4169 (5.80%) containing advanced iron deficiency anemias of 2169 (2.89%) and early iron deficiency anemias of 2169 (2.89%). Non anemia cases were 64/69 divided into non anemias with iron deficiency group and non anemias without iron deficiency group_ Non anemias with iron deficiency contained prelatbnt iron deficiency of 6169 (8,70%), hemoglobin AE with prelatent iron deficiency of 2169 (2.89%) and latent iron deficiency of 6169 (8.70%)_ Non anemias without iron deficiency were 50169 (72.46%) containing hemoglobinopathy without iron deficiency of 12169 (17.39%) and the possibility of "normal' cases of 38/69 (55.07%). Hemoglobinopathy without iron deficiency were 12169 (17.39) containing hemoglobin AE of 6/69 (8.70%), thalassemia ¢ trait of 4/69 (5.80%) and the possibility of thalassemia a? trait cases of 2169 (2,89%).
Suggestion for the iron deficiency group : If after the therapy was done, the morpgology erytrocyte is still microcytic hypochromic then hemoglobin analysis should be done.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Riadi Wirawan
"Talasemia B merupakan penyakit herediter yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan fisik maupun mental. Penyebaran penyakit ini terutama bersifat etnis dan adanya perkawinan antar bangsa menyebabkan angka kejadian semakin tinggi dan merata. Penemuan penderita talasemia B heterozigot berdasarkan pemeriksaan analisis Hb dinilai mahal dan cukup sulit. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran pola kadar HbA2 dan HbF serta gambaran parameter hematologi penderita talasemia B heterozigot dan talasemia B - HbE.
Dari 1 Maret 1992 sampai 31 September 1992 di UPF Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCM telah dilakukan pemeriksaan analisis Hb terhadap 740 contoh darah penderita. Sejumlah 31,1% (230/740) didiagnosis sebagai talasemia B heterozigot dan sejumlah 2,2% (16/740) sebagai talasemia R - HbE. Rasio penderita wanita terhadap pria adalah 1,005:1 untuk talasemia 0 heterozigot dan 1,67:1 untuk talasemia 0 - HbE. Pola HbA2 normal HbF tinggi merupakan bentuk talasemia B heterozigot yang paling sedikit ditemukan, namun mempunyai gambaran parameter hematologi yang lebih berat dibandingkan pola lainnya.
Kadar Hb pada talasemia B heterozigot berkisar antara 5,8-16,5 g/dl dengan rata-rata 11,63 g/dl dan pada talasemia B - HbE antara 3,2-8,2 g/dl dengan rata-rata 6,10 g/dl. Nilai Ht pada talasemia B heterozigat berkisar antara 20,9-57,1% dengan rata-rata 35,48% dan pada talasemia B - HbE antara 9,4-26,5% dengan rata-rata 19,57%.
Kedua parameter hematologi di atas berbeda bermakna dibandingkan kontrol. Terdapat kadar Hb dan nilai Ht yang lebih rendah seoara bermakna pada penderita talasemia B heterozigot dibandingkan talasemia bentuk HbA2 tinggi. Demikian juga halnya pada penderita wanita dibandingkan penderita pria.
Jumlah eritrosit pada penderita talasemia B heterozigot berkisar antara 2,20-8,27 juta/µl dengan rata-rata 4,67 juta/µl dan pada talasemia B - HbE antara 1,54-4,08 juta/µl dengan rata-rata 3,01 juta/µl. Perbedaan ini bermakna. Pada penderita wanita jumlah eritrosit lebih rendah dibandingkan penderita pria.
Nilai VER pada penderita talasemia. 0 heterozigot berkisar antara 55-111 fl dengan rata-rata 76,9 fl, sedangkan pada talasemia f3 - HbE antara 52-80 fl dengan rata-rata 64,7 fl. Nilai HER pada penderita talasemia 0 heterozigot antara 15,1-33,5 pg dengan rata-rata 25,19 pg dan pada talasemia 0 - HbE 17,0-23,9 pg dengan rata-rata 20,27 pg. Kedua parameter ini berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol.
Jumlah trombosit yang meningkat pada talasemia B heterozigot dan talasemia B - HbE, karena peningkatan eritrosit mikrositik yang terukur sebagai trombosit. Hitung retikulosit absolut yang meningkat dengan RPI normal inenunjukkan terjadinya eritropoisis yang tidak efektif.
