Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yahya
Abstrak :
Tesis ini pertama-tama beranjak dari pendapat Roedjito, Harper, Staveren dan den Hartog yang mengemukakan bahwa bagi masyarakat pedesaan faktor ekonomi dan keadaan lingkungan geografis merupakan faktor kunci yang menentukan status gizi mereka. Dalam kata lain, apabila kedua faktor tersebut tidak menunjang, maka warga komunitas bersangkutan terutama bayi-balita sebagai kelompok rentan gizi akan lebih banyak yang menderita kekurangan gizi. Pendapat mereka itu, didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat pedesaan memperoleh dan memenuhi kebutuhan makanannya melalui jalur pembelian dan dengan cara memproduksi langsung dari lingkungan alamnya. Apabila asumsi ahli gizi tersebut dikontekstualisasikan dengan keadaan kehidupan masyarakat nelayan Bajo, maka dapat dikatakan bahwa bayi-balita Orang Baja akan lebih banyak yang menderita kekurangan gizi dibandingkan dengan yang keadaan gizinya normal. Dikatakan demikian, sebab Orang Baja yang mata pencaharian utamanya sebagai nelayan tidak berbeda keadaan sosial ekonominya dengan nelayan lainnya yang berada di Indonesia; yakni lebih miskin dari petani dan pengrajin. Keadaan itu tentu saja menyebabkan daya belinya terhadap beragam jenis bahan makanan relatif terbatas. Hal itu kemudian tidak ditunjang oleh keadaan lingkungan geografis mereka. Sebab mereka membangun pemukiman mereka di pesisir pantai di atas permukaan taut; karena itu, mereka tidak dapat melakukan kegiatan bercocok tanam bahan makanan di sekitar rumah mereka dan juga tidak dapat melakukan kegiatan beternak. Dengan keadaan sosial ekonomi dan lingkungan geografis yang demikian itu, menyebabkan mereka sangat sulit menghadirkan makanan empat sehat lima sempurna di rumah mereka. Akan tetapi, sungguhpun keadaan ekonomi dan lingkungan geografis orang Bajo tampaknya tidak menunjang pemenuhan kebutuhan gizi mereka terutama kebutuhan gizi bayi-balita namun pada kenyataannyalebih banyak bayi-balita yang keadaan gizinya normal. Ini berarti bahwa sebagian besar orang Bajo telah berhasil mengantisipasi kendala ekonomi dan ekologis yang dihadapinya, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan bayi-balita mereka. Kemampuan antisipatif tersebut termanifestasikan pada kebiasaan makan yang dikembangkannya. Berdasar dari uraian itulah, maka tesis ini mengkaji mengenai kebiasaan makan orang Baja, terutama kebiasaan makan ibu dan bayi-balita. dengan mengkaji kebiasaan makan ibu dan bayi-balita arang Baja tersebut, maka dapat diungkapkan mengenai kontribusi kebiasaan makan terhadap adanya sebagian bayi-balita yang keadaan gizinya normal dan sebagian lainnya yang keadaan gizinya kurang. Upaya untuk mengungkap kebiasaan makan tersebut, dilakukan penelitian lapangan selama kurang lebih enam bulan lamanya. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan survey dan dengan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Penelitian survey dilakukan dalam rangka mendapatkan data-data dasar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedangkan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih komprehensif berkenaan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka bayi-balita yang keadaan gizinya normal disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: (i) kehadiran juragang yang selain berperan sebagai pihak yang menadah dan mendistribusikan basil tangkapan nelayan, juga selalu siaga memberikan bantuan pinjaman kepada nelayan yang memerlukan bantuannya; (ii) adanya kebiasaan saling memberi bahan makanan (reciprocity) di antara Para nelayan, khususnya sayur-sayuran dan ikan; (iii) pengolahan ikan dilakukan dengan Cara yang beragam dan salah satu di antaranya yang tidak melalui proses perapian. Variasi pengolahan ikan yang demikian itu, selain dapat merangsang selera makan setiap individu juga kondusif untuk memenuhi kebutuhan protein. Demikian juga ikan yang diolah tanpa melalui proses perapian selain mempunyai kandungan protein yang tinggi juga mengandung vitamin A, C, dan D; (iv) umumnya keluarga prang Bajo tidak membedakan antara orang dewasa dan anak-anak dalam hal pendistribusian makanan. Konsekuensinya adalah memungkinkan bagi setiap anggota keluarga, terutama anak-anak, mendapatkan porsi makanan yang dibutuhkannya; (v) ibu hamil dan menyusui mengkonsumsi makanan yang lebih banyak dan lebih bervariasi dibandingkan dengan ketika is tidak