Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuni Astuti
"Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi selama penderita dirawat di rumah sakit dan sebelumnya tidak ada atau tidak dalam mass inkubasi penyakit infeksi tersebut. Akibat dari infeksi ini selain dapat meningkatkan mordibitas dan mortalitas serta lama perawatan dan biaya perawatan pasien, berpotensi pula menimbulkan tuntutan pengadilan.
Ruang rawat intensif merupakan ruang perawatan dengan risiko yang tinggi untuk terjadinya infeksi nosokomial sehingga pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di ruang ini perlu dilakukan, diantaranya melalui peningkatan perilaku kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan prosedur tindakan medik/keperawatan dengan berprinsip pada teknik aseptik antiseptik dan kewaspadaan standar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mernperoleh informasi tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada tindakan medik dan keperawatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di ruang rawat intensif RS Medistra tahun 2004.
Penelitian ini menggunakan desain observasional non eksperimental dengan rancangan survei cross sectional. Besar sampel sebanyak 65 orang yang terdiri dari Dokter Spesialis, Dokter Umum dan Perawat yang melakukan tindakan medikl keperawatan di ruang rawat intensif RS Medistra dari tanggal 15 Maret - 15 Mei 2004.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa perilaku pencegahan infeksi nosokomial responden di ruang rawat intensif RS Medistra berada pada kategori baik sebanyak 32 (49,2%) orang dan kurang baik sebanyak 33 (50,8%) orang.
Selanjutnya dari uji Chi - square, independent t test, uji ANOVA dan korelasi terbukti bahwa :
I. Variabel faktor predisposisi : pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial, sementara variabel tingkat pendidikan dan sikap tidak berhubungan.
II. Variabel faktor pemungkin : ketersediaan fasilitas berhubungan secara signifikan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial, sementara variabel lama bekerja tidak berhubungan.
III. Variabel faktor penguat : pelatihan dan pengawasan tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial.
Dari hasil analisis multivariat didapatkan bahwa variabel pengetahuan dan fasilitas merupakan variabel yang berhubungan secara signifikan, namun dari kedua variabel ini ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada tindakan medik/ keperawatan di ruang rawat intensif RS Medistra tahun 2004 dengan OR 3,23 (CI: 1,09 - 9,57).
Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di ruang rawat intensif RS Medistra disarankan agar Manajemen RS Medistra meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan khususnya Dokter dan Perawat, melalui sosialisasi Standard Operating Procedure ruang rawat intensif secara terus-menerus dan berkelanjutan terutama tentang pentingnya kesehatan dan kebersihan tangan, langkah mencuci tangan dan menggosok tangan dengan benar serta pembenahan fasilitas cuci tangan yang ada.

Factors Related to Behavior of Health Workers in Preventing the Nosocomial Infection in Medistra Hospital Intensive Ward, 2004
Nosocomial infection occurs when the patient is hospitalized and having no previous infection or incubation period. This nosocomial infection causes the increasing level of morbidity as well as mortality, hospitalization cost. length of stay and potentially create lawsuit.
Intensive ward is a high-risk potential area for the nosocomial infection to take place, so that prevention and control strategies are extremely required in this area_ One of the strategies is to constantly improve the behavior of health workers. the obedience following the standard medical/nursing procedure in aseptic-antiseptic technique and applying the universal precaution.
The objective of this research is to gain information about factors that are related to the health workers' behavior in their effort to prevent this nosocomial infection, and their submission in following the standard medical/nursing done in Medistra Hospital intensive ward, 2004.
This research used a non-experimental observation, with the cross sectional survey design. The research samples involves 65 participants : Specialist Doctors, General Doctors and Nurses who are in charge in the intensive ward during the period of March 15 until May 15, 2004.
From this research, we could get a conclusion based on the health workers' conduct in preventing the nosocomial infection done in Medistra Hospital intensive ward. It was concluded into two performance categories : 32 (49,2%) health workers with good performance and 33 (50,8%) health workers with less performance.
The Chi-square test, independent t test, ANOVA test and correlation regression test have proven :
I. Predisposing factors variable : knowledge is significantly related to anticipation behavior of the nosocomial infection, while there is no significant relation with education level and attitudes.
