Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zuraidah
"Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak lepas dari pelayanan keperawatan dan medis, maka sudah selayaknya evaluasi kolaborasi perawat - dokter menjadi salah satu variabel penting dalam mewujudkan pelayanan rumah sakit yang bermutu. Peran kolaborasi perawat - dokter belum berjalan dengan baiksehingga pelayanan keperawatan dan pengobatan klien belum optimal. Kondisi ini menyebabkan efisiensi dan efektifitas tindakan keperawatan pada klien juga belum optimal.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kolaborasi perawat-dokter di unit rawat inap, rawat jalan, IGD, ICU dan OK. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Tarakan DKI Jakarta pada bulan Juni 2005. Disain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua perawat yang ada di ruang rawat inap, rawat jalan, IGD, ICU dan OK. Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi di mana responden yang memenuhi kriteria penelitian adalah 80 orang perawat dengan pendidikan DIII dan S1.
Pengumpulan data menggunakan angket yang terdiri atas isian mengenai karakteristik perawat (umur, pendidikan, lama kerja dan tempat kerja), kuesioner tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kolaborasi dan indikator kolaborasi. Uji, analisis hubungan atau kontribusi menggunakan uji korelasi dan Pearson.
Hasil penelitian didapatkan faktor-faktor yang sangat berhubungan kolaborasi perawat-dokter adalah komunikasi (p = 0,0001), saling pengertian antar profesi (p = 0,0001), persepsi tentang kolaborasi (p = 0,0001) dan pendekatan professional (p = 0,031). Namun yang paling berhubungan terhadap variabel kolaborasi perawat - dokter (variabel dependen) adalah yang memiliki Beta paling besar yaitu persepsi tentang kolaborasi (B = 0,351), komunikasi (B = 0,274), saling pengertian atar profesi (B = 0,236), pendekatan professional (B = 0,121).
Dari basil penelitian ini disarankan agar perawat diberi kesempatan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan komunikasi, melaksanakan hubungan saling pengertian antar profesi serta mengembangkan pemahaman terhadap persepsi tentang kolaborasi.

The quality of health care services is determined by nursing and medical services. In line with this, it is necessary to evaluate the nurses-doctors collaboration in order to achieve a better quality of health care services in a hospital. In fact, the efficiency and effectively of health care services had been scarified as the nurses-doctors collaborations was not optimally fulfilled.
The purpose of this study was to identify factors related to nurse-doctors collaboration at various settings in the hospitals such as the inpatient, outpatient, emergency units, intensive care unit and operating room. The study had been accomplished at RSUD Tarakan Jakarta on June 2005. A descriptive correlation using cross sectional methods was applied to this study. The populations in the study were all nurses at the inpatient units, outpatient units, emergency units, intensive care unit and operating room. The sample was the total population (80 nurses), who had academic and bachelor of educational background and met other criteria of this study.
Data were obtained using questioner which is including data of nurses? characteristic (age, educational background, work experience and working places) and questioners of factors related to collaboration and collaboration indicators. Statistical analysis was performed by correlation test and Pearson's methods.
The findings of this study suggested that there were factors that significantly contributed to nurses-doctors collaboration; communications (p=0.0001), mutual understanding between professions, perception (p=0.0001) on collaboration and professional approach (p=0.031). However, the most significant variables contributed to nurses-doctors collaboration were perceptions on collaboration (B=0.351), communication (B=0.274), mutual understanding between professions (B=0.236) and professional approach (B=0.121).
The results of this study calls attention to the need of preparing nurses to have more knowledge and skills on communication, performing a mutual understanding between professions as well as improving nurses' understanding on their perception about collaboration."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T18395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuraidah S.
"AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) salah satu metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk menjarangkan jumlah anak dan alternatif kedua sctelah MOW/MOW bagi pasangan yang ingin mengakhiri kesuburannya. AKDR selain efektif juga efisien karena dapat digunakan sampai menopause. Masalah psnelitian adalah rendabnya psmakaian AKDR padabal Alat Kontrasepsi Dalarn Rabim disediakan gratis untuk keluarga miskin paling berhubungan dengan pemakaian AKDR adalah umur dan persepsi terhadap AKDR.
Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di Kota Lubuklinggau perlu diberikan persepsi yang benar kepsda masyarakat berupa KIE (Komunikasi, informasi dan Edukasi} tentang AKDR {efektifitas, manfaat, cara kerja, efek samping/komplikasi dan earn penanggulangannya)Perlu sosialisasi kepada keluarga Prasejahtera dan Sejahtera l pelayanan KB gratis termasuk AKDR. Bidan harus memberikan informasi yang adekuat (lengkap, akurat dan benar) psda pasangan usia subur untuk mengambil keputusan yang tepar dalam pemililian kontrasepsi secara rasional.