dalam keadaan hamil dan menyusui; (vi) semua ibu menyusui yang kondisi kesehatannya baik senantiasa memberikan ASI kepada bayi-balitanya hingga berusia antara 1 s.d 3 tahun; dan (vii) umumnya bayi-balita mendapatkan makanan tambahan sejak berumur antara 3 s.d. 6 bulan. Jenis makanan tambahan yang diberikan adalah disesuaikan dengan usia bayi-balita; yakni dimulai dengan makanan lunak dan kemudian makanan semi-padat serta akhirnya disamakan dengan makanan orang dewasa. Sementara itu, bagi bayi-balita yang keadaan gizinya kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya (i) semasa bayi-balita itu masih dikandung ibunya menderita penyakit tertentu; (ii) ibu menyusui menderita penyakit tertentu sehingga is tidak dapat memberi ASI kepada bayibalitanya secara konsisten dan juga tidak dapat merawat bayi-balitanya secara baik; (iii) bayi-balita itu sendiri yang menderita penyakit tertentu, seperti penyakit balakiangi, doko ana', dan kasiwiang. Janis penyakit itu ditanggapi oleh orang Bajo sebagai penyakit yang hanya dapat disembuhkan oleh praktisi medis tradisional, dan proses penyembuhan itu dilakukan dengan memantangkan kepada penderita mengkonsumsi jenis makanan tertentu; dan (iv) bayibalita kurang mendapatkan perhatian dan perawatan, terutama dalam hal pemberian makanan. Ini terjadi di antaranya disebabkan oleh besarnya jumlah anak, ibu itu sendiri yang menangani semua urusan rumahtangganya, dan ibu itu bersikap mesa bodoh terhadap bayi balitanya.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya
Abstrak :
PT. KRAMA YUDHA RATU MOTOR merupakan salah satu grup PT. MMC (Mitsubishi Motors Corporation) yang bergerak dibidang industri mobil niaga seperti : SL-300, FE447, Fuso (FM) dan Fuso Norton (FN). PT. Krama Yudha Ratu Motor merupakan perusahaan yang memproduksi berdasarkan jumlah produk yang dipesan dari PT. Krama Yudha Tiga Berlian. Masalah utama yang sering ditemukan dalam proses produksi pada PT. Krama Yudha Ratu Motor adalah terhambatnya proses transfer produk dari jalur yang satu ke jalur yang lain dan penyelesaian yang kurang tepat pada jalur-jalur tertentu sehingga mengakibatkan terhentinya proses produksi sehingga efisiensi kerja tidak dapat dicapai. Dengan melakukan perencanaan proses, dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi proses produksi terutama di bagian pengecatan dan trimming, diharapkan kelancaran proses produksi dan etisiensi kerja yang tinggi dengan target 85 % dapat dicapai. Dari hasil yang didapatkan, ternyata hambatan proses produksi banyak disebabkan oleh faktor tenaga kerja dan penyesuian kecepatan conveyor antara jalur-jalur produksi yang kurang tepat, adanya proses simulasi pada jalur trimming yang menggunakan empat jalur produksi. Dengan demikian perlu dilakukan cara lain yang mampu mengurangi hambatan apabila menggunakan 4 jalur dibagian trimming. Cara lain yang dimaksud adalah dengan menjadikan bagian trimming menjadi 5 jalur den gan perencanaan dan perhitungan yang tepat.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya
Abstrak :
Instansi pemerintah di berbagai belahan dunia mulai mengadopsi media sosial untuk mensosialisasikan berbagai program dan kebijakan kepada masyarakat. Di Indonesia, pemerintah memanfaatkan kanal media sosial untuk menjalankan program kehumasan pemerintah, yaitu Government Public Relations GPR . Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna media sosial di Indonesia terus meningkat. Namun, pada konteks partisipasi di halaman media sosial yang dikelola pemerintah justru berbanding terbalik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor apa saja yang mendorong niat follower berpartisipasi dalam halaman media sosial program GPR.Penelitian ini menggunakan model stimulus ndash;organism ndash;response SOR , dimana faktor-faktor pemenuhan kepuasan digunakan sebagai faktor perangsang, faktor sensasi dan rasa memiliki digunakan sebagai faktor organik, dan faktor niat berkelanjutan digunakan sebagai respon yang hendak diamati. Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif, pendekatan eksplanatori, dan teknik analisis eksploratori, ditemukan bahwa faktor-faktor utama yang mendorong niat follower berpartisipasi adalah konsumsi konten, sensasi, dan rasa memiliki. ......Social media has been adopted widely on government sector as a tool to spread and gather information to or from citizen. In Indonesia, government utilize social media channel to run government public relations program GPR . In term of number, Indonesia has many active social media user. However, in term of engagement rate on government social media GSM , the result says inversely. This study aims to identify key factors to improve follower rsquo s intention to engage on government public relations program.This study utilize stimulus organism response framework, where gratificaton factors act as stimuli, flow state of experience and sense of belonging act as organic, and continuance intention is the observed response. Through quantitative method, explanatory approach, and exploratory analysis, the result show that key factor to imporove follower rsquo s engagement are content consumption factor, flow state of experience, and sense of belonging.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amiruddin Yahya
Abstrak :
Pelayanan keperawatan profesional merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Dalam memberikan pelayanan profesional, perawat dituntut untuk memiliki akuntabilitas sesuai dengan kewenangannya. Untuk mencapai pelayanan keperawatan yang berkualitas, diperlukan kontribusi optimal terhadap pelayanan kesehatan sehingga perlu dilakukan upaya penilaian secara berkesinambungan dan konsisten terhadap pelaksanaan seluruh fungsi manajemen keperawatan. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan pelaksanaan fungsi manajemen secara faktual dengan yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kompetensi tenaga keperawatan di Rumah sakit Islam Bogor (RSIB) yang memiliki visi mengunggulkan pelayanan keperawatan yang profesional. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan instrumen tes untuk mengukur kompetensi intelektual, pedoman observasi standar asuhan keperawatan dari Departemen Kesehatan untuk mengukur kompetensi teknikal dan pedoman observasi untuk mengukur kompetensi komunikasi interpersonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tingkat kompetensi tenaga keperawatan di RSIB masih di bawah standar terutama untuk kompetensi intelektual dan teknikal. Kompetensi komunikasi interpersonal tenaga perawat pada umumnya telah memadai. Namun demikian masih terdapat salah satu aspek yang tidak pernah/jarang dilakukan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas (quality improvement) melalui peningkatan pengetahuan terhadap aspek-aspek yang dinilai masih kurang (rendah), pelatihan dan pengawasan yang berkesinambungan dan konsisten.
Evaluation of Nursing Personnel Competencies in Islam Hospital, BogorProfessional nursing competence is an integral part of health service that based on nursing science. In providing professional service, a nurse should have accountability relate with its authority. To achieve high quality nursing care, it requires continuous assessment, so that the nursing care management functions. The assessment taken by comparing with whole function of management run well in accordance with expected standards. The main aim of this research is to evaluate nursing competence in Rumah Sakit Islam Bogor (RSIB) which gives qualified professional nursing services that state in its vision. This is cross sectional research by using test instrument to measure intellectual competence, nursing observation guidelines standard from Health Department to measure technical competence, and observation guidelines to measure interpersonal communication competence. The result of this research shows that general grade of nursing competence in Rumah Sakit Islam Bogor is still stay less than the standard especially for intellectual and technical competence but they have strong capability in interpersonal communication competence. However there is still an aspect that has never been done. Improving nursing service quality requires taking some corrective action of quality improvement throughout increasing knowledge to the less aspects in assessment, training program, consistently and continual supervision.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Bahtiar Yahya
Abstrak :