II. Enabling factors variable : supporting facilities are significantly related to anticipation behavior of the nosocomial infection, while there is no significant relation with the length of work.
III. Reinforcing factors variable : training and supervision have no significant relation with the anticipation behavior of the nosocomial infection,
Multivariate analysis has shown that both knowledge and facilities were variables that significantly related to anticipation behavior of the nosocomial infection, but the most dominant factor related to anticipation behavior of this nosocomial infection in Medistra Hospital intensive is supporting facilities with OR 3,23 (CI : 1,09 - 9,57).
In conclusion, to prevent the nosocomial infection in Medistra Hospital intensive ward, we recommend the hospital management to run serious efforts by continually increasing the knowledge of doctors and nurses, with intensive information of the standard operating procedure. The important of sanitary hand, how to clean and wash their hands regularly in correct ways are also necessary. We also suggest the improvement of hand washing facilities in Medistra hospital intensive ward.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yuni Astuti
"Latar belakang pemilihan judul diatas didasarkan pada adanya penurunan kinerja petugas di RUTAN Klas I Jakarta Pusat yang diindikasikan diakibatkan oleh gaya kepemimpinan dan budaya organisasi yang kurang kondusif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Gaya Kepemimpinan(X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Petugas (Y) di Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini penulis menguji tiga hipotesis yaitu tentang pengaruh positif antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja petugas, Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja dan Pengaruh antara Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Petugas. Populasi yang diteliti adalah petugas Rumah Tahanan Klas I Jakarta Pusat sebanyak 336 orang, dan sampel yang diteliti adalah 78 orang. Instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert 1-5. Dari hasil penelitian ini didapatkan data bahwa Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja petugas di Rumah Tahanan Klas I Jakarta Pusat.

The background of the title above was based on the existence degredation of staff performance at First Detention Centre of Central Jakarta, which is indentified caused by the reseach lack ondusiveness of leadership form and organizational culture. The Purpose of this reseach is to find out the effect leadership form (X1) and organization culture (X2) on staff performance (Y) at First Detention Centre of Central Jakarta. Three hypotheses analyzed by the reseach in this reseach, those are the positive effect of Leadership Form on Staff?s Performance, the effect of Organizational Culture on Performance and the effect Leadership Form and Organizational Culture on Staff?s Performance. As population of this reseach were staffs of First Detention Centre of Central Jakarta sum as 336 person, and of sample were 78 person. The instrument used was queshioner with scale of 1-5. The result that Leadership Form and Organizational Behavior have significant effect on staff performance at First Detention Centre of Central Jakarta, gained from the result of this reseach."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25016
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Astuti
"Latar Belakang: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun kronik, menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri, sehingga menyebabkan inflamasi serta kerusakan jaringan atau organ. SLE dapat menyerang multiorgan dengan gejala sistemik dan mulut yang sangat bervariasi. Keluhan pasien SLE di dalam rongga mulut dapat berupa mulut terasa terbakar, xerostomia, sore mouth, dan masalah lainnya. Terapi Kortikosteroid merupakan terapi utama yang hampir semua pasien SLE mengkonsumsinya, untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan jaringan yang terkait dengan reaksi autoimun. Sehingga keluhan di mulut yang dirasakan penderita SLE dapat saja akibat dari penyakitnya, namun dapat juga sebagai akibat dari efek obat yang harus terus dikonsumsi dalam jangka panjang bahkan seumur hidup.
Tujuan: Untuk mengetahui gejala, jenis edikasi, keluhan di mulut, serta kemungkinan efek penggunaan obat jangka panjang pada Odapus yang bergabung di Yayasan Lupus Indonesia (YLI) periode 13 November- 4 Desember 2008.
Metode: Penelitian deskriptif, dengan pengambilan data secara potong lintang, menggunakan kuesioner dan pemeriksaan klinis ekstra dan intra oral. Selain itu untuk mengetahui adanya xerostomia dilakukan pengukuran kuantitas saliva tanpa stimulasi.
