Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Waluyo
"Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, meskipun dengan dana terbatas dituntut tetap survive dan siap melayani masyarakat umum dan peserta Askes. Untuk menjaga kelangsungan pelayanan Rumah Sakit menyesuaikan tarif yang harus dibayar oleh pasien. Tarif pasien Askes lebih rendah dari tarif pasien umum.
Data RS Persahabatan menunjukkan bahwa pendapatan sesuai tarif umum tahun 2001 meningkat cukup bermakna sebesar 52% dari tahun 2000, pendapatan terbesar dari Rawat Inap yang meningkat 39%. Meskipun pendapatan Rawat Inap meningkat, namun terdapat kesenjangan dimana pendapatan yang diterima (sesuai tarif Askes) hanya 32%. Hal ini terjadi akibat tarif pasien Askes lebih rendah dari tarif pasien umum. Akibat kesenjangan tersebut Rumah Sakit menanggung subsidi cukup besar, sehingga dapat mengganggu likuiditas dan terjadi deficit anggaran Rumah Sakit. Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut perhitungan pendapatan berdasarkan tarif Askes. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran seberapa besar kesenjangan pendapatan dan besarnya subsidi sesuai hasil perhitungan kembali serta distribusinya pada Unit Instalasi Rawat inap, akibat perbedaan tarif Askes dengan tarif umum dan bagaimana kebijakan penetapan tarif dimana yang akan datang. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan cara observasi dan evaluasi dengan melakukan estimasi perhitungan data sekunder dan diskusi/wawancara.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1) terdapat perbedaan hasil (output) antara perhitungan pendapatan dan subsidi oleh rumah sakit, dengan hasil perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini, dimana kesenjangan menurut Rumah Sakit sebesar 68%, sedangkan menurut hasil perhitungan kembali sebesar 54%; (2) terdapat pasien Askes yang menggunakan kelas perawatan melebihi haknya tanpa membayar selisih tarif secara penuh, akibatnya Rumah Sakit menanggung biaya bagi pasien tersebut, dan seharusnya Rumah Sakit membukukannya sebagai beban pasien bukan Subsidi Askes; (3) subsidi bagi pasien Askes terjadi secara progresif yaitu makin tinggi golongan PNS dan Penerima Pensiun makin besar subsidi yang dinikmati; atau subsidi Rumah Sakit saat ini dinikmati oleh siapapun yang dirawat, baik pasien miskin maupun mampu; (4) kelemahan pembukuan terdapat pada sistem akuntansi, dimana rekening (account) yang ada belum menjangkau jenis tindakan yang jumlahnya banyak (comprehensive), seperti tindakan pelayanan pasien Askes belum seluruhnya dibukukan dalam akuntansi Rumah Sakit; (5) Pola tarif RS Perjam sampai saat ini belum ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Saran yang dapat diberikan adalah agar Rumah Sakit dapat mengembangkan jenis pelayanan luar paket, karena tarifnya mendekati tarif Rumah Sakit. Secara aktif memberikan masukan kepada PT. Askes agar dilakukan peninjauan kembali tarif paket. Pengolahan dan pencatatan transaksi keuangan agar dilakukan secara terintegrasi antara Bagian Keuangan dan Bagian Akuntansi sehingga laporan keuangan dapat diuji kelayakannya dan wajar. Selanjutnya perlu dilakukan percepatan penagihan (klaim) biaya pelayanan kepada PT. Askes, karena akan membantu likuiditas Rumah Sakit. Depkes perlu segera menetapkan Pola Tarif Rumah Sakit Perjam dan mengupayakan penambahan premi peserta Askes.

Analysis of Service Subsidies to Obligatory Participating Patients in PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia at the In-Patient Installation Unit of Persahabatan Hospital Jakarta Year 2001 Health development aims to improve individual awareness, willingness and ability to lead a healthy-life in order achieve an optimum status of health. Hospital as the facility of health care service is required, although in limited funds, to survive and get ready to serve general public and members of Askes. To keep it survive, the hospital should adjust the rate to be paid by patients. Well, the rate charged on the Askes-member patients is usually lower than that on general patients.