Studi tentang komponen pandu gelombang turut berkembang sejalan dengan peningkatan penelitian optik terpadu (integrated optics). Penelitian tersebut meliputi perancangan, permodelan dan fabrikasi komponen-komponen optik terpadu. Tulisan ini mencoba menganalisa karakteristik daya keluaran pandu gelombang planar, direksionai kopler, tiga pandu gelombang paralel dan pandu gelombang terisolasi dengan menggunakan metode numerik yaitu method of lines (metode garis). Untuk melihat akurasi hasil analisa metode garis maka metode analitik digunakan sebagai referensi nilai yang akurat dan hasil perhitungan kedua metode tersebut kemudian dibandingkan. Diperoleh kesimpulan bahwa metode garis dapat diandalkan untuk menganalisa karakteristik komponen pasif optik dengan akurasi yang sama dengan metode analitik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T10364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Farida Yahya
Abstrak :
Dalam pelayananasuhan keperawatan, komunikasi terapeutik memegang peranan penting untuk membantu klien memecahkan masalahnya. Untuk mewujudkan terlaksananya komunikasi terapeutik secara efektif diperlukan adanya kemauan dan kesadaran diri yang tinggi dari perawat. Perawat harus mampu menciptakan kondisi (keterpercayaan) yang dapat menimbulkan adanya rasa percaya klien terhadap perawat, klien merasa diperhatikan: diterima, merasa aman, nyaman (deskripsi) merasa diikutsertakan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan untuknya (orientasi masalah) pelayanan yang diberikan perawat dirasakan tulus, tidak dengan paksaan (spontanitas) informasi yang dibutuhkan klien harus jelas (kejelasan) klien merasa perawat dapat membantu mengurangi hal-hal yang mengganggu pikirannya dalam menghadapi penyakitnya dan tanpa memandang siapa klien tersebut (persamaan) sehingga klien merasa puas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal baik dengan efektifitas komunikasi terapeutik perawat-klien di ruang rawat inap rumah sakit Sumber Waras. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 sampel yaitu 139 perawat pelaksana dan 248 klien yang dirawat. Data yang diperoleh dianalisis dengan mempergunakan koefisien korelasi Product Moment, untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksi oleh variabel independen. Untuk mengetahui prediksi yang paling berhubungan antara variabel dependen dan independen digunakan regeresi liner ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan variabel independen, lima variabel independen yang berhubungan secara signifikan dengan variabel dependen yaitu deskripsi, orientasi masalah, kejelasan, keterpercayaan dan kesinambungan & konsistensi. Sedangkan tiga variabel yang tidak berhubungan adalah spontanitas, persamaan dan provisionalisme. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi terapeutik perawat-klien di ruang rawat inap RS Sumber Waras sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih perlu adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta sikap perawat pelaksana dalam berkomunikasi dengan klien, Mengingat masih adanya keluhan-keluhan dari klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan di RS Sumber Waras.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T10317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Djulaeha Yahya
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Suatu penelitian eksperimental telah dilaksanakan pada 29 orang wanita hamil trimester II dengan anemia (kadar Hb 8 - 10,9 g%) pengunjung poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian pil besi (ferrosulfat 200 mg + asani folat 0,25 mg) & riboflavin (5 mg) terhadap kenaikan kadar Hb. Kelompok I (perlakuan) diberikan pil besi & riboflavin dan kelompok II (kontrol) hanya diberikan pil besi. Lama penelitian; 6 (enam) minggu, diberikan 1 X / hari. Hasil : Terdapat prevalensi anemia 30,77 % dengan kadar Hb 10,18 ± 0,92 untuk kelompok perlakuan dan 10,29 ± 0,49 untuk kelompok kontrol. Asupan kalori, protein, zat besi dan riboflavin di bawah AKG. Terdapat kenaikan status hematologi kedua kelompok setelah suplementasi, secara analisis statistik tidak berbeda bermakna (p > 0,05 ). Kelompok perlakuan rerata nilai perubahan VER & HER naik Iebih besar dibanding kelompok kontrol. Kelompok perlakuan rerata nilai perubahan VER 3,13 ± 2,42 dan HER 1,84 ± 2,56, kelompok kontrol rerata nilai perubahan VER 0,86 ± 3,11 dan HER 0,07 ± 1,44. Secara analisis statxstik berbeda bermakna (p < 0,05 ). Kesimpulan : Prevalensi anemia pada wanita hamil trimester II 30,70 %. Penyebabnya asupan zat gizi kurang dari AKG. Kenaikan Hb setelah suplementasi pil besi ditambah riboflavin setiap hari selama 6 minggu tidak berbeda bermakna. Kenaikan VER dan HER secara analisis statistik pada kekompok perlakuan berbeda bermakna dibanding dengan kelompok kontrol.
