Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13104 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bernadetta Nurani Prima Dwiratri
"Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. merupakan tumbuhan hemiparasit yang dikenal
sebagai tanaman obat dan memiliki beragam potensi bioaktivitas, salah satunya
antioksidan. Dendrophthoe pentandra yang tumbuh pada inang berbeda, diketahui
memiliki kandungan metabolit sekunder yang berbeda pula, sehingga dapat memengaruhi
potensi aktivitas antioksidannya. Pengujian bioaktivitas D. pentandra umumnya
menggunakan ekstrak metanol. Namun, pada penelitian ini digunakan ekstrak air D.
pentandra, yang didasarkan pada praktik masyarakat lokal dalam pemanfaatan D.
pentandra secara tradisional. Tujuan penelitian ini, yaitu membandingkan aktivitas
antioksidan dan total senyawa fenol atau flavonoid, serta mengetahui korelasi antara
aktivitas antioksidan dan total senyawa fenol atau flavonoid ekstrak air bunga D.
pentandra dari lima spesies inang (Melia azedarach, Cordia subcordatus, Syzygium
aqueum, Trachelospermum jasminoides, dan Lagerstomia speciosa). Berdasarkan uji
ANOVA diketahui adanya perbedaan secara signifikan nilai IC50 yang didapat dari uji
2,2-difenil-2-pikrilhidrazin (DPPH), serta kandungan fenol dan flavonoid di antara lima
spesies inang. Hasil analisis korelasi juga menunjukkan adanya korelasi kuat antara nilai
IC50 dengan total kandungan fenol dan flavonoid. Aktivitas antioksidan tertinggi
dihasilkan oleh S. aqueum (IC50 = 128,43 μg/mL) dan M. azedarach (IC50 = 132,78
μg/mL) dengan kadar fenol dan flavonoid berturut-turut pada kedua spesies tersebut
sebesar 157,19 mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/g dan 355,78 mg Quercetin Equivalent
(QE)/g (S. aqueum), dan 146,17 mg GAE/g dan 349,67 mg QE/g (M. azedarach).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah aktivitas antioksidan dan kadar fenol dan flavonoid
D. pentandra berbeda-beda bergantung spesies inang, serta senyawa fenol dan flavonoid
terbukti memberikan kontribusi kuat dalam aktivitas antioksidan.

Indonesian mistletoe, Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. is a hemiparasitic plant known
as a medicinal plant with various potential bioactivities, including antioxidant activity.
Dendrophthoe pentandra individuals living in different host plants may presented varied
secondary metabolites in either composition or concentration. Thus, antioxidant activity
of D. pentandra may be varied according to the host species. Most of D. pentandra studies
about bioactivity were performed using methanolic extract. However, based on traditional
practices, D. pentandra often be used by boiling it in water. Thus, in this study, we used
water as the extraction solvent. The aims of this study were to compare antioxidant
activity, total phenols and flavonoids content between D. pentandra individuals lived in
five host species (Melia azedarach, Cordia subcordatus, Syzygium aqueum,
Trachelospermum jasminoides, dan Lagerstomia speciosa), and to analyze the correlation
between antioxidant activity and total phenols and flavonoids content of D. pentandra
extracts. The ANOVA test result showed that there was significant difference of IC50
value obtained from the 2,2-difenil-2-pikrilhidrazin (DPPH), as well as total phenols and
flavonoids content between the samples. Besides, the IC50 value presented significant
correlation to total phenols and flavonoids. The highest antioxidant activity was presented
by extracts obtained from S. aqueum (IC50 = 128,43 μg/mL) and M. azedarach (IC50 =
132,78 μg/mL), with total phenols and flavonoids of the two extracts respectively 157,19
mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/g and 355,78 mg Quercetin Equivalent (QE)/g (S.
aqueum); 146,17 mg GAE/g and 349,67 mg QE/g (M. azedarach). These results
suggested that antioxidant activity as well as phenols and flavonoids concentration of D.