Kesimpulan penelitian ini adalah talasemia B heterozigot dan talasemia B - HbE mengakibatkan terjadinya perubahan parameter hematologi. Perubahan ini meliputi kadar Hb, nilai Ht, nilai VER & HER, jumlah trombosit dan hitung retikulosit absolut serta morfologi eritrosit pada sediaan hapus darah tepi. Selain itu pada penderita wanita dan talasemia B heterozigot perubahan parameter ini menjadi semakin nyata.

Hematological Changes in Patients with Heterozygote Thalassemia and Thalassemia Hemoglobin E Disease in the Department of Clinical Pathology FKUI/RSCMBeta thalassemia is a hereditary disorder which can cause physical and mental abnormalities. This disease is ethnically distributed, and marriage between individuals of different nations cause a higher prevalence and a wider distribution. Detection of cases based on hemoglobin analysis is relatively expensive and difficult.
The aim of this study is to obtain pattern of HbA2 and HbF levels, and hematologic parameters in patients with heterozygote thalassemia and thalassemia - HbE.
From March to September 1992 in the Department of Clinical Pathology FKUI/RSCM has been performed hemoglobin analysis of 740 patients. The diagnosis of heterozygote thalasemia was made on 31,1 % (230/740) of samples and B thalassemia hemoglobin on 2,2 % (16/740) of samples. Female to male ratio was 1,005 to 1 for heterozygote B thalassemia and 1,67 to 1 for l thalassemia - HbE. Pattern of normal HbA2 and high HbF was the most infrequently round among heterozygote 8 thalassemia, but gave the most severe hematologic abnormalities.
Hemoglobin levels of patients with heterozygote thalassemia were between 5,8 - 16,5 g/dL with mean value 11,6 g/dL, whereas the level of patients with p thalassemia - HbE were between 3,2 - 8,2 g/dL with mean value 6,1 g/dL. Hematocrit values were between 20,9 - 57,1 with mean value 35,5 % in patients with heterozygote thalassemia, and were between 9,4 - 28,5% with mean value 19,6% in patients with thalassemia - HbE. Both parameters were significantly lower than control. Hemoglobin and hematocrit of patients- with heterozygote E thalassemia were higher than patients with high HbA2 thalassemia. Female patients had lower values compare to male.
Erythrocyte count in patients with heterozygote thalassemia were between 2,2 -- 8,3 millions/uL with mean value 4,7 millions/ uL, significantly higher than the value in patients with p thalassemia - HbE which were between 1 , 5 - 4,1 millions./ut., with mean value 3,01 millions/uL. Female patients also had lower values compare to male.
MCV were between 5S - 111 fL with mean value 76,9 fL in patients with heterozygote thalassemia and between 52 - 80 fL with mean value 64,7 fL, in patients with (3 thalassemia - HbE. MCH were between 15,1 -.33,5 pg with mean value 25,2 pg in patients with Heterozygote thalassemia and between 17,0 - 23,9 pg with mean value 20,3 pg in patients with thalassemia HbE. Both parameters were significantly lower than control.
Thrombocyte count was Increase in patients with heterozygote thalassemia and (El thalassemia - HbE, due to microcytic erythrocytes which were counted as thrombocyte. High absolute number of reticulocyte with normal RPI suggested an ineffective erythropoiesis.
In conclusion, heterozygote thalassemia and r thalassemia - HbE caused hematologic changes such as a decrease of hemoglobin, hematocrit, MCV and MCH values; an increase of thrombocyte and absolute reticulocyte count; and an abnormal erythrocyte morphology on peripheral blood smear. In female and heterozygote E thalassemia patients these changes were more prominent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Renanto Pandu Wirawan
"Setiap tahun manusia memproduksi hampir 280 juta ton plastik dan banyak dari plastik itu berakhir di lingkungan sehingga merusak kehidupan laut dan ekosistem lainnya. Studi Bank Dunia dalam What a Waste pada tahun 2012 memperkirakan persentase sampah plastik di kawasan Asia Timur dan Pasifik sebesar 13% dan 12% di Indonesia. Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengubah sampah, khususnya sampah plastik menjadi bahan bakar. Proses pirolisis dipilih oleh sebagian besar peneliti karena potensinya untuk mengubah sebagian besar energi dari sampah plastik menjadi minyak cair, gas dan arang. Pada pirolisis sampah plastik menjadi bahan bakar minyak memiliki faktor penting dalam menghasilkan yield cairan, seperti temperatur, jenis reaktor, waktu tinggal, tekanan, dan katalis. Desain faktorial digunakan pada penelitian ini dikarenakan desain ini merupakan alat analisis yang kuat untuk memodelkan dan menganalisis pengaruh faktor proses terhadap beberapa variabel tertentu. Sampah plastik yang digunkana pada penelitian ini adalah homogen atau PP dan heterogen yang merupakan campuran plastik tanpa adanya PVC.