Material and methods: An experimental study was done on 29 pregnant women, 2nd trimester, with anemia (Hb 8 - 10,9 g %) attending the mother and child Health Care at the Public Health Centre of Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. The aim of the study was to study the effect of Iron and Riboflavin Tablets supplementation on the level of Hb. The treatment group was given Iron Tablets (Ferrous sulfate 200 mg and folic acid 0,25 mg) and Riboflavin 5 mg where as the control group was given Iron Tablets only. The duration of the study was 6 weeks. Results : The prevalence of anemia was 30,77 % with Hb levels of 10,18 ± 0,92 for the treatment group and 10,29 ± 0,49 for the control group. Calory intake, Protein, Iron and Riboflavin were below the RDA. Hematological state increases in both groups after supplementation but it was not statistically significant (p > 0,05). In the treatment group the changes of MCV & MCH was bigger compared to control that was changes MCV 3,13 ± 2,42 and MCH 1,84 ± 2,56 compared to changes MCV 0,86 ± 3,11 and MCH 0,07 t 1,44. These results were statistically significant (p < 0,05). Conclusion : The prevalence of anemia in pregnant woman, 2ND triunes ter was 30,70 %. The etiology of anemia was mainly nutrient intake that was below the RDA. Iron and Riboflavin Tablets Supplementation every day for 6 weeks did not increase the hemoglobin level significantly compared to iron tablets supplementation alone. However, changes in MCV & MCH in riboflavin group were significantly different.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Abdullah Yahya
Abstrak :
Dalam era globalisasi saat ini dunia berada dalam situasi perubahan yang cukup hebat. Terjadi perubahan-perubahan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi termasuk bisnis. Tidak terkecuali dunia perumahsakitan yang merupakan kegiatan "sosio ekonomi", dan cenderung menjadi "industri kesehatan" atau "bisnis rumah sakit" juga mengalami dampak perubahan global ini. Menghadapi dampak perubahan semacam ini diperlukan adanya manajer yang memiliki kemampuan sebagai pemimpin yang mampu membuat perubahan. Kepemimpinan yang efektif akan mampu menghasilkan perubahan yang sangat bermanfaat bagi organisasi perumahsakitan. RSPAD Gatot Soebroto sebagai rumah sakit yang cukup besar dan berskala nasional juga membutuhkan kepemimpinan yang efektif dari para manajernya guna menghadapi tantangan global yang kompetitif. Dalam pelaksanaan tugas selama ini dilingkungan RSPAD Gatot Soebroto dirasakan masih ada kesenjangan kepemimpinan terutama pada tingkat manajer menengah sebagai pelaksana fungsi . Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya gejala-gejala seperti misalnya : penegakan disiplin sulit dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, penatalaksanaan "reward and punishment " yang tidak memadai , konflik internal di lingkungan eselon pelaksana masih menjadi masalah pimpinan, kebijakan pimpinan seringkali tidak terjabarkan secara sempurna pada tingkat pelaksana dan tenaga-tenaga profesional yang sulit diatur. Hal - hal semacam ini menjadi bahan penelitian bagaimana sesungguhnya situasi kepemimpinan tingkat manajer menengah di jajaran RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini berdasarkan pendekatan kesesuaian pemimpin dengan menggunakan perangkat penilaian efektifitas kepemimpinan dari Fred E. Fidlrer dan Martin M Chemers untuk menilai gaya kepemimpinan dan situasi kepemimpinan . Gaya kepemimpinan menggunakan skor LPC sedang untuk situasi kepemimpinan yang dinilai adalah tingkat kendali situasi (situational control scale) yang komponennya terdiri dari : Hubungan Pemimpin - Bawahan dengan alat ukur Leader- Member Relations Scale , Susunan Tugas dengan alat ukur Task Structure Rating Scale dan tingkat Kewenangan Jabatan menggunakan alat ukur Position Power Rating Scale. Dari hasil penelitian dengan menggunakan perangkat tersebut diatas ditemukan gaya kepemimpinan pada manajer menengah RSPAD sebagian besar adalah LPC tinggi atau termotivasi hubungan, sedangkan sebagian kecil LPC rendah atau termotivasi tugas, satu orang dengan LPC sedang (Socio-Independent). Untuk tingkat kendali situasi ditemukan bahwa sebagian besar memiliki tingkat kendali tinggi dan sebagian kecil dengan tingkat kendali rendah. Dari penyesuaian gaya kepemimpinan dengan kendali situasi ditemukan bahwa 55 % menunjukan kinerja " jelek ", 40 % kinerja " Baik" dan 5 % kinerja " sedang ". Untuk lebih mendalami masalah yang diteliti dilakukan studi kasus yang diambil dari kelompok dengan kinerja "baik" , kelompok dengan kinerja"jelek"dan "sedang". Dari studi kasus untuk kelompok dengan kinerja " jelek " dan "sedang" dibahas tentang perlunya tindakan - tindakan