Intrauterine Contraceptive Device is one of the contraception methods to control numbers of children and is the second alternative after Operation Method for Women/Operation for men for the couples who would like to restrain her fertility. Intrauterine Contraceptive Device is effective and efficient because it can be used till menopause. The problems statement of this research is the low of using Intrauterine Contraceptive Device, whereas such this contraception is free of charge for the poor. Based on multi regression shows that the strongest correlated variables with Intrauterine Contraceptive Device are the age and perception on Intrauterine Contraceptive Device.
In order to improve the using Intrauterine Contraceptive Device in Lubukfinggau City it is necessary to provide the right/perception on Intrauterine Contraceptive Device to the people through communication, Information and education. rt is important to explain about the effectiveness. usefulness, the way it works, side eftbcts and the way to deal with Intrauterine Contraceptive Device. It is necessary to socialize about free family planning and Intrauterine Contraceptive Device to pre-prosperous families and prosperous families I. Midwives should give accurate and adequate information to fertile-age couples so they can make the right decision to choose contraception."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Zuraidah
"LATAR BELAKANG: Salah satu penyebab kematian bagi penderita kanker pada wanita adalah kanker serviks. Secara histopatologik kanker leher rahim yang banyak ditemukan adalah jenis karsinoma sel skuamosa. Pada penelitian diteliti beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa.
METODE: Desain studi ialah kasus-kontrol dengan subyek penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa berdasarkan pemeriksaan histopatologik yang datang ke RSUPNCM Jakarta dan belum mendapatkan pengobatan.
HASIL: Dari 302 wanita penderita kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa yang diteliti terdapat 34,4% pada golongan umur 52 tahun sampai 62 tahun yang memiliki risiko tinggi, dengan rasio odd suaian (OR) 24,05 dan 95% interval kepercayaan 6,34 ; 91,24. Umumnya wanita berpendidikan tingkat SD dan wanita tidak sekolah memiliki risiko tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan SMP ke atas, dengan rasio odd suaian berturut-turut 17,97 dan 12,91 dan 95% interval kepercayaan berturut-turut 2,82 ; 114,66 dan 1,96 ; 84,92. Jenis kontrasepsi yang digunakan yang dapat meningkatkan risiko adalah kontrasepsi hormonal jika dibandingkan dengan yang tidak memakai kontrasepsi, dengan rsio odd suaian 2,83 dan 95% interval kepercayaan 1,34 ; 6,00.
KESIMPULAN: Pada penelitian ini terlihat bahwa faktor-faktor risiko dominan yang berhubungan dengan terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa adalah umur yang lebih tua, tingkat pendidikan rendah dan penggunaan kontrasepsi hormonal.

Risk Factors of Cervical Squamous Cell Carcinoma in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta 1997-1998BACKGROUND: Mortality of cervical cancer is highest among cancer in women. The histological type of cervical cancer is mostly squamous cell carcinoma. The purpose of this study is to show the risk factors of cervical squamous cell carcinoma.
METHOD: The design is a case control study carried out in patients from Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Hospital Jakarta during 1997-1998 confirmed histologically with cervical squamous cell carcinoma, who has not started any treatment.
RESULT: From 302 women with squamous cell carcinoma of cervix examined, the high risk groups were found to be as follows : 1) 52-62 year age group (34,4%) with adjusted odds ratio (OR) 24,05 and 95% confidence interval (95% CI) 6,34 ; 91,24 2) low education level, elementary 1 no education compare with women with higher education level showed adjusted odds ratio (OR) 17,97 and 12,91, and 95% confidence interval (95% CI) 2,82 ; 114,66 and 1,96 ; 84,92 3) hormonal contraception compared with those who didn't use any contraception showed adjusted odds ratio (OR) 2,83 and 95% confidence interval (95% CI) 1,34 ; 6,00.
CONCLUSION: This study showed that older age group, low education and hormonal contraception were dominant risk factors of cervical squamous cell-carcinoma."
2001
T10520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Zuraidah
"Prevalensi anemia gizi pada anak Sekolah Dasar (SD) yang sampai sekarang masih tinggi (sekitar 30 %), merupakan sasaran prioritas ketiga dalam penanggulangan anemia.
Dampak buruk yang diakibatkan oleh anemia gizi, khususnya bagi anak sekolah akan dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, malas, lemah, pasif, apatis dan sering terkena penyakit sehingga akhimya perkembangan dan pertumbuhannya akan terganggu.
Dalam upaya peningkatan dan pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, produktif dan mempunyai inteligensia yang tinggi, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan program Pemberian Makanan Tambahan bagi anak Sekolah Dasar (PMT-AS) dan tablet besi khususnya pada desa tertinggal di Indonesia.
Dalam penelitian ini, digunakan data sekunder yang dikumpulkan pada pelaksanaan program PMT-AS dan tablet besi terhadap 189 orang anak SD yang berasal dari 5 SD pada 5 Kabupaten di Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dan tablet besi terhadap perubahan status anemi gizi anak sekolah. Untuk itu, desain penelitian yang digunakan adalah Praeksperimental dengan perlakuan ulang, dengan intervensi berupa makanan tambahan yang terdiri dari 200 - 300 kalori dengan 10 - 12 gram protein yang dibenkan selama 4 (empat bulan), serta tablet besi dosis 120 mg sebanyak 90 buah tablet yang diberikan yang diberikan setiap hari selama 3(tiga bulan).
Variabel yang diteliti adalah status anemia gizi setelah intervensi (dependen) dan variabel independen adalah : status anemia gizi sebelum intervensi, status gizi , umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, sikap gizi serta perilaku gizi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan prevalensi anemia gizi dan 87.3 % menjadi 21.2 % setelah diberikan intervensi. Sedangkan dari hasil analisis statistik secara multivariat diketahui bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap status anemia gizi setelah diberikan intervensi, berturut-turut adalah status anemia gizi awal, status gizi serta perilaku gizi anak.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dalam pelaksanaan program penanggulangan anemia pada anak SD khususnya di desa tertinggal Propinsi Jawa Barat agar seluruh anak SD dibenkan tablet besi (blanket program), sedangkan secara individual perlu untuk mempnoritaskan anak yang menderita anemia serta mempunyai status gizi kurang yang kemungkinan besar tidak hanya terdapat di IDT. Disarankan pula agar dalam memberikan intervensi untuk penanggulangan anemia, untuk selalu dapat mengetahui kadar Hb anak dengan tepat sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi.

