Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wulan Erna Komariah
"Limbah cangkang kepiting dapat menimbulkan polusi udara serta menyebabkaa pencemaran tanah yaitu meningkatnya BOD dan COD. Padahal limbah yang berasal dari rumah makan seafood ini merupakan sumber potensial pembuatan kitosan yang diperoleh dengan mendeasetilasi kitin dari cangkang kepiting menggunakan NaOH. Kitin diperoleh melalui demineralisasi dengan asam kuat (HCl) dan deproteinasi dengan basa kuat (NaOH). Pada proses demineralisasi dan deproteinasi dilakukan variasi pengaruh konsentrasi larutan 0,5; 0,75; 1,0; 1,25; 1,5 M dan waktu reaksi selama 30; 60; 90; 120; 150 menit, dengan agitasi 500 rpm. Untuk mengetahui kandungan mineral dan protein yang masih tersisa pada kitin dilakukan uji kadar abu dan protein menggunakan metoda Kjehdahl. Kondisi optimum demineralisasi diperoleh dengan menggunakan larutan HC1 1 M selama 60 menit pada suhu 60°C, dan deproteinasi diperoleh dengan menggunakan larutan NaOH 1 M selama 120 menit pada suhu 70°C. Setelah itu dilakukan deasetilasi dengan pengaruh konsentrasi NaOH 30; 40; 50; 60; 70 % berat dan waktu kontak selama 15; 45; 75; 105; 135 menit. Untuk mengetahui derajat deasetilasi optimum dilakukan analisis FTIR. Optimasi proses deasetilasi diperoleh dengan menggunakan larutan NaOH 50 % selama 45 menit pada suhu 100°C dan agitasi 500 rpm, hasil derajat deasetilasi sebesar 52,95. Kitosan memiliki reaktifitas yang tinggi, dan bersifat sebagai bahan pengemuisi koagulasi serta polielektrolit kation sehingga mampu berperan sebagai adsorben terhadap logam berat. Oleh karena itu, kitosan dari limbah cangkang kepiting ini dapat digunakan sebagai adsorben logam Cd (II) pada air limbah. Kadmium sering digunakan pada pigmen keramik, penyepuhan listrik, pembuatan alloy dan baterai alkali (Marganof, 2003). Efek keracunan yang dapat ditimbulkan kadmium berupa penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjar pencemaan. Kitosan dengan hasil derajat deasetilasi tertinggi sebesar 52,95 digunakan untuk mengadsorpsi ion logam kadmium dengan pengaruh pH dan waktu kontak. Dari hasil penelitian terbukti bahwa kitosan dari limbah cangkang kepiting mampu mengadsorp ion logam kadmium. Kondisi terbaik penyerapan kadmium oleh kitosan diperoleh pada pH 5 selama 5 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Erna Komariah
"Tesis ini membahas metode penghilangan moisture batubara Indonesia peringkat rendah dengan menggunakan gelombang mikro. Diharapkan metode ini mampu mengurangi waktu pemanasan dan mengurangi moisture re-adsorpsi batubara. Berdasarkan penelitian, waktu penghilangan moisture pada batubara Indonesia dipengaruhi oleh kandungan awal total moisture, ukuran partikel, massa sampel, dan daya yang diberikan. Pada pemanasan gelombang mikro dengan daya 800 W, Batubara Melawan (kandungan awal total moisture: 24,18 %) memerlukan waktu penghilangan moisture yang paling pendek yaitu sekitar 1,5 - 2 menit sedangkan Batubara Pendopo (kandungan awal total moisture: 58,27 %) memerlukan waktu terlama yaitu antara 3 - 3,5 menit. Akibat penghilangan moisture, batubara Indonesia mengalami kenaikan nilai kalor, volatile matter dan fixed carbon; namun tidak terjadi perubahan signifikan pada fuel ratio. Moisture re-adsorpsi pada Batubara Indonesia yang telah mengalami penghilangan moisture akibat gelombang mikro tidak dipengaruhi oleh ukuran partikel dan daya yang diberikan.

This research aims to find a method of removing moisture Indonesian low rank coal Indonesia by using microwaves. This method is expected to reduce heating time and reduce the moisture re-adsorption of coal. Based on the study, the removal of moisture in coal Indonesia affected by the initial total moisture content, particle size, sample mass, and power delivered. In the microwave heating power of 800 W, the Melawan Coal (initial total moisture content: 24.18%) removal of moisture takes the shortest is about 1.5 - 2 minutes while the Pendopo Coal (initial total moisture content: 58.27%) requires the longest time is between 3 - 3.5 minutes. The affect of the removal of moisture, Indonesian coal has increased calorific value, volatile matter and fixed carbon; but there was no significant change on to the fuel ratio. Moisture readsorption on Indonesian coal which have removal of moisture by the microwaves are not affected by particle size and power that are given."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30571
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library