pentandra flowers were varied according to the host species, and that phenols and
flavonoids might contribute as the antioxidant agent in D. pentandra flower extract.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1985
R 338.095 UNI p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Firdaus
"ABSTRAK
Pengembangan bahan solder bebas timbal menjadi hal penting, sejak penerapan RoHS. Namun, beberapa kandidat untuk solder bebas timbal memiliki beberapa kelemahan seperti banyak pertumbuhan intermetalik (IMC), dan titik lebur yang sedikit lebih tinggi. Salah satu metode yang digunakan untuk membuat solder bebas timbal adalah dengan menambahkan elemen paduan lainnya. Salah satu elemen paduan yang menjanjikan adalah dengan memvariasikan konten Bismuth (Bi). Differential Scanning Calorimetry, Difraksi sinar-X dan Potensiodinamik digunakan untuk karakterisasi. Hasilnya menunjukkan bahwa titik leleh berkurang. Struktur Sn yang di doping Bi menunjukkan fase tunggal tetragonal Sn dan parameter kristal yang berbeda. Dari uji potensiodinamik, sampel menunjukkan laju korosi yang berbeda. Kesimpulannya, solder bebas timbal Sn-Bi berpotensi sebagai kandidat untuk menggantikan bahan solder timah yang bebas timbal.

ABSTRACT
The development of lead free solder materials has become urgent, since the implementation of RoHS. However, some candidates for lead free solder have several weaknesses such as many of intermetallic growth (IMC), slightly higher of melting point. One of the methods used to make lead free solder is by the addition of other alloying element. One of the promising alloying elements is by varying Bismuth (Bi) content. Differential Scanning Calorimetry, X ray Difraction and Potensiodynamic were used for characterization. The results show the melting point reduced. The structure of Bi doped Sn show single phase tetragonal Sn and different crystal parameter have been obtained. From Potensiodynamic test, The samples show different corrosion rate. In conclusion, Sn-Bi lead free solder is potential candidat for replacing Lead-free solder materials.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenti
"ABSTRAK
Sejalan dengan banyaknya obat batuk yang mengandung lebih dari satu komponen zat berkhasiat, maka diperlukan metode analisis yang mempunyai akurasi dan presisi yang tinggi, namun lebih mudah dan murah di dalam pelaksanaannya. Salah satu metode analisis yang dapat digunakan adalah spektrofotometri derivatif, melalui pengukuran serapan masingmasing komponen pada panjang gelombang zero crossing komponen lainnya yang terdapat dalam campuran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode penetapan kadar dekstrometorfan hidrobromida, pseudoefedrin hidroklorida, gliserilguaiakolat, dan triprolidin hidroklorida dalam campuran dari tablet dan sirup obat batuk yang mengandung dua sampai empat zat aktif tersebut secara spektrofotometri derivatif dan menguji validitasnya. Untuk campuran pseudoefedrin hidroklorida dan triprolidin hidroklorida,
masing-masing zat diukur serapannya pada panjang gelombang 230,0 nm dan 227,6 nm (derivat pertama); campuran pseudoefedrin hidroklorida dan gliserilguaiakolat, masing-masing zat diukur serapannya pada panjang gelombang 245,8 nm dan 251,2 nm (derivat pertama); dan campuran pseudoefedrin hidroklorida dan dekstrometorfan hidrobromida, masingmasing
zat diukur serapannya pada panjang gelombang 245,4 nm dan 251,2 nm (derivat pertama). Sedangkan campuran yang mengandung tiga zat maupun empat zat aktif tersebut, masing-masing zat tidak dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri derivatif karena tidak dapat ditentukan panjang gelombang analisis untuk setiap zat dalam campurannya. Dari hasil
uji perolehan kembali menunjukkan bahwa metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk menetapkan kadar pseudoefedrin hidroklorida dan triprolidin hidroklorida dalam campuran keduanya dalam sediaan tablet, namun tidak dapat digunakan dalam sediaan sirup. Metode ini juga dapat digunakan untuk menetapkan kadar gliserilguaiakolat dalam campurannya dengan pseudoefedrin hidroklorida dalam sediaan tablet dan sirup, namun
tidak dapat digunakan untuk menetapkan kadar pseudoefedrin hidroklorida dalam campurannya dengan gliserilguaiakolat dalam sediaan tablet dan sirup. Metode ini tidak dapat digunakan untuk menetapkan kadar pseudoefedrin hidroklorida dan dekstrometorfan hidrobromida dalam
campuran keduanya dalam sediaan sirup.