Hasil: Diperoleh 30 subyek penderita SLE, terdiri 4 orang laki-laki dan 26 perempuan. Usia berkisar antara 17 tahun sampai 49 tahun atau rata-rata usia adalah 33 tahun. Sebagian besar subyek berpendidikan tinggi yaitu mencapai tingkat perguruan tinggi sebesar 66%. Distribusi gejala berdasarkan kriteria ACR sesuai 5 urutan tertinggi meliputi: Anti ds-DNA dan LE positif, Titer ANA positif, Artritis, Bercak discoid dan ulserasi di mulut. Kortikosteroid dikonsumsi secara rutin oleh 27 orang (90%) subyek dengan dosis yang bervariasi (0,5-32 mg). Obat lain adalah golongan imunosupresan, asam salisilat, dan antasida. Dari pemeriksaan kelenjar limfe submandibula, submental dan servikal lebih banyak yang teraba tetapi tidak sakit dibandingkan yang tidak teraba. Penurunan kuantitas saliva dialami oleh 90 % subyek dengan tingkat sedang sampai buruk. Lesi oral tidak banyak dijumpai yang terkait manifestasi SLE, karena telah dikendalikan oleh obat kortikosteroid dan imunosupresan dengan dosis tertentu sebagai pemeliharaan dalam jangka panjang. Beberapa subyek mengalami lesi putih dan beberapa lainnya kehilangan integritas mukosa yang kemungkinan berkaitan dengan efek obat jangka panjang.
Simpulan: Dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum pasien SLE adalah perempuan. Ulser oral merupakan salah satu gejala dari kriteria ACR yang paling banyak dikeluhkan saat penelitian. Pembesaran kelenjar yang ada pada pasien bisa diakibatkan SLE yang menyerang getang bening. Lesi dapat terjadi pada saat penggunaan obat karena efek obat yang dapat menekan imun tubuh Odapus, hingga tubuh maupun bagian oral Odapus secara umum mudah terserang infeksi.

Background: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is a chronic autoimmune disease that the immune system attacks cells and tissues or organs of their own body. It can cause inflammation and organ or tissue damages. SLE can attack multiorgan with varieties in systemic and oral condition. Oral complains of SLE patients in mouth cavity include burning sensation, xerostomia, sore mouth, etc. orticosteroid therapy is the first therapy for most SLE patients to reduce inflammation and tissue damages related to autoimmune disease. So, oral signs and symptoms of SLE patients can be caused by the disease, but it can be also side effects of long-term or even life-time consumed corticosteroids.
Objective: to know symptoms, remedy, oral complains and the possibility of long term medication effect of patients with Systemic Lupus Erythematosus at Indonesian Lupus Foundation from November 13th until December 4th 2008.
Method: descriptive research using questioner and clinical examinations including extra- and intraoral examinations. To diagnose xerostomia, saliva quantity measurement without stimulation is done.
Results: There are 30 respondents which are SLE patients consist of 4 men and 26 women. Their ages are between 17 and 49 years or it can be said that the average age is 33 years. Most of them are well educated (66% of them is bachelor). Symptom distribution based on ACR criteria arranged from the top five including Anti ds-DNA and LE positive, ANA positive, Arthritis, discoid spot and ulceration in the mouth. Corticosteroid is consumed routinely by 27 subjects (90%) with variety in doses (0.5-32 mg). Another drugs used are mmunosuppressan, salicylate acid, and antacid. From submandible, submental, and cervical limp gland examination, it is found that the limp glands are more frequently touched but unhurt. The decreasing of saliva quantity from moderate until severe level is encountered in 90% subjects. Few oral lesions are related to SLE manifestation because it is controlled by corticosteroid and immunosuppressan in particular dose and long tem consumption. Several subjects have white lesions and other subjects loose their mucosa integrity that related to long term drug consumption.
Conclusion: From this research, it is found that in general SLE patients are women. Oral ulceration is one of the symptoms based on ACR criteria and is most frequently found in the examinations. Limp enlargement on SLE patients can be caused by the SLE that attacks the limp gland. On the other side, the lesions can be caused by drugs consumptions since the drugs can suppress the immune system of SLE patients that the body and oral cavity of SLE patients in general are easily infected."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuni Astuti
"ABSTRAK
Pemodelan Windwaves - 04 yaitu software numerik generasi kedua yang
diterapkan untuk menghasilkan data gelombang hasil dari pengamatan angin. Salah
satu syarat ketika menjalankan model ini yaitu perairan lautan yang dalam.
