Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulika Harniza
"Resistensi bakteri terhadap antibiotik sudah menjadi masalah di rumah sakit Indonesia dan dunia. Banyaknya penggunaan antibiotik dengan dosis yang tidak adekuat, dan pemakaian antibiotik dalam jangka waktu lama memberikan andil besar pada peningkatan resistensi antibiotik. Bangsal Bedah RSUPN CM merupakan salah satu unit kesehatan yang memiliki insiden tinggi terjadinya infeksi. Pola bakteri beserta pola resistensi penting diketahui sebagai pertimbangan dalam penatalaksanaan infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola resistensi bakteri yang diisolasi dari bangsal bedah. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang; data merupakan data sekunder hasil uji kepekaan bakteri yang diisolasi dari bangsal bedah RSUPN CM pada tahun 2003-2006 yang didapat dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI. Data dibagi dua berdasarkan kurun waktu 2003-2004 dan 2005-2006. Dari data didapatkan tujuh bakteri terbanyak yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Staphylococcus epidermidis, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, dan Streptococcus viridans. Staphylococcus aureus mempunyai nilai resistensi terbesar pada Chloramphenicol. Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa mempunyai nilai resistensi yang besar pada Amoxicillin dan Trimethoprim-Sulfamethoxazole. Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae juga mempunyai nilai resistensi besar pada Ciprofloxacin. Terjadi peningkatan persentase resistensi beberapa antibiotik uji pada 2003-2004 ke 2005-2006. Namun ada pula uji yang menurun atau menetap. Perbedaan ini dapat terjadi karena berbagai hal dan dipengaruhi bebagai faktor. Harus dilakukan upaya-upaya pengendalian dalam penggunaan antibiotika dan pencegahan resistensi dengan berbagai strategi.

Bacterial resistance to antibiotics has been an issue in hospitals in Indonesia as well as around the world. Inappropriate usage of antibiotics for a long period and errors in prescribing inadequate antibiotics dosages have been the main cause of the resistance. Due of its nature, The Surgery ward of RSUPNCM is one of the medical units that has high infection occurrence rates. The knowledge of bacterial resistence patterns must be studied and understood to successfully execute the right antibiotic for a certain infection. The purpose of this study is to evaluate bacterial resistance patterns which were isolated from the surgical ward of Cipto Mangunkusumo Hospital in 2003-2006. During the study, secondary data of bacterial isolation report from Clinical Microbiology Laboratory FKUI in 2003-2006 are also used. The data are divided into two time spans, 2003-2004 and 2005-2006. From the data gathered, we have found the top seven bacteria quantity wise; they are Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Staphylococcus epidermidis, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, and Streptococcus viridans. Staphylococcus aureus has the highest resistance to Chloramphenicol. Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis, and Pseudomonas aeruginosa have the highest resistance to Amoxicillin and Trimethoprim-Sulfamethoxazole. Escherichia coli and Klebsiella pneumoniae also have the highest resistance to Ciprofloxacin. The Antibiotics resistance tests show an increasing trend of the isolated bacteria resistance to antibiotics in the comparative study of the two years time spans. Nonetheless, we did also find some of the resistances that are decreasing in trend or stayed constant. These alterations are caused by many factors. Correct procedural usage of antibiotics and, management of infection preventions and treatments for controlling the bacterial resistance growth are essentials.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulika Harniza
"Sistem informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) memiliki peran penting dalam memberikan informasi yang akurat bagi rumah sakit. Saat ini RS Anna Medika telah memiliki SIMRS, tetapi penerapannya masih belum maksimal dengan adanya selisih pencatatan obat secara manual yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan digital. Maka diperlukan evaluasi implementasi SIMRS di instalasi farmasi RS Anna Medika.
Penelitian mengenai evaluasi implementasi sistem pencatatan dan pelaporan obat di instalasi farmasi RS Anna Medika tahun 2012 berdasarkan kualitas sistem, kualitas informi dan kualitas pelayanan. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif interpretative dengan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terhadap dengan menggunakan informan yang berjumlah 9 orang dari staf pelayanan farmasi hingga direktur rumah sakit.
Dari hasil triangulasi sumber, metode dan data diperoleh hasil bahwa saat ini sistem pencatatan dan pelaporan obat belum optimal. Untuk mendapatkan alternatif strategi pemecahan masalah maka dilakukan analisis dengan matriks QSPM yang sebelumnya telah dilakukan analisa SWOT dan pembobotan dengan matriks EFAS/IFAS. Alternatif strategi pemecahan masalah dari hasil pembobotan yaitu memperbaiki kelemahan internal dan menggunakan kesempatan eksternal dengan melakukan pemanfaatan dan memperbaiki sistem informasi yang sudah ada. Selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan rekomendasi kebijakan RS Anna Medika Bekasi dalam mengatasi permasalahan terkait sistem pencatatan dan pelaporan obat di instalasi farmasi RS Anna Medika Bekasi.