Hasil dari proses pirolisis diketahui bahwa cairan terbesar terjadi ketika menggunakan plastik homogen 88,5 % berat. Sementara untuk char dan gas didapatkan 2,03 % dan 9,47 % berat. Karakterisasi dari cairan proses pirolisis plastik homogen atau PP yang dianggap seperti solar memiliki nilai setana sebesar 48,3,densitas sebesar 806 kg/m3, viskositas kinematik sebesar 2,489 mm2/sec,  kandungan asam sebesar 4,04 mgKOH/gr, kandungan air sebesar 271,6 mg/kg, dan kandungan abu sebesar 1 % v/v. Desain faktorial proses pirolisis menunjukkan bahwa faktor yang signifakan adalah jenis plastik dan waktu tunggu dengan nilai F sebesar 25,66 dan 5,51. Optimasi untuk mendapatkan cairan sebesar 80,9 % berat dapat dilakukan dengan menggunakan jenis plastik homogen atau PP, temperatur 250 oC dan waktu tinggal 300 menit. Ada dua cara yang dilaporkan untuk peningkatan minyak cair, termasuk penyulingan dan pencampuran dengan diesel konvensional agar cocok untuk berbagai aplikasi komersial.

Every year humans produce nearly 280 million tons of plastic and many of the plastic ends up in the environment, damaging marine life and other ecosystems. The World Bank study in What a Waste in 2012 estimated the percentage of plastic waste in the East Asia and Pacific region at 13% and 12% in Indonesia. At present a lot of research has been done to convert waste, especially plastic waste into fuel. The pyrolysis process was chosen by most researchers because of its potential to convert most of the energy from plastic waste to liquid oil, gas and charcoal. In pyrolysis of plastic waste into fuel oil has an important factor in producing liquid yields, such as temperature, reactor type, residence time, pressure, and catalyst. Factorial design is used in this study because this design is a powerful analytical tool for modeling and analyzing the influence of process factors on certain variables. The plastic waste used in this study is homogeneous or PP and heterogeneous which is a mixture of plastic without PVC.
The results of the pyrolysis process are known that the largest liquid yield occurs when using homogeneous plastic 88.5% by weight. While for char and gas obtained 2.03% and 9.47% by weight. Characterization of a homogeneous plastic pyrolysis liquid or PP which is considered as solar has cetane number 48,3, density of 806 kg / m3, kinematic viscosity of 2.489 mm2 / sec, acid content of 4.04 mgKOH / gr, water content of 271.6 mg / kg, and ash content of 1% v / v. The factorial design of the pyrolysis process shows that the significant factors are the type of plastic and the waiting time with F values of 25.66 and 5.51. Optimization to obtain liquid yield of 80.9% by weight can be done using homogeneous plastic or PP type, temperature of 250 oC and residence time of 300 minutes. There are two ways reported for increasing liquid oil, including refining and mixing with conventional diesel to be suitable for a variety of commercial applications.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Wirawan
"Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi dan berkelanjutan. stabilitas politik dan kebijakan deregulasi secara terus menerus. Serta partisipasi lembaga keuangan internasional seperti bank dunia yang mengalirkan dana dengan kriteria investasi guna memperoleh keuntungan, memungkinkan perusahaan domestik dapat tumbuh menjadi besar. Seiring dengan pertumbuhan perusahaan yang pesat. diperlukan dana yang lebih besar. Oleh karena itu perusahaan mulai mencari tambahan dana dari luar, antara lain dengan memanfaatkan pasar modal, dengan melakukan Initial Public Offering, maupun right issue.
Perkembangan pasar modal Indonesia dewasa ini cukup menggembirakan. Pasar modal Indonesia mulai diminati oleh para investor luar negeri dan diperhitungkan di dunia. Hal ini terbukti dengan adanya penelitian yang menyatakan bahwa pasar modal Indonesia merupakan salah satu Emerging Market di dunia, dimana pasarnya mulai tumbuh, walaupun jumlah perusahaan yang telah listed di Bursa Efek Jakarta masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan di Bursa Efek Malaysia.
Pemerintah berusaha terns menggiatkan iklim investasi di Indonesia khususnya melalui pasar modal. Langkah konkret yang ditempuh pemerintah antara lain dengan mengeluarkan Undang - undang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>