Tujuan pekerjaan dalam pemodelan ini yaitu mengamati karakteristik
gelombang dalam hal ini arah dan tinggi sehubungan dengan arah dan kecepatan
angin.
Windwaves - 04 menggunakan metode numerik dengan kombinasi beda
hingga dan teknik loncatan energi. Kombinasi ini mengurangi banyak dispersi energi
sementara teknik loncatan energi mengurangi tingkat kesalahan dalam skala ruang
dan waktu. Melalui input angin pengamatan yang diproses dalam prosedur running
program Windwaves-04, program tersebut kemudian menghasilkan output baru yaitu
data gelombang dan angin. Output terakhir ini kemudian di-ekstrak melalui prosedur
plotting dalam format baru yang dapat dibaca. Akhirnya output tersebut siap
dipetakan melalui perangkat lunak Arc View GIS versi 3.1 atau 3.3. Hasil terakhir
yaitu peta arah dan tinggi gelombang serta peta arah dan kecepatan angin ( Lampiran
A ).Dari hasil analisa terhadap peta dan grafik per wilayah secara visual, didapat
bahwa ternyata EL Nino 1997 dan 1998 tidak mempengaruhi pola pemusiman dan
penyebaran arah angin dan arah gelombang juga kecepatan angin dan tinggi
gelombang, tetapi dengan bantuan analisa dari tabel hasil interpretasi dari peta dan
grafik, ternyata El Nino 1997 dan 1998 menjadikan lebih dari separuh tahun tinggi
gelombang menjadi lebih kecil dan pada sebagian besar bulan, kecapatan anginpun
lebih kecil dengan asumsi El Nino terjadi pada bulan Maret 1997 hingga Agustus
1998 berdasarkan analisa kedalaman termoklin. Arah angin dan arah gelombang
secara keseluruhan tidak diubah oleh peristiwa El Nino dan arah angin secara
keseluruhan sama dengan arah gelombang.
Dilihat dari analisa per wilayah, tinggi gelombang tertinggi dan kecepatan
angin tertinggi terdapat pada Musim Timur atau Musim Barat bergantung pada letak
geografi perairan ( Belahan Bumi Utara = BBU atau Belahan Bumi Selatan = BBS ).
Untuk wilayah BBU, gelombang tertinggi terdapat pada Musim Barat dan di BBS
gelombang tertinggi pada Musim Timur. Terlihat, kecepatan angin makin besar
menyebabkan tinggi gelombangpun semakin besar.
Berdasarkan analisa dari peta untuk perairan antar kepulauan , ternyata bahwa
untuk wilayah BBU, gelombang tertinggi terdapat pada Musim Barat dan di BBS
gelombang tertinggi pada Musim Timur kecuali di selatan NTT gelombang tertinggi
pada Musim Barat karena pengaruh angin dari daratan Australia. Juga di Laut
Andaman ( BBU ), gelombang tertinggi terdapat pada Musim Timur, karena
pengaruh angin dari daratan Asia. Berdasarkan analisa dari peta untuk perairan sekitar Indonesia yaitu dengan
melihat pada kontur kecepatan angin, secara keseluruhan ternyata bahwa pada tahun
1997, kecepatan angin lebih besar dari tahun 1998, paling besar tahun 2005.
Kelompok kecepatan angin besar untuk ketiga tahun 1997, 1998, dan 2005, terdapat
pada Musim Timur, perkecualian terdapat pada Musim Barat tahun 1998 dan 2005
ketika tidak terjadi El Nino, ada kecepatan angin terbesar mencapai 20 knot.
Secara keseluruhan, perairan Indonesia memiliki tinggi gelombang rata-rata
bulanan tidak lebih dari 3 meter terkecuali pada Desember 2005 di Laut Cina Selatan,
tinggi gelombang lebih dari 3 meter. Gelombang di Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik tinggi dan kadangkala gelombang pada Samudera Hindia lebih besar
dikarenakan fetch yang lebih luas. Sedangkan gelombang di perairan antar kepulauan
secara keseluruhan rendah kecuali di Laut Banda."