Effect of Iron Suplementation on Nutritional Anemia Status of Elementary School Children Recieving Suplementary School Feeding Package and Iron Tablets in Less Developed Villages, West Java 1995Up to now, the prevalence of nutritional anemia in school children is still high (± 30 %) and even though the third priority in nutritional anemia program.
Nutritional anemia has negative impact especially to school children. It will cause laziness, fatigue, less active, apathetic, and also decreasing learning capacity due to shortened attention span. So those would lower educational achievement, beside that anemic children are easily get sick which will affect their growth.
Healthy, productive and intelligent people are the goal of human resources development. The government especially Nutrition Development of the Ministry of Health conducts a supplementary school feeding and iron tablets. The target group is elementary school children of less developed villages in Indonesia.
This study used evaluative data on 189 children who received supplementary school feeding and Iron tablets in 5 elementary school in 5 districts in West Java which were collected In 1995. The objectives of the study are to find out the effect of supplementary feeding and iron tablets on the anemia status of children who received the package.
Study design was a pre-experimental designs which supplementary feeding and an iron tablet was given as intervention. The package consists of 200 - 300 calories and 10 - 12 gram protein per day were given for 4 months and 120 mg iron tablets was given daily for 3 months (90 tablets).
Nutrition anemia status alter intervention was the dependent variable while the independent variables were nutritional anemia status before intervention, nutritional status before intervention, age, sex, nutritional knowledge, attitude and practice on nutrition before intervention.
The result showed that after the intervention, the nutritional anemia status pevalence was decreased from 87.3 % to 21.2 %. Multivariate analysis showed that nutritional anemia status, nutritional status, and practices of nutrition before intervention were the variables that influence anemia status after intervention.
At macro level it is suggested that the implementation of similar program should be covered all school children (blanket program) of less developed villages. While at individually level, it is suggested that priority should be given only to children who suffered from anemia and under nutrition not only in the less developed villages area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Zuraidah
"Tesis ini membahas implementasi Program Pertukaran Pemuda Indonesia (PPIK) tahun 2009/2010 yang dilaksanakan di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat, model kepemimpinan yang berlangsung, dan faktor-faktor internal dan ekstemal yang membentuk model kepemimpinan tcrsebut terjadi. Penelitian ini ada1ah penelitian kualitatif dengan metode wawancara, Hasil peneiHian ini menunjukkan adanya implementasi program yang memenubi tiga dari empat criteria, model kepemimpinan menurut Kouzes dan Posner Leadership Practices, dan faktor-faktor yang mcmbcntuk adanya model yang muncul. Penulis menyarankan agar konseptor PPIK meningkatkan kefokusan dalam pengembangan kepemimpinan sehingga dapat tercipta output karakter dan modei kepemimpinan yang kuat, dalam implementasi program diperiukan jaringan yang luas agar pelaksanaannya lebih optimal dan optimalisasi komunikasi dan sosialisasi antara PPIK dan warga sehingga terbentuk adaptasi budaya yang baik lL'ltuk mendukuug model kepemimpinan dan kesuksesan program.

The focus of this study is program implementation of Indonesia Canada Youth Exchange Program 2009/2010 (ICYEP) that was hold in Cikandang, Cikajang, Gamt, West Java. leadership model that was happened there, and internal and external factors that influence the leadership model. This research is qualitative by dopt'l interview method to collect the data, The researcher found that there are three from four criterias in program implementation, some kinds of leadership model by Kouzes and Postner, and some factors to build the leadership model. It is also suggested that the coneeptor of ICYEP inereasing the focus of leadership development so that will get good and strong output in character and model of leadership, huge network to implement ICYEP for more optimal, and optimalir.e communication and socialization between the participants of ICYEP and the villagers of Cikandang, so that it will get good culture adaptation to create leadership model and the succeed of the program."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33507
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library