Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusniar Yusuf
"Untuk mengetahui pengaruh kolkisin terhadap hasil tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) varietas Orba, biji-biji kedelai direndam dalam berbagai konsentrasi kolkisin, masing-masing selama 3, 6, dan 9 jam. Konsentrasi kolkisin yang dimaksud adalah 0, 100, 200, 300, dan 400 ppm. Selanjutnya biji tersebut ditanam dalam kantung polietilen hitam. Metode penelitian adalah rancangan acak lengkap. Analisis variansi 2 faktor pada a = 0,05 menunjukan bahwa lama perendaman biji berpengaruh terhadap jumlah polong dan biji, nilai tertinggi berturut-turut dihasilkan 22,87 polong dan 42,20 biji, yaitu pada perendaman 3 jam. Tingkat konsentrasi kolkisin berpengaruh terhadap jumlah polong, jumlah biji, dan ukuran biji. Ukuran biji tertinggi dihasilkan pada konsentrasi kolkisin 400 ppm, yaitu seberat 16,19 g/100 biji. Jumlah polong dan biji tertinggi dihasilkan pada konsentrasi kolkisin 0 ppm, masing-masing dengan nilai 34,56 polong dan 62,22 biji. Interaksi lama perendaman biji dan tingkat konsentrasi kolkisin hanya berpengaruh terhadap ukuran biji. Ukuran biji tertinggi dihasilkan pada lama perendaman 9 jam dengan tingkat konsentrasi kolkisin 400 ppm, yaitu 19,44 g/100 biji. Persentase protein meningkat sejalan dengan besarnya konsentrasi dan lama perendaman biji dalam larutan kolkisin sedangkan persentase karbohidrat menurun pada semua perlakuan bila dibandingkan dengan kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
"Kecambah kedelai yang diperlakukan dengan perendaman dalam larutan IAA. 2,4D dan Kolkisin dengan variasi konsentrasi (2,5, 5,0, 7,5, 10 ppm). Kemudian ditanam pada media tumbuh yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang (21) yang direndam terlebih dahulu dengan formalin dan dikering anginkan. Parameter yang diambil yaitu jumblah bintil akar dan tinggi tanaman pada fase negatif dan jumblah polong, jumlah biji daun serat biji pada saat panen, Bintil akar tidak dijumpai baik pada fase negatif maupun -fase neneratif. Parameter lainnya diuji Annava 2 faktor dan dilanjutkan dengan uji BNJ. Tinggi tanaman dan jumlah polong pada tiap perlakuanrrya berbeda nyata baik pada perlakuan IAA, 2,40 dan kolkisin maupun dengan variasi konsentrasi yang diberikan. Sedangkan jumlah biji hanya berbeda nyata pada perlakuan IAA dan 2,4D terhadap kolkisin dan tidak berbeda nyata pada perlakuan variasi konsentrasi. Berat biji tidak dijutmpai pada perbedaan nyata pada tiap perlakuan baik. IAA, 2,4D dan kolkisin maupun dengan variasi konsentrasi yang diberikan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
"ABSTRAK
Eksplan yang berasal dari apikal kecambah Paraserianthes falcataria yang berusia 7 hari ditanam pada medium Murashige & Skoog (1962) modifikasi dengan konsentrasi NAA 0; 0.5; 1 ppm dan BAP 0; 2; 4; 6 ppm. Pengamatan kualitatif meliputi pertumbuhan tunas, kalus, dan akar, sedangkan pengamatan kuantitatif meliputi tinggi tunas, jumlah nodus/tunas, berat basah dan berat kering eksplan. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penanaman meristem apikal pada medium Murashige & Skoog {1962) modifikasi dapat membentuk tunas, kalus, maupun akar. Pada semua perlakuan uji Analisis Variansi 2 faktor pada α = 0.01 dan uji Turkey menunjukan pemberian NAA dan BAP berbeda nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah nodus/tunas. Tunas tertinggi terjadi pada pemberian NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm, sedangkan jumlah nodus/tunas terbanyak terjadi pada perlakuan NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
"ABSTRAK
Dalam rangka usaha mendapatkan bibit tanaman eboni Diospyros Celebica secara besar-besaran, dilakukan percobaan tentang mikropropagasi secara teknik kultur jaringan melalui kultur meristem serta embriogenesis somatis. Meristem yang dikultur diambil dari tunas apikal dan tunas aksilar kecambah eboni umur 3 bulan. Kalus terbentuk pada medium MS dengan penambahan (2-4) ppm 2,4D + 2 ppm kinetin dan (2-4) ppm NAA + 2 ppm kinetin. Kultur suspensi embriogenesis somatik sampai usia 3 bulan masih berbentuk embryoid yang kelak akan membentuk tunas muda pada medium yang cocok. Induksi kalus untuk morfogenesis atau plantlet sampai umur 3 bulan belum berbentuk, hanya terdapat propagul-propagul pada permukaan kalus. Kultur meristem tunas apikal tumbuh baik pada medium MS + 2 ppm NAA + 8 ppm kinetin sedangkan untuk tunas aksilar pada medium MS -r- 4 ppm NAA + 8 ppm kinetin.

ABSTRACT
Mikropropagation Through Meristem Culture And Somatic Embryogenesis Of Ebony Diospyros Celebica BAKHIn the framework of research to get seedlings of ebony, Diospyros celebica in a large scale, a micropropagation experiment was carried on according to the tissue culture methodes through meristem culture and somatic embryogenesis. Meristem to be cut--ured were taken from the apical and axillary buds from 3 months seedlings of ebony. Calus was formed on MS medium enriched with (2-4) ppm 2,4D + 2 ppm kinetin and (2-4) ppm NAA + 2 ppm kinetin. Suspension culture of somatic embryogenesis still in embryoid from up to 3 months which later will turn to young shoots if it were grown in the appropriate medium. Callus induction for more phogenesis and plantlets gave no result up to 3 months, there were propagules only on the callus surface. Meristem culture of apical buds grew well in MS medium enriched with 2 ppm NAA + 8 ppm kinetin while meristem culture of axillary buds in MS medium enriched with 4 ppm NAA + 8 ppm kinetin."
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library