2007
T39508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Astuti
"Tugas akhir ini merupakan laporan kegiatan penulis dalam upaya merancang sistem seleksi berdasarkan nilai-nilai budaya di PT. ABC, sebuah BUMN yang bergerak di bidang pelayanan jasa kebandarudaraan (uraian mengenai profil PT. ABC ada pada lampiran 1). Sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan daya saing perusahaan di era globalisasi, PT. ABC mensosialisasikan budaya kinerja pada awal tahun 2003. Untuk menghadapi tantangan globalisasi, SDM merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan suatu industri/organisasi. PT. ABC memiliki SDM dalam jumlah besar, namun kualitas pendidikannya tergolong rendah (lihat analisis data pada halaman 29-31).
Menanggapi kondisi di PT. ABC, penulis menginformasikan beberapa pemikiran seperti agar visi perusahaan dapat tercapai, salah satu caranya adalah sumber daya manusia memiliki nilai-nilai yang sama dengan nilai-nilai di PT. ABC, yang diungkapkan sebagai budaya kinerja. Hal ini disebabkan mempekerjakan karyawan yang memiliki nilai-nilai yang tidak selaras dengan perusahaan pada akhirnya akan menyebabkan karyawan menjadi kurang termotivasi, memiliki komitmen rendah, dan tidak puas terhadap jabatan dan organisasi. Melalui tahapan seleksi dapat dideteksi apakah calon karyawan akan sesuai atau dapat beradaptasi dengan budaya organisasi.
Berdasarkan analisis terhadap sistem seleksi di PT. ABC, penulis memberikan usulan penerapan sistem seleksi berdasarkan nilai-nilai budaya kinerja. Sistem seleksi tersebut dilengkapi dengan suatu alat seleksi (kuesioner budaya kinerja dan daftar pertanyaan wawancara) yang dapat mendiagnosa ada/tidaknya nilai-nilai budaya kinerja pada diri calon karyawan (lihat lampiran 9 dan lampiran 10).
Untuk dapat menerapkan sistem seleksi berdasarkan nilai-nilai dalam budaya kinerja, penulis mengusulkan rancangan proses seleksi yang terdiri dari: seleksi administratif, kuesioner budaya kinerja, tes substantif, wawancara panel, psikotes, dan pemeriksaan kesehatan. Diusulkan pula agar keseluruhan proses seleksi dilakukan oleh pejabat seleksi di PT. ABC, sedangkan konsultan psikologi hanya melaksanakan psikotes (lihat beberapa usulan pelaksanaan sistem seleksi di halaman 36-37). Demi keberhasilan sistem seleksi ini, sebelum pelaksanaan proses seleksi dilakukan sosialisasi kepada pihak manajemen dan program training untuk pewawancara (rincian mengenai rekomendasi bagi perusahaan dapat dilihat di bagian rekomendasi pada halaman 39-45)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Astuti
"Tidur merupakan kebutuhan fisiologis manusia, perempuan mengalami perubahan pola tidur dan kehilangan waktu tidurnya di malam hari setelah melahirkan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan karakteristik responden, kelelahan, kecemasan, dukungan suami, temperamen bayi dengan kualitas tidur ibu postpartum.
Desain penelitian cross sectional dengan sampel 168 yang diambil dengan consecutive sampling di wilayah Kecamatan Prambanan dan Jogonalan. Pengambilan data menggunakan intrumen kelelahan, kecemasan, dukungan suami, Infant Characteristic Questionnaire (ICQ), dan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI).
Hasil uji regresi logistik sebagian besar ibu postpartum mengalami kualitas tidur buruk dan faktor yang paling mempengaruhi kualitas tidur adalah temperamen bayi. Pemberian intervensi yang untuk membantu istirahat tidur pada ibu postpartum terutama pada ibu yang memiliki bayi dengan temperamen sulit.