Data collected from the Persahabatan Hospital of common rate-based income in 2001 show that the income raised significantly on to 52% from that in the previous year (2000), and the largest income is drawn from In-Patient service, raised 39%. Although In-Patient Income raised, less difference still occurred since the income (according to the rate of Askes) is only 32%. This is because lower rate of Askes-member patients than that of general patient. Such a thing makes the Hospital bear relatively larger subsidies and thus troubles its liquidity and leads to budget-deficit. Therefore, further review of the income needs an Askes-based estimation. It is this which underlies the research.
This research aims at revealing the picture of difference between income and amount of subsidies according to its re-estimation and distribution at the In-Patient Installation Unit due to the different rate of Askes from that of general patient and considering rate policies in the future. This research is qualitative in manner carried out through observation and evaluation by reviewing secondary data estimates and discussion/interview.
From results of research, one may come to the following conclusions that (1) difference of output exists between income and subsidy estimates by the hospital party and that in this research; 68% in the former and 54% in the latter, respectively (2) Askes patients using service facilities extend their rights without paying any full different rate. It becomes, therefore, a subsidy charged on the Hospital whereas the hospital should, otherwise, impose this charge on the patients rather than Askes subsidies, (3) Subsidy for Askes patients occurs progressively, viz., the higher level of Civil Servant and Pension receiver, the greater the subsidy he or she enjoys and that it draws a conclusion that hospital subsidy are currently received by any patient, be poor or able patients, (4) weak book-keeping entries occur in the accounting system in which the existing account does not yet record comprehensively such as Askes-patient care service. Rate schemes for Public-Owned Hospital have not been determined by the Minister for Health.
A suggestion that may be proposed is to get the Hospital develop services included in the fist of external package, since rate of the Askes approaches that of the Hospital. Another suggestion is to provide active input to PT. Askes in order to have rate of package reviewed. Financial data processing and account should be integrated between Finance Department and Accounting Department and therefore financial statement is allowable to test its reasonable feasibility. Further, claim for service costs should be accelerated to PT. Askes for it would help the hospital liquidity. The Department of Health should really determine the Rate Schemes for Public-Owned Hospital and exert to increase premium for Askes-members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
Jakarta: Salemba Empat, 2002
336WALP001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
Bandung: Mandar Maju, 2007
658 WAL m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
Jakarta: Salemba Empat, 2000
343.04 WAL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
657.46 Wal a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
"Dalam kehidupan kita sehari-hari, air sangatlah penting bagi makhluk hidup tidak hanya bagi tumbuhan dan hewan tetapi juga yang terpenting bagi manusia.
Seringkali terjadi, air yang mengalir di suatu sungai suatu ketika meluap dan menggenangi sawah-sawah, pemukiman dan merusak semua yang ada baik bangunan-bangunan struktur ataupun juga tanaman-tanaman petani atau bahkan kadangkala sampai merenggut jiwa manusia. Air yang semula menjadi sahabat manusia bisa menjadi lawan yang sulit dihadapi. Semua itu sebenamya tidak terlepas dari perubahan alam yang diakibatkan oleh segala aktifitas manusia. Air sangatlah berguna untuk berbagai kepentingan hidup manusia, bisa untuk minum, mandi, mencuci, irigasi, sumber listrik dan sebagainya tetapi tidak selamanya air yang kita gunakan sehari-hari tersebut akan memiliki kualitas dan kuantitas yang sama sepanjang waktu bila dari sumber daya manusia yang ada tidak memiliki keinginan untuk memelihara air tersebut.
Berbagai aktifitas manusia senantiasa menimbulkan perubahan terhadap alam dan hal yang cukup besar pengaruhnya bagi sumber-sumber ketersediaan air adalah bila apa yang dilakukan manusia merubah dari ekosistem yang rnerupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) bagi sungai. DAS tersebut oleh manusia dimanfaatkan untuk beragam kebutuhan antara lain sebagai lahan pemukiman, lahan persawahan dan lahan lain-lainnya.