Hospital Management Information System has an important role to accurately provides information for Hospital. As today, Anna Medika Hospital has one of the system, but has not been optimally implemented for it has been a difference on manual drugs recordings with digital version. Hence, implementation evaluation of the system in Pharmacy Installation must be needed.
This study evaluated the information system in Pharmacy Installation on Drugs recordings at Anna Medika Hospital in 2012, by means in system quality, information quality, service quality. This study conducted with interpretative qualitative design with in depth interviews, direct observations, and document's reviews. There were 9 interviewee from pharmacy staff until the board of directors.
From triangulation analysis of source, methods and data we concluded that the system of drug report and drug records were notoptimally used. Using QSPM matrix preceeding with SWOT analysis and weighted with EFAS/IFAS Matrix, we found an alternative problem solving strategic by internal weakness repairment and using provided external opportunities, with information system fixing and optimally use. Therefore, it will be a policy recommendation to Anna Medika Hospital regarding drug recording and drug report.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulika Harniza
"Tujuan: Menilai perubahan latensi dan amplitudo P100 PRVEP pada kelompok yang
diberikan suplementasi sitikolin oral dibandingkan dengan terapi oklusi saja.
Metode: Penelitian ini merupakan studi double masked randomized clinical trial
Proses randomisasi membagi pasien menjadi 2 kelompok yaitu kelompok dengan
pemberian sirup sitikolin 500 mg (n: 15 S-ambliopia) dan sirup placebo (n: 15 Pambliopia).
Jumlah subjek pada akhir follow-up bulan ke-3 sebanyak 12 subjek
kelompok sitikolin dan 11 subjek kelompok plasebo. Pemeriksaan oftalmologi
lengkap dan PRVEP (checkerboard 15 min arc dan 60 min arc) dilakukan sebelum
intervensi, follow up bulan ke-1 dan follow up bulan ke-3.
Hasil: 23 subjek dilibatkan dalam penelitian ini. Dari seluruh subjek, 65,2% adalah
perempuan dan 34,8% adalah laki-laki dengan usia rata-rata 9,1 ± 2,11 tahun. Tidak
terdapat perbedaan bermakna secara statistik perubahan nilai amplitudo (15 min arc
p=0,806; 60 min arc p=0,975) dan latensi (15 min arc p=0,218; 60 min arc p=0,734)
P100 PRVEP pada follow up ke-3 pada kelompok sitikolin dibandingkan dengan
kelompok plasebo.
Kesimpulan: Perubahan nilai amplitudo dan latensi P100 PRVEP serta proposional
kenaikan tajam penglihatan pada kelompok sitikolin tidak berbeda dibandingkan
dengan kelompok plasebo. Tidak adanya korelasi antara perubahan amplitudo dan
latensi terhadap proporsional kenaikan tajam penglihatan pada pasien ambliopia.

Objectives: To assess the changes in amplitude and latency P100 PRVEP in the group
given oral citicoline supplementation compared to occlusion therapy alone.
Methods: This study was a double-masked, randomized clinical trial. The
randomization process divided patients into two groups, namely the group with 500
mg of citicoline syrup (n: 15 C-amblyopia) and placebo syrup (n: 15 P-amblyopia).
The number of subjects at the end of the 3rd-month follow-up was 12 subjects in the
citicoline group and 11 subjects in the placebo group. Complete ophthalmological
examination and PRVEP (checkerboard 15 min arc and 60 min arc) were performed
before the intervention, a month follow-up, and a three-month follow-up.
Results: 23 subjects were included in this study. Of all the subjects, 65.2% were
female, and 34.8% were male with a mean age of 9.1 ± 2.11 years. There was no
statistically significant difference in changes in the amplitude (15 min arc p=0,806;
60 min arc p=0,975) and latency (15 min arc p=0,218; 60 min arc p=0,734) values of
the P100 PRVEP 3rd-month follow-up in the citicoline group compared to the placebo
group.
Conclusion: Changes in the amplitude and latency values of the PRVEP P100 and
the mean proportional improvement in visual acuity in the citicoline group were not
different compared to the placebo group. There was no correlation between changes
in amplitude and latency with a mean proportional improvement in visual acuity in
amblyopia patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library