Sleep is one of human physiological needs. Women experience changes in sleep patterns and decreased sleep duration at night after childbirth. This study aimed to identify the correlation between the respondents’ characteristics, fatigue, anxiety, the husband’s support, the infant temperament and sleep quality in postpartum mothers.
The study design was cross-sectional. The samples were 168 postpartum mothers, selected by consecutive sampling in Prambanan and Jogonalan District. Data were collected using the instruments of fatigue, anxiety, the husband's support, the Infant Characteristic Questionnaire (ICQ), and the Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI).
The result of logistic regression test showed that most postpartum mothers experience poor sleep quality and the most influencing factor was the infant temperament. It is recommended to provide interventions to promote sleep and rest in postpartum mothers, especially in women who have difficult temperament babies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Astuti
"[ABSTRAK
Angka kematian ibu saat ini masih tinggi yang disebabkan karena komplikasi pada kehamilan dan persalinan, oleh karena itu perlunya peran tenaga kesehatan yang terkait termasuk perawat maternitas untuk memberikan pelayanan kesehatan profesional. Perawat spesialis maternitas dituntut mampu menjalankan perannya secara komprehensif. Laporan ini bertujuan untuk menggambarkan praktik residensi ners spesialis maternitas meliputi asuhan keperawatan pada masa prenatal, intranatal, dan postnatal normal dan berisiko serta bayi baru lahir normal dan berisiko, serta perempuan dengan masalah reproduksi dan ginekologi. Residen juga melakukan asuhan keperawatan dengan focus penerapan teori need for help dan comfort pada ibu bersalin dengan persalinan memanjang. Hasil menunjukkan bahwa kedua model efektif dapat diterapkan pada keenam kasus ibu bersalin dengan persalinan memanjang. Pencapaian kompetensi perawat spesialis maternitas dilakukan dengan penerapan peran perawat secara komprehensif.

ABSTRACT
Maternal mortality rate is still high due to pregnancy and labor complication, therefore the role of health professionals including maternity nurses is needed to provide a professional health care. Maternity nursing specialists are demanded to be able to perform their roles comprehensively. This report aimed to describe the residency practice of maternity nursing specialist including nursing care of normal and high risk prenatal, intranatal, and postnatal as well as normal and high risk newborns, and women with reproductive and gynecological problems. Resident also performed nursing care focused on the application of Wiedenbach Need for Help and Kolcaba Comfort Theory on intrapartum mothers with prolonged labor. Results showed that both models could be applied effectively to the six cases of intrapartum mothers with prolonged labor. The achievement of maternity nursing specialist competencies was conducted by the implementation of the nurse's roles comprehensively., Maternal mortality rate is still high due to pregnancy and labor complication, therefore the role of health professionals including maternity nurses is needed to provide a professional health care. Maternity nursing specialists are demanded to be able to perform their roles comprehensively. This report aimed to describe the residency practice of maternity nursing specialist including nursing care of normal and high risk prenatal, intranatal, and postnatal as well as normal and high risk newborns, and women with reproductive and gynecological problems. Resident also performed nursing care focused on the application of Wiedenbach Need for Help and Kolcaba Comfort Theory on intrapartum mothers with prolonged labor. Results showed that both models could be applied effectively to the six cases of intrapartum mothers with prolonged labor. The achievement of maternity nursing specialist competencies was conducted by the implementation of the nurse's roles comprehensively.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Setya Yuni Astuti
"Pembangunan kilang minyak yang dilakukan dengan pengambilalihan lahan pertanian telah memaksa perempuan petani kehilangan penghidupannya (livelihood) dan mendorong mereka pada posisi yang rentan. Perlawanan yang dilakukan perempuan petani merupakan ungkapan dari rasa kecewa atas tindakan sepihak PT. Pertamina Rosneft dalam mengintervensi pengambilalihan lahan di Sumurgeneng. Penelitian ini menggunakan teori ekologi politik feminis untuk menelusuri serangkaian perlawanan dan keterkaitan antara keterbatasan akses dan kontrol atas relasi kuasa yang dialami oleh perempuan petani di Sumurgeneng. Selain itu, dalam memunculkan suara perempuan, penelitian ini menggunakan observasi terlibat dengan pendekatan kualitatif berperspektif feminis sebagai titik acuan untuk mengeksplorasi ruang hidup perempuan petani dengan menggali narasi perempuan petani (herstory) secara mendalam. Melalui lensa ekologi politik feminis, penelitian ini menemukan bahwa hak atas tanah tidak hanya berpengaruh pada akses dan kontrol namun juga berpengaruh pada aspek sosial, budaya, dan ekonomi yang berkaitan dengan opresi yang dilakukan untuk mengekang dan mengontrol ruang gerak perempuan. Penelitian ini juga memetakan bagaimana perlawanan yang dilakukan perempuan petani yang dilakukan secara mandiri, tetapi tetap tidak terlepas dari perlawanan besar yang dilakukan bersama petani laki-laki.