ABSTRACT
As the development of cough medicine which contains more than one active substance, the simple and cheap analysis with high accuracy and precision is needed. One of the methods that can be implemented is derivative spectrophotometry, by determining each compound at zero crossing wavelength of another compound in mixture. The goal of this research is to find a new method to determine the concentration of dextromethorphan hydrobromide, pseudoephedrine hydrochloride, glycerylguaiacolate, and triprolidine hydrochloride in cough tablets and syrups which contain two to four compounds by using derivative spectrophotometry method. Another goal of this research is to examine the validity of the derivative spectrophotometry method. In the mixture containing pseudoephedrine hydrochloride and triprolidine hydrochloride, each compound is determined at 230,0 nm and 227,6 nm (first derivative); in the mixture of pseudoephedrine hydrochloride and glycerylguaiacolate, each compound is determined at 245,8 nm and 251,2 nm (first derivative); and in the mixture of pseudoephedrine hydrochloride and dextromethorphan hydrobromide, each compound is determined at 245,4 nm and 251,2 nm (first derivative). In the mixture containing three or four compounds, each compound cannot be determined because these compounds do not have analytic wavelength. The result of recovery test shows that derivative spectrophotometry method can be used in determining the concentration of pseudoephedrine hydrochloride and triprolidine hydrochloride in tablet, but the method cannot be used in syrup. The method can also be used in determining the concentration of glycerylguaiacolate in combination with pseudoephedrine hydrochloride, but cannot be used in determining pseudoephedrine hydrochloride concentration in combination with glycerylguaiacolate in tablet and syrup. This method cannot be used in determining pseudoephedrine hydrochloride dextromethorphan hydrobromide concentration in syrup."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2006
S32540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Wahyu T.
"ABSTRAK
Hormon steroid mernpunyai, kegunaan yang luas, baik untuk pengobatan maupun sebagai obat kontrasepsi yang saat ini banyak digunakan. Untuk mendapatkan hormon steroid banyak dilakukan sintesa dari bahan baku alam, terutama dari tumbuh-tumbuhan. Saat ini sterol dan steroid dari alam mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan pembuatan hormon steroid. Tujuan percobaan ini untuk mendapatkan metode identifikasi dari beberapa senyawa steroid dan sterol bahan baku atau hasil antara secara kromatografi lapisan tipis dan dengan reaksi warna. Guna rnencapai tujuan mi, dilakukan beberapa cara - percobaan kromatografi lapisan tipis dan percobaan reaksi - warna untuk identifikasi kolesterol, stigmasterol, -sitos-. terol, ergosterol, tigogenmn, diosgenin, solasodin dan ADD. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa metode kromatografi lapisan tipis yang lebih balk adalah reversedphase kromatografi lapisan lipis dengan zat pengimpregnasi kerosen konsentrasi 12,5% dan eluen asam asetat glasial-air 9:1 atau asam asetat glasial - air 9,5 : 0,5. Hasil percobaan reaksi warna yang dianjurkan adalah kombinasi dan pereaksi-pereaksi INH, m-dinitrobenzen, paraformaldehid, seniurn (IV) sulfat, vanillin-asam sulfat pekat, vanillinasam fosfat, asam pikrat-asam perkiorat dan dragendorf."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Rahmadhanti
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian penetapan kadar dekstrometorfan hidrobromida dan klorfeniramin maleat dalam sediaan sirup dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan kondisi KLT densitometri optimal untuk penetapan kadar dekstrometorfan hidrobromida dan klorfeniramin maleat dalam sirup obat batuk. Kondisi optimal dari penelitian ini adalah dengan menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel 60 F254 (Merck), dan sikloheksan-toluen-dietilamin (65:25:10) sebagai fase gerak. Lempeng dianalisa dengan TLC scanner 3 (Camag), menggunakan detektor uv pada panjang gelombang 262 nm. Hasil pengujian menunjukkan pada