Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wisnu Kuncoro
"ABSTRAK
PT Krakatau Daya Listrik (KDL) merupakan perusahaan yang bergerak disektor tenaga listrik.
Konsumen utama dari KDL adalah PT Krakatau Steel, yang mempakan induk perusahaan. Krisis
multi dimensi sejak tahun 1997, sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Selain profitabilitas perusahaanpun menjadi sangat terganggu, rencana pengembangan perusahaan pun tidak bisa dijalankan dengan mulus. Faktor ekstemal yang berupa harga jual
listrik dan harga beli bahan baku yang masih dalam regulasi pemerintah, serta faktor internal
berupa efisiensi yang rendah turut memperburuk kondisi perusahaan. Akibatnya muncul altematif untuk melakukan merger kembali ke perusahaan induk. Hal yang dapat menjadi langkah balik dari spin off yang dilakukan Krakatau Steel terhadap unit bisnisnya pada tahun 1996.
Karya akhir ini bertujuan untuk melakukan analisis valuasi dan optimasi struktur modal terhadap KDL. Langkah ini diajukan untuk melihat prospek KDL sebagai perusahaan yang bergerak dalam bisnis tenaga listrik, serta untuk memberikan masukan terhadap struktur modal yang optimal dalam rangka pengembangan perusahaan. Kedua langkah tersebut diterapkan pada skenario masa depan perusahaan yang optimis dan pesimis, yang dikembangkan berdasar analisis lingkungan usaha.
Metode Adjusted Present Value (APV) digunakan untuk menilai perusahaan. Metode relative valuation maupun Discounted Cash Flow Analysis digunakan sebagai perbandingan. APV dipilih dalam kaitan dengan adanya perubahan struktur modal yang mungkin terjadi. Selain itu, dengan menerapkan metode APV, dapat dilakukan identifikasi terhadap kontribusi interest tax shield {ITS) dalam nilai perusahaan. Hal ini dianggap perlu ulituk ditonjolkan karena posisi KDL yang merupakan perusahaan dengan leverage rendah.
Berdasarkan nilai valuasi perusahaan, selanjutnya dilakukan optimasi struktur modal perusahaan. Proses optimasi dilakukan dengan cara mencari weighted average cost of capital yang terendah. Langkah optimasi struktur modal ini sebenarnya diarahkan untuk meningkatkan share holder value, mengingat saat ini KDL masih merupakan perusahaan yang hampir tidak memiliki hutang jangka panjang. Disisi lain, dengan adanya peningkatan modal kerja maupun kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan memang membutuhkan dana segar yang diasumsikan tidak dapat dipenuhi seluruhnya dari pihak internal perusahaan.
Hasil perhitungan valuasi menunjukkan bahwa perusahaan masih menyimpan prospek yang baik untuk berkembang. Baik dengan skenario pesimis (tanpa ekspansi pasar) mapun optimis (dengan ekspansi pasar), perusahaan diperhitungkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemegang saham. Namun, ekspansi pasar yang membutuhkan investasi pembangkit listrik baru, memberikan prospek yang lebih baik. Faktor yang melatar belakangi hal ini adalah karena adanya peningkatan efisiensi akibat adanya pembangkit baru tersebut.
Dari aspek optimasi struktur modal, rasio hutang sebesar 30% merupakan struktur modal optimal bagi perusahaan. Dengan rasio hutang sebesar 30% ini, perusahaan diperhitungan masih dapat memenuhi kewajibannya terhadap stock-holder maupun bond holder.