The construction of oil refineries carried out by expropriation of agricultural land has forced women, farmers, to lose their livelihoods (livelihood) and pushed them into a vulnerable position. The resistance carried out by women farmers is an expression of disappointment over the unilateral actions of PT. Pertamina Rosneft in intervening in the acquisition of land in Sumurgeneng. This study uses feminist political ecology theory to explore a series of resistances and links between limited access and control over power relations experienced by women farmers in Sumurgeneng. In addition, in raising women's voices, this study uses involved observation with a qualitative approach with a feminist perspective as a reference point to explore the living space of women farmers by exploring the narrative of women farmers (herstory) in depth. Through the lens of feminist political ecology, this research finds that land rights do not only affect access and control but also affect social, cultural, and economic aspects related to the oppression carried out to curb and control women's movement. This study also mapped out how the resistance carried out by women farmers was carried out independently, but still could not be separated from the great resistance carried out with male farmers."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Setya Yuni Astuti
"Pembangunan kilang minyak yang dilakukan dengan pengambilalihan lahan pertanian telah memaksa perempuan petani kehilangan penghidupannya (livelihood) dan mendorong mereka pada posisi yang rentan. Perlawanan yang dilakukan perempuan petani merupakan ungkapan dari rasa kecewa atas tindakan sepihak PT. Pertamina Rosneft dalam mengintervensi pengambilalihan lahan di Sumurgeneng. Penelitian ini menggunakan teori ekologi politik feminis untuk menelusuri serangkaian perlawanan dan keterkaitan antara keterbatasan akses dan kontrol atas relasi kuasa yang dialami oleh perempuan petani di Sumurgeneng. Selain itu, dalam memunculkan suara perempuan, penelitian ini menggunakan observasi terlibat dengan pendekatan kualitatif berperspektif feminis sebagai titik acuan untuk mengeksplorasi ruang hidup perempuan petani dengan menggali narasi perempuan petani (herstory) secara mendalam. Melalui lensa ekologi politik feminis, penelitian ini menemukan bahwa hak atas tanah tidak hanya berpengaruh pada akses dan kontrol namun juga berpengaruh pada aspek sosial, budaya, dan ekonomi yang berkaitan dengan opresi yang dilakukan untuk mengekang dan mengontrol ruang gerak perempuan. Penelitian ini juga memetakan bagaimana perlawanan yang dilakukan perempuan petani yang dilakukan secara mandiri, tetapi tetap tidak terlepas dari perlawanan besar yang dilakukan bersama petani laki-laki.

The construction of oil refineries carried out by expropriation of agricultural land has forced women, and farmers, to lose their livelihoods (livelihood) and pushed them into a vulnerable position. The resistance carried out by women farmers is an expression of disappointment over the unilateral actions of PT. Pertamina Rosneft in intervening in the acquisition of land in Sumurgeneng. This study uses feminist political ecology theory to explore a series of resistances and links between limited access and control over power relations experienced by women farmers in Sumurgeneng. In addition, in raising women's voices, this study uses involved observation with a qualitative approach with a feminist perspective as a reference point to explore the living space of women farmers by exploring the narrative of women farmers (herstory) in depth through the lens of feminist political ecology, this research finds that land rights do not only affect access and control but also affect social, cultural, and economic aspects related to the oppression carried out to curb and control the women's movement. This study also mapped out how the resistance carried out by women farmers was carried out independently, but still could not be separated from the great resistance carried out by male farmers."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library