Pemanfaatan lahan di suatu DAS untuk berbagai tata guna lahan tersebut tentunya juga akan mempengaruhi besarnya aliran yang terjadi di sungai dan pengaruh tersebut jelas berbeda untuk masing-masing tata guna lahan. Untuk itu telah ada sebuah alat bantu berupa model umum dari hubungan hujan aliran yang dapat memperkirakan berapa besar aliran yang akan teljadi di suatu sungai bila di dalam DASnya terdapat beberapa pemanfaatan tata guna lahan.
Namun model tersebut hanyalah dapat memperkirakan aliran yang terjadi dari suatu kesatuan unit DAS, sedangkan masalah yang nyata di lapangan Iebih kompleks dimana di dalam DAS itu sendiri terbagi menjadi sub-sub DAS dan ruas-ruas sungai. Modal tersebut tidak bisa kita pergunakan untuk memperkirakan berapa besarnya aliran yang juga akan terjadi bila aliran dari suatu bab DAS yang terdiri beberapa tata guna lahan mengalir melalui alur sungai.
Oleh karena itu maka model hubungan hujan aliran tersebut haruslah dikembangkan lagi agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam rangka pemeliharaan maupun pengendalian aliran sungai. Model hubungan hujan aliran yang dikembangkan selanjutnya ini akan dapat memperhitungkan besarnya aliran dari setiap sub DAS yang terdiri dari berbagai pemanfaatan lahan dan juga dapat memperkirakan berapa besarnya aliran yang terjadi bila aliran yang dihasilkan tersebut mengalir melalui alur sungai sehingga kita dapat memanfaatkan model hubungan hujan aliran secara maksimal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S34989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
"Sistem pengkondistan udara telah meniadi suatu komoditi yang sangat penting pada zaman modern ini. Sistem tersebut didukung oleh empat komponen utama, yaitu evaporator, kompresor, kondensor, serta katup ekspansi untuk berlangsungnya suatu siklus komproesi uap. Proses pengkondisian udara pada intinya adalan proses pertukaran kalor yang melibatkan sualu alat penukar kalon yaitu kondensor dan evaporator, dimana kalor diserap di evaporator selanjutnya dibuang di kondensor. Kenyataan menunjukkan bahwa kondensor dan evaporator sebagai alat penukar kalor tidak bisa dipakai begitu saja dalam semua kondisi atau jarang (bahkan tidak) bisa memberikan fungsinya sebagai alat penukar kalor yang optimum.
Untuk mengatasi masalah di atas, kondensor dan evaporator perlu dirancang khusus sesuai dengan fungsinya, media yang saling bersinggungan dimana tempat terjadinya proses pertukaran kalor, serta penyesuaian (matching) dengan batasan-batasan yang ada (diketahui atau diinginkan), serta kekompakan dengan komponen-komponen lain dalam sistem pendingin tersebut. Penganalisaan kondensor dalam hal ini adalah kondensor berpendingin udara serta evaporatornya adalah jenis water-chilled evaporator, atau evaporator dimana media yang didinginkannya adalah air.
Metodologi penulisan yang digunakan dalam pengumpulan berbagai macam data dan referensi, ditempuh melalui dua macam cara, yaitu : pertama studi kepustakaan, yaitu dengan melakukan pencarian data-data dan referensi mengenai teori, proses, atau tahap-tahap perhitungan melalui berbagai macam literatur. Kedua penelitian lapangan, yaitu pengambilan data atau penentuan variabel-variabel yang biasa terdapat di pasaran.
Dalam penganalisaan, berbagai hal perlu diketahui terlebih dahulu, yaitu beban pendinginan yang diinginkan (50TR), jenis refrigeran yang digunakan (R-22), temperatur penguapan (5°C), temperatur pengembunan (45°C) serta harus diperhatikan temperatur udara sekitar(33°C).