tertentu untuk meningkatkan kinerja tersebut. Selain itu untuk menilai efektifitas kepemimpinan yang nyata pada saat ini, dilakukan wawancara mendalam guna menilai tingkat pemahaman/penghayatan akan peran kepemimpinan serta tugas pokok yang harus dilaksanakan. Dari hasil wawancara mendalam dengan manajer menengah ini ditemukan bahwa sebagian masih belum menyadari/memahami betul tentang peran kepemimpinannya, selain itu sebagian juga masih belum memiliki persepsi yang benar tentang tugas pokok yang harus dilaksanakannya. Untuk menilai hasil kinerja kelompok yang menggambarkan efektifitas kepemimpinan digunakan indikator mutu rumah sakit. Dari hasil penelitian dengan menggunakan data audit medik RSPAD, ditemukan bahwa masih terdapat beberapa indikator mutu yang perlu ditingkatkan. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah telah teridentifikasi gaya kepemimpinan para manajer menengah RSPAD serta tingkat kendali situasinya, sehingga dapat ditemukan tingkat efektifitas kepemimpinannya. Dari hasil tersebut disarankan untuk para kepala departemen dan pimpinan RSPAD perlu melakukan tindakan-tindakan intervensi untuk merubah situasi kepemimpinan pada tingkat departemen di RSPAD yang berpenampilan "jelek " dan "sedang", dari aspek hubungan pimpinan - bawahan, susunan tugas maupun tingkat kewenangan untuk mencapai tingkat kesesuaian pemimpin yang optimal yang tnencerminkan tingkat efektifitas kepemimpinannya. Daftar Kepustakaan : 29 ( 1984-2003)
Analysis of the Leadership Effectiveness within Middle Management in Gatot Soebroto Central Army Hospital, Year 2004 (Based on Leader Match Approach)Today?s globalization had made a quite drastic changes with in our social , cultural and even economics, which include business and the health industry goes with out exception. Highly skilled professionals are needed to tackle and effectively overcome these problems. We need "change leaders" or "transformational leaders", that willl be able to bring the organization including hospital organization into dramatic changes to faces the competition. Even Gatot Soebroto Hospital considered to be our large and nationwide hospital which provides superior health services would also need a team of skilled people to run it effectively within competitive global market. But there are still gaps within the management of Gatot Soebroto Hospital which still have to be overcome. Discipline and responsibility in the hierarchy is still lacking, directions from the superior are not clearly received by subordinates that can also create misunderstanding. According to the researcher's observation these conditions are caused by lacking of leadership within the middle managers. This research is done based on written work by Fred E.Fiedler and Martin M.Chemers that stipulate the concept of leadership style and leadership situation. We use Least Preferred Coworker (LPC) score to identify the "Leadership style", whilst leadership situation is judged by : - the leader - member relationship, task structure and position power. This research shows that most of the middle managers at Gatot Soebroto hospital belong to the High LPC people. Relationship motivated group, while the rest belong to the low LPC people - Task Motivated group and Middle LPC people ( Socio-Independent). The matching of leadership style and leadership situation found fifty five percent shows" poor" performance, forty percent shows" good" performance and five percent " moderate". To study it further, some more case study was done from the samples of the "poor" performance, "good" performance and "moderate" performance. To identify the leadership effectiveness factually , the indepth interview was done to judge the level of visualizing the implementation of leadership functions, and jobs to be done. The result of case study from the "poor" and "moderate" performance groups , indicated that steps has to be taken to upgrade the performance of these particular groups. The result of in depth interview shows that. some of the middle managers still not able to comprehend the implementation of leadership functions , and also lack of perception about the jobs criteria. To identify the leadership effectiveness by the group outcomes, we use the hospital quality indicators. The result of the Gatot Soebroto Hospital's medical audit study shows the need to upgrade some services. The conclusions of this research shows that the leadership style and leadership situations are identified, so the degree of leadership effectiveness can be stated. From this result suggestions are made for the middle managers and head of Gatot Soebroto Hospital's to take actions to change the leadership situations for the " poor" and " moderate" performance group, by intervene the leader-member relationships ,task structure and position power of the related departments, in order to achieve the optimum leader match condition that reflect the optimum leadership effectiveness. References : 29 ( 1984-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenida Yahya
