Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yasmeen
Abstrak :
Selama bertahun – tahun, perempuan terus berusaha menghilangkan ketidaksetaraan antara perempuan dan laki – laki dalam setiap aspek kehidupan. Salah satunya dalam pekerjaan. Fenomena kesenjangan upah antar gender bukanlah sebuah fenomena yang asing ditelinga masyarakat. Menggali fenomena kesenjangan upah antar gender, terdapat pula didalamnya kesenjangan upah antar tenaga kerja perempuan yang sudah memiliki anak dan yang belum. Isu ini disebut sebagai motherhood penalty. Dengan data dari IFLS gelombang empat (2007) dan lima (2014), serta metode difference in differences dan propensity score matching, penulis menggali lebih dalam eksistensi motherhood penalty di Indonesia beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Faktor – faktor sosio demografi digunakan dalam melihat pengaruhnya dalam eksistensi motherhood penalty di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan balita merupakan pemicu utama adanya penalti upah yang diberikan pada tenaga Penelitian ini menemukan bahwa terdapat motherhood penalty dalam lingkup pekerjaan di Indonesia. kerja perempuan yang juga merupakan ibu......For years, women have tried to close the gap between women and men in every aspects of life, among which is in work. The gender pay gap phenomenon is not an odd issue in the society. Aside from the gap between genders, there is also a gap between female labors, namely the “motherhood penalty”. With data from the fourth (2007) and fifth (2014) wave of IFLS, the writer used difference in differences and propensity score matching methods to dig further information on the existence of Indonesia’s motherhood penalty and its supporting factors. Socio demographic factors are also used to see the phenomenon further. This study found that confirm that motherhood penalty exists in Indonesia
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Anastasya Putri Yasmeen
Abstrak :
Artikel ini bertujuan untuk memaparkan representasi produk prêt-à-porter  Yves Saint Laurent terhadap perkembangan kelas menengah pada masa les trente glorieuses (1945 – 1975). Analisis dalam artikel ini dilakukan dengan menggunakan teori diferensiasi milik Pierre Bourdieu untuk mengetahui faktor pembeda antar kelas sosial melalui pakaian. Konteks masa les trente glorieuses juga akan dikaitkan dengan permasalahan perkembangan kelas menengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk prêt-à-porter Yves Saint Laurent menjadi alternatif bagi kelas menengah agar dapat berpenampilan seperti kaum borjuis dengan tujuan membuktikan adanya perubahan kelas sosial yang dialaminya dengan cara menggunakan merek pakaian yang sama, walaupun produk yang digunakan berbeda kelasnya. ...... The purpose of this article is to explain the Yves Saint Laurent’s prêt-à-porter products as the representation of the development of the middle class during the les trente glorieuses era (1945-1975). The theory of differentiation from Pierre Bourdieu is used to analyses the differentiating factors between social classes through its attire. The context of les trente glorieuses will also be linked to the issue of the development of the middle class in this article. The results show that Yves Saint Laurent's prêt-à-porter product seems to be an alternative for the middle class in order to look like the bourgeoisie by using the same clothing brand, even though the products has the different class.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library