Dari perhitungan diperoleh hasil : Iuas permukaan perpindahan kalor pada kondensor= 90,9 mz, dengan total panjang pipa tembaga 460,69 m, daya kompresor 31,19 kW, sena daya motor penggerak fan 4,125 kW. Sedangkan untuk water-chilled evaporator; diameter shell (ID2) = 43,8 cm. diameter tube (OD2) = 1,9 cm, (ID1 = 1,23 cm, jumlah tube (N1 =150, panjang (L) = 243.8 cm.
Dari perhitungan di atas dapat dislmpulkan bahwa dalam perancangan kondensor dan evaporator banyak variabel yang saling berpengaruh, bahkan saling berlawanan. Di satu sisi meningkatkan koefisien perpindahan kalor, di sisi lain menambah Iuas permukaan dan biaya, serta masih banyak lagi kombinasi-kombinasi yang Iain, tetapi yang jelas bahwa persyaratan pertukaran kalor (beban) harus tetap terpenuhi, disamping harus mempertimbangkan faktor biaya, ukuran fisis, serta karakteristik penurunan tekanan. Untuk itu, datam perancangan dipertukan ketelitian untuk mendapatkan kombinasi-kombinasi yang optimum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S36862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
"Pada penelitian ini dilakukan pembuatan dan karakterisasi paduan Sn-Zn dengan menggunakan XRF, XRD dan DSC. Karaktersisasi untuk mengetahui struktur, Kristalisasi dan Sifat Termal Paduan Sn?Zn. Penelitian dengan mengunakan alat uji DSC bekerja pada suhu 31° C hingga 400 °C dan laju 10°C/menit. Paduan Sn? Zn pada penelitian ini berasal dari unsur-unsur murninya yang dilebur secara bersamaan pada suhu sekitar 600°C selama 10 sampai 15 menit. Persen berat (wt % ) Zn dibanding Sn yang digunakan adalah 6 %. 40% dan 41%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan wt % Zn, mempengaruhi Struktur , sifat termal Paduan Sn-Zn dan juga cenderung menghambat kristalisasi Sn.

In this research, manufacture and characterization of Sn-Zn alloys using XRF, XRD, DSC and SEM. Characterization for to know microstructure, heat capacity Cp as a function of temperature (T) of Sn-Zn solder material. Research tools DSC test worked at temperature 31°C to 400°C and the rate of 5°C / min. Sn-Zn solder material in this study originated from the pure elements are melted together at a temperature of about 700°C for 10 to 15 minutes. Zn than the weight percent of Sn used was 6%, 30%, 40% and 41%.. The results showed that the addition of weight percent Zn, influence to microstructure of sample Sn-Zn and Sn tends to inhibit the growth of crystals."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29883
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
"Pemerintah telah mengimplementasikan serangkaian kebijakan untuk menangani pendidikan, akan tetapi masih terdapat siswa yang putus sekolah. Putus sekolah ini terjadi karena beberapa faktor seperti ekonomi, prestasi, dan sarana prasarana. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi angka putus sekolah di sekolah dasar dengan menggunakan data panel dari tahun 2008 - 2012. Variabel penelitian ini meliputi bantuan siswa miskin (BSM), bantuan operasional sekolah (BOS), APBD urusan pendidikan, angka mengulang, pendapatan perkapita dan rasio siswa per sekolah. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap angka putus sekolah adalah BOS, APBD urusan pendidikan, dan angka mengulang. Sedangkan faktor yang tidak berpengaruh adalah BSM, pendapatan perkapita dan rasio siswa per sekolah.

Government has implemented many policies to manage the primary school education, unfortunately we still find students who dropout from school. The dropout is caused by several factors such as economy, low academic achievment, and infrastructures. The study aims at analyzing the the factors influencing dropout in primary schools. Variables of the study consist of poor student scholarship (BSM), school operational assistance (BOS), regional budget (APBD) for education affairs, repeatition rate, income per capita and student ratio.This study applies quantitative method using panel data from 2008 to 2012. The finding shows that the factors influencing are BOS, APBD for education affairs, and repeatition rate. Meanwhile, the factors not influencing are BSM, income per capita and student ratio per school."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>