Abstrak :
Pembangunan dibidang industri dengan segala teknologinya yang serba canggih, disamping memberikan beberapa kemudahan, juga dapat menimbulkan resiko bahaya kesehatan dan keselamatan terhadap pekerja. Untuk mengantisipasi keadaaa ini dalam upaya memberikan perlindungan terhadap pekerja, maka Departemen Tenaga Kerja melalui Balai Hiperkes dan Keselamatan kerja mengadakan monitoring secara rutin mengenai kondisi lingkungan kerja, kesehatan, ergonomi dan keselamatan Kerja. Sedangkan Pengawasanya dilaksanakan oleh Bidang Pengawasan di Kanwil dan Kandep-kandep. Untuk itu studi ini ingin mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan sistem informasi Hiperkes dan Keselamatan dari Balai Hiperkes dan Bidang Pengawasan di Kanwil Depnaker Propinsi Sumatera selatan, mengetahni efektifitas laporan sehubungan dengan penggunaannya dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program, bagaimana ketepatan dan kedalaman laporan yang tersedia, serta masalah-masalah apa saja yang timbul dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan tersebut. Penelitian ini merupakan suatu studi evaluasi terhadap input, proses dan output, dengan pendekatan secara kualitatif dan bersifat observasi menggunakan data Primer dan Sekunder. Data Primer didapat dari wawancara secara mendalam terhadap 10 orang Nara Sumber dengan menggumakan lembar pertanyaan secara terbuka dan Tape Recorder. Setelah ditulis dikonfirmasikan lagi ke Nara Sumber tersebut. Data Sekunder diambil dari arsip-arsip laporan yang ada. Untuk melihat efektifitas dari laporan dilalaukan dengan menghitung rasio antara informasi yang tersedia dan digunakan terhadap informasi yang dibutuhkan secara ideal dalam perencanaan, pelaksanaan dan perencanaan program. Bila rasio ini lebih dari 50 % maka laporan dapat dikatakan efektif. Hasil penelitian mewujudkcan bahwa dalam pelaksanaan program Higiene industri, kesehatan dan keselamatan kerja dilakukan oleh Tenaga teknis di Balai Hiperkes, yang menghasilkan laporan rekomendasi. Pemeriksaan kesehatan pekerja dilakukan oleh dokter perusahaan, dan pemeriksaan terhadap perusahaan pengguna dan penyimpan pestisida dilakukan oleh pegawai pengawas pada seksi Kesehatan tenaga kerja dan lingkungan kerja, serta pengujian objek K3 oleh pegawai pergawas spesialis pada seksi keselamatan kerja dan analisa kecelakaan oleh pengawas seksi Jamsostek Semua Laporan ini tersedia pada masing-masing seksi. Sedangkan pengawasan norma K3 dilakukan oleh semua pegawai pengawas. Informasi mengenai higiene industri dan keselamatan kerja belum cukup tersedia di Balai Hiperkes yaitu dengan rasio 45,16 % dan 37,43 %, sedangkan untuk program Kesehatan kerja informasi yang tersedia cukup (63,33 %) dari yang dibutuhkan. Informasi ini belum digunakan secara efektif dalam perencanaan dan pelaksanaan program dengan rasio masing-masing secara berurutan untuk perencanaan program 13,33 %, 41,94 % pelaksanaan program higiene industri, 46,67 % pelaksanaan program kesehatan kerja dan 37,03 % untuk pelaksanaan program Keselamatan kerja. Informasi mengenai hygiene industri, kesehatan dan keselamatan kerja di Bidang pengawasan cukup tersedia, masing-masing sebesar 53,57 %, 63,33 % dam 59,3 %, tetapi informasi ini belum digunakan secara efektif dalam perencanaan pengawasan program hygiene industri dan kesehatan kerja (38,46 %) dan program Keselamatan Kerja (28,57 %). Selain itu informasi ini juga belum digunakan secara efektif dalam pelaksanaan pengawasan program Higiene industri, kesehatan dan keselamatan kerja dengan rasio masing-masing secara beurutan sebesar 22,58 %, 23,33 % dan 44,44 %. Laporan program Higiene industri yang cukup tersedia dan tepat, tetapi belum secara rinci dan mendalam memberikan informasi mengenai kondisi lingkumgan yang ada di perusahaan. Laporan Program Kesehatan kerja yang cukup tersedia dan tepat, tetapi belum secara rinci dan mendalam menggambarkan informasi mengenai kesehatan pekerja. Laporan program Keselamatan kerja yang di Bidang pengawasan cukup tersedia dan tepat. Laporan ini masih tersebar pada beberapa seksi. Sedangkan di Balai Hiperkes informasi ini belum cukup dan kmatag tepat, serta belum secara rinci dan mendalam memberikan informasi mengenai program Keselamatan kerja di perusahaan. Dari penelitian ini diharapkan adanya alternatif perbaikan sistem informasi Hygiene industri, kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah ada.
