Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wisjnu Wardhana
"Bidang periklanan di Indonesia saat ini sudah berkembang sedemikian rupa menjadi sebuah industri raksasa. Namun hingga saat ini belum ada suatu peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai masalah periklanan dan sebagai akibatnya praktik-praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan yang dilakukan oleh pengiklan dan perusahaan periklanan sudah sering terjadi. Perjanjian periklanan yang merupakan titik awal perikatan antara pengiklan dengan perusahaan periklanan dan sekaligus menjadi titik awal proses produksi sebuah iklan seharusnya mampu menjadi sarana pencegah terjadinya praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, dengan merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat ke dalamnya namun ternyata hal ini belum menjadi perhatian serius bagi kalangan pelaku usaha periklanan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan data mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, memberikan fakta mengenai adanya praktik-praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, serta memberikan gambaran mengenai pentingnya merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat kedalam suatu perjanjian periklanan. Berdasarkan penelitian, maka Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pemerintah tentang Label dan Iklan Pangan merupakan peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan. Sayangnya dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen tidak dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan etika periklanan. Berdasarkan penelitian ini pula, terungkap bahwa perjanjian periklanan tidak merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat melalui iklan, karena pelaku usaha periklanan, khususnya pengiklan dan perusahaan periklanan tidak menjadikan masalah persaingan usaha tidak sehat melalui iklan ini sebagai suatu masalah yang serius. Dengan demikian, kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada, persaingan usaha tidak sehat melalui iklan merupakan suatu tindakan yang dilarang, dan kalangan pelaku usaha periklanan belum merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat ini ke dalam perjanjian periklanan yang dibuat oleh dan antara pengiklan dengan perusahaan periklanan. Sebagai saran, maka sebaiknya Undang-Undang Perlindungan Konsumen menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan etika periklanan dalam hal ini serta pelaku usaha periklanan sebaiknya menjadikan masalah praktik persaingan usaha tidak sehat melalui iklan ini sebagai suatu masalah serius dan melakukan pencegahan dengan merumuskan aspek anti persaingan usaha tidak sehat kedalam suatu perjanjian periklanan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003
S20626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisjnu Wardhana
"Latar belakang: Dispepsia merupakan gangguan kesehatan yang sering ditemuierologi dan urin (RAPIRUN) dibandingkan dengan UBT sebagai baku emas dalam mengetahui infeksi H. pylori. Penelitian dilakukan pada pasien rawat jalan Puskesmas Kecamatan Koja Kotamadya Jakarta Utara. Yang dinilai adalah sensitivitas, spesivisitas, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV) tes tersebut.
Tujuan: Mengetahui akurasi diagnostik pemeriksaan non-invasif (serologi dan urin) dibandingkan dengan UBT (urea breath test) sebagai baku emas untuk mendeteksi infeksi H. pylori pada pasien dengan sindroma dispepsia.
Metode: Penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang untuk mengetahui akurasi pemeriksaan non-invasif yaitu s H. pylori menunjukkan hasil positif pada 36,5% subyek, sedangkan pada pemeriksaan serologi (Mataram, Biomedika) didapatkan hasil positif sebanyak 32,4%. Pemeriksaan RAPIRUN (Rapid Urine Test, Otsuka) menunjukkan hasil positif pada 24,3% subyek. Pada serologi didapatkan sensitivitas 74%, spesifitas 91%, PPV 83%, NPV 86%. Sedangkan pada RAPIRUN didapatkan sensitivitas 63%, spesifitas 98%, PPV 94%, NPV 82%.
Hasil: Selama kurun waktu April 2015 sampai Juni 2015, 74 subyek, dengan mayoritas perempuan (82,4%), dengan rerata umur 45,05 tahun menjalani pemeriksaan non-invasif. Pemeriksaan UBT sebagai baku emas diagnosis infeksi di pelayanan kesehatan. Infeksi Helicobacter pylori adalah salah satu penyebab dispepsia. Diagnosis infeksi H.pylori dapat dilakukan melalui pemeriksaan invasif dan non invasif. Pemeriksaan non invasif lebih mampu laksana, murah dan memiliki risiko yang lebih sedikit.
Simpulan: RAPIRUN lebih unggul dalam hal spesifisitas dibanding serologi.

Background: Dyspepsia is the common problem in the population. The main etiology of dyspepsia is Helicobacter pylori infection. The diagnosis of H. pylori infection is based on invasive examination and non-invasive examination. The non-invasive examination could be easier to do and have less risk than invasive examination.
Objective: To evaluate the diagnostic accuracy of the non-invasive test (serology and RAPIRUN) compared to UBT as gold standard examination to detect H. pylori infection in patients with dyspepsia syndrome.
Methods: A cross-sectional study for diagnostic H. pylori by using serology and Rapid Urine test (RAPIRUN) is conducted to evaluate the diagnostic accuracy of non-invasive test compared to UBT as gold standard examination in patients with dyspepsia syndrome. This study was conducted at outpatient Community Health Center in Koja District North Jakarta from middle April 2015 until Middle June 2015. The sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV), negative predictive value (NPV) were used to evaluate the diagnostic accuracy.
Results: From mid-April 2015 to Mid-June 2015, 74 subjects, with the majority of patients was female (82.4%), and the mean of age was 45.05 years old, had undergone non-invasive test The UBT test as the gold standard examination for H. pylori infection showed positive result in 36.5% patients while the serology test resulting positive in 32.4%. The RAPIRUN test resulting positive in 32.4% patients. The sensitivity of serology test was 74%, specificity 91%, PPV 83%, NPV 86%, meanwhile the RAPIRUN test was resulting as sensitivity 63%, specificity 98%, PPV 94%, NPV 82%.
Conclusion: RAPIRUN has a high diagnostic value for H. pylori in specificity than serology.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library