Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titien Diah Soelistyarini
Abstrak :
Perang Saudara (1861-1865) dan masa Rekonstruksi (1865-1877) merupakan sebuah periode sejarah yang berulangkali mengalami reinterpretasi. Hingga saat ini peristiwa ini terus diingat bukan sekedar sebagai sebuah episode dalam sejarah Amerika melainkan telah menjadi sebuah legenda. Salah satu upaya untuk menghidupkan terus legenda seputar Perang Saudara dan masa Rekonstruksi yang menandai kelahiran kembali bangsa Amerika adalah diproduksinya film The Birth of a Nation yang disutradarai oleh DW Griffith pada tahun 1915. Masalah yang diteliti dalam tesis ini adalah reinterpretasi sejarah bangsa Amerika masa Perang Saudara dan masa Rekonstruksi seperti yang ditampilkan dalam film The Birth of a Nation. Tesis ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa interpretasi kembali sejarah bangsa Amerika masa Perang Saudara dan masa Rekonstruksi dalam film tersebut merupakan upaya untuk melakukan rasionalisasi dan justifikasi atas kekalahan Selatan dalam Perang Saudara dan kegagalan program Rekonstruksi dengan menghidupkan kembali legenda The Lost Cause. Dengan demikian, film ini berharap dapat mengembalikan harga diri dan kehormatan Selatan yang harus menelan kekalahan pahit dalam Perang Saudara. Selain itu, Rekonstruksi pasca perang dianggap semakin mengacaukan kondisi masyarakat Amerika di Selatan sehingga film ini ingin mewujudkan tatanan ideal masyarakat sebagaimana sebelum pecahnya perang tersebut dengan membangkitkan kembali kejayaan `the Old South`.
Reinterpreting the American History of the Civil War and Reconstruction Era: A Study of The Birth of a Nation. American Studies. Civil War (1861-1865) and Reconstruction (1865-1877) is a historical period that time and again has undergone so many reinterpretations. Hitherto, this event has been remembered not simply as an episode in the American history but more as a legend. One of the attempts to preserve the legend of Civil War and Reconstruction that marked the rebirth of America as a nation was the production of The Birth of a Nation, a film directed by DW Griffith in 1915. The research problem of this thesis is the reinterpretation of the American history of the Civil War and Reconstruction era as depicted in the film The Birth of a Nation. This thesis proposes that the reinterpretation of the American history in the Civil War and Reconstruction era as portrayed in this film is an attempt to rationalize and justify Southern defeat and the failure of Reconstruction by reviving the myth of The Lost Cause. By doing so, this film is expected to salvage Southern pride and honor from the all-encompassing defeat. Furthermore, as the post-war Reconstruction has long been considered to bring ruin and degradation to the Southern society, this film wished to realize the ideal image of the antebellum Southern life by revitalizing the glory of `the Old South.`
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T13577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titien Diah Soelistyarini
Abstrak :
ABSTRAK
Sehubungan dengan semakin pentingnya peran bahasa Inggris di dalam era globalisasi ini semakin banyak orang Indonesia mempelajari bahasa Inggris. Bahasa Inggris yang digunakan oleh para pembelajar ini menjadi fokus di dalam skripsi saya, yang khususnya membahas tentang tindak tutur permintaan maaf di dalam bahasa Inggris yang direalisasikan oieh penutur bahasa Indonesia sebagai pembelajar bahasa Inggris. Bentuk ujaran yang digunakan untuk merealisasikan tindak tutur ini akan dikaitkan dengan strategi-strategi tertentu (Olshtain dan Cohen, 1983) yang diterapkan sebagai sebuah upaya untuk melindungi keterancaman muka para peserta tutur serta dalam kaitannya dengan prinsip kesantunan dan prinsip keseimbangan dalam hubungan antarpeserta tutur (Brown and Levinson, 1992). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Dipilih sebagai responden adalah para mahasiswa dari jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, yang sedang atau telah menempuh tahun ketiga. Berdasarkan hasil analisis dari data yang terkumpul, saya sampai pada kesimpulan bahwa para responden mempunyai kecenderungan untuk menggunakan IFID (Illocutionary Force Indicating Device) di dalam tindak tutur permintaan maaf yang mereka lakukan, atau dengan kata lain mereka cenderung untuk mengungkapkan permintaan maaf secara eksplisit dengan verba-verba tertentu yang menjadikan daya ilokusioner ujaran-ujaran tersebut jelas. Satu temuan yang menarik dari penelitian ini adalah munculnya sebuah strategi dalam meminta maaf secara tidak langsung yang tidak ada dalam penelitian Olshtain dan Cohen yang terdahulu, yakni penutur menyatakan harapannya agar petutur bersedia untuk menerima permintaan maafnya, seperti dalam ujaran I hope you're not angry with me. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh latar belakang budaya responden sebagai orang Indonesia yang cenderung untuk menjunjung norma-norma kesopanan. Miskinnya khazanah tutur (repertoire) yang tampak dari pilihan kata untuk mengungkapkan permintaan maaf dapat dikaitkan dengan kompetensi komunikatif yang dimiliki responden. Hal ini juga mengandung implikasi bahwa perlu adanya perbaikan dan peningkatan mutu pengajaran bahasa Inggris sehingga pengajaran bahasa Inggris pada masa-masa mendatang lebih berlandaskan pada aspek-aspek sosiologis dan komunikatif bahasa.
1996
S14229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library