The development in industrial aspect and sophisticated technology, not only provide conveniences but also poses a health and accident risk toward the workers. In order to anticipate this condition as an effort to provide protection to workers, the department of Labor through the Hyperkes and occupational Safety center monitor routinely the work environment condition, health, ergonomics and occupational safety. While the supervision identification done by the Supervision Division in the Regional Office and Departement Office. Therefore, this study is intended to understand the implementation of the Hyperkes and Safety information system of the Hyperkes center and the Supervision Division in the Regional of Office of Labor Department of South Sumatera, to know the report effectiveness regarding its usage in programming planning. Implementation and supervision, and how the available report appropriateness and adequacy, and the problems which in the recording activities and the report. The research is an evaluation study of the input, process and output, with a qualitative approach and observation of primary and secondary data. The primary data is obtained from in-depth interview of 10 subject of informant with open question sheet and tape recorder. After it was put down, and reconfirmed to the informant. The secondary data was obtained from files of reports available. While in order to see affectivity of the report, it is done by calculating the ratio between the available information and used toward the information needed ideally in planning, implementation and palming program. If the ratio exceeds 50 %, the report categorized as effective. The research results indicate that in the implementation of the industry Hygiene program, occupational health and safety done by technical staffs in handling and controlling of the K3 in the companies with made the recommendation report. The workers health examination was done by company doctors, and the examination toward the company that use and storage pesticides was done by supervision staff in the workers health and work safety section and accident analysis by the supervision section of the 3amsostek. All the reports are available in each section. While the norm I(3 supervision is done by all supervisors. The information regarding the industry Hygiene and occupational safety is not sufficiently available in the Hyperkes Center with the ratio of 45,16 % and 37,03 %, while the occupational health program the available information is sufficient with 63,33 % ratio of the requirement. The information have not been used effectively in planning and implementation of the program with the ratio for planning 23,33 %, 41,94 % for the industry Hygiene program, 46,67 % for the occupational health program and 37,03 % for the occupational safety program implementation. The information regarding the industry hygiene, occupational health and safety available in the supervision division is sufficient wick 53,57 %, 63,33 % and 59,3 %, however this information have not been used electively in planning, supervision of the industry hygiene program, occupational health and safety which is 38,46 % and 28,57 % of the information needed. The information also have not been used effectively in the supervision implementation of the industry hygiene, occupational health and safety program with the ratio of 22,58 %, 23,33 % and 44,44 % respectively. The available industry hygiene program reports is sufficient and appropriate, however its not detailed and adequate enough to provide information regarding the existing work environment and occupation health in the company. The occupational health program report is sufficient and appropriate, however it is not detail and adequate to provide information occupation health. The occupational safety program report available in the supervision division is sufficient and appropriate. This report are still scattered in several sections. While in the Hyperkes Center the available information is not sufficient, appropriate and adequate. The occupational safety program report has not been used effectively. It is hoped that from this research. There will be an alternative improvement of the existing industry hygiene, occupational health and safety information system.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Yahya
Abstrak :
ABSTRAK
Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah dipandang sebagai permasalahan yang sangat serius. Hal ini karena kerugian keuangan negara yang diakibatkan oleh korupsi sangat besar. Melihat betapa besar kerugian negara yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi mendorong pemerintah berupaya secara serius memberantas tindak pidana korupsi. Perbuatan korupsi telah menyebar di segala bidang, tidak terkecuali pada pemerintah daerah dimana tindak pidana korupsi dilakukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ' (DPRD) . Maraknya korupsi oleh anggota DPRD berawal dari pemberian kewenangan kepada DPRD yang lebih luas dengan terbitkannya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang memberi wewenang secara otonom kepada pemerintah daerah untuk menentukan anggaran belanjanya. Melihat begitu besarnya kewenangan tersebut mendorong pemerintah menerbitkan PP No. 110 Tahun 2000. Tetapi pada kenyataannya beberapa DPRD di Kabupaten dan Kota di Jawa Barat membuat anggaran belanja tidak berpedoman pada PP 110 Tahun 2000 dengan pertimbangan karena sudah di-judicial review oleh Mahkamah Agung yang dalam putusannya menyatakan bahwa PP tersebut sudah tidak mempunyai kekuatan hukum. Sebaliknya Jaksa tetap menyatakan bahwa dengan tidak menggunakan PP 110 Tahun 2000 sebagai pedoman dalam pembuatan anggaran belanja DPRD, telah terjadi tindak pidana korupsi karena dalam PP tersebut anggaran belanja DPRD terutama untuk pos biaya penunjang anggota DPRD ada pembatasan limitatif. Dalam proses persidangan ternyata di tingkat Pengadilan Negeri Bogor, hakim memutus surat dakwaan tidak diterima dan pada. Pengadilan Negeri Cianjur dan Cirebon, hakim memutus bebas terdakwa. Padahal dalam kenyataannya surat dakwaan JPU disamping mencantumkan tidak dipedomaninya PP 110 Tahun 2000 dalam pembuatan anggaran belanja DPRD sebagai unsur melawan hukum, juga mencantumkan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran belanja DPRD serta mencantumkan unsur melawan hukum materiil.
2005
T37750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>