Hasil evaluasi ini, diharapkan menjadi masukan untuk memperkaya pengambilan keputusan terhadap penentuan masa depan KDL.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wisnu Kuncoro
"Pipe Support merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada instalasi pipa dan pada bagian ini sering terjadi korosi, posisinya yang tertutup dan sulit seringkali tidak dapat di inspeksi visual maupun alat inspeksi biasa. Korosi merupakan masalah di dalam industri produksi karena dapat menurunkan efektivitas produksi dan menimbulkan kerusakan yang berakibat fatal. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memperoleh keakuratan penggunaan dari alat PAUT dan SRUT terhadap korosi ,mendapatkan karakterisasi material, dan analisa CUPS. Kalibrasi PAUT 1 (Gain 25, Focus Depth 40) yang menggunakan Total Focusing method mengalami kendala saat inspeksi pada pipe support karena jarak pantulan untuk mendeteksi CUPS melebihi 3x ketebalan dari material dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm. Sedangkan dengan Kalibrasi PAUT 2 (Gain 30, Focus Depth 30) saat dilakukan inspeksi, akan tetapi karena CUPS merupakan korosi yang terjadi di eksternal pipa dan jarak inspeksi dari probe ke CUPS lebih dari 15 cm sehingga menggukan Gain 70-80 dB pada saat inspeksi. Efek dari penggunaan gain yang tinggi saat inspeksi mengakibatkan hanya hasil inspeksi A-scan yang dapat di interpretasi kedalaman serta jarak korosi, sedangkan S-scan pulsa nya merah semua sehingga hasil inspeksi nya tidak dapat di interpretasi hasil S-scan. Hasil Inspeksi SRUT pada line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 jarak korosi dari probe 19.4 mm,panjang 128.1 mm, lebar 36.1 mdan pada line number 38P24-4-CB2B/PS 3 jarak korosi dari probe 51.7 mm, panjang 188.7 mm dan lebar 34.2 mm. Data komposisi material sesuai dengan spesifikasi A 106 Gr. B dan sample produk korosi yang dominan adalah chromite FeCr2O4 sebesar 74% serta komposisi produk korosi yang paling kecil adalah hematite Fe2O3 8%. Pengujian Optical microscopy menampilkan foto microstructure dari sample potongan pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B terdiri dari pearlite yang gelap tertanam di substrat yang putih. Data laju korosi hasilnya potensial korosi sebesar -674 mv, arus korosi sebesar 27.80 uA, dan laju korosi sebesar 12.7 mpy.

Pipe Support is an integral part of the pipe installation and in this section corrosion often occurs, its closed and difficult position often cannot be visually inspected or by ordinary inspection tools. Corrosion is a problem in the production industry because it can reduce the effectiveness of production and cause fatal damage. The ultimate goal of this research is to obtain the accuracy of the use of PAUT and SRUT tools against corrosion, obtain material characterization, and CUPS analysis. PAUT 1 calibration (Gain 25, Focus Depth 40) using the Total Focusing method encountered problems during inspection of the pipe support because the reflection distance to detect CUPS exceeds 3x the thickness of the material and the inspection distance from probe to CUPS is more than 15 cm. Meanwhile, with PAUT 2 Calibration (Gain 30, Focus Depth 30) during inspection, however, because CUPS is corrosion that occurs on the external pipe and the inspection distance from the probe to CUPS is more than 15 cm so we use a Gain of 70-80 dB during inspection. The effect of using high gain during inspection results in only the A-scan inspection results being able to interpret the depth and distance of corrosion, while the S-scan pulses are all red so that the inspection results cannot be interpreted from the S-scan results. SRUT inspection results on line number 38PR4-4-FG2D/PS 3 corrosion distance from probe 19.4 mm, length 128.1 mm, width 36.1 m and line number 38P24-4-CB2B/PS 3 corrosion distance from probe 51.7 mm, length 188.7 mm and 34.2mm wide. Material composition data according to specification A 106 Gr. B and the dominant corrosion product sample is chromite FeCr2O4 by 74% and the composition of the smallest corrosion product is hematite Fe2O3 8%. Optical microscopy testing displays a photo of the microstructure of the sample pipe line number 38PR4-4-FG2D carbon steel A 106 Gr. B consists of dark pearlite embedded in a white substrate. Corrosion rate data results in a corrosion potential of -674 mv, a corrosion current of 27.80 uA, and a corrosion rate of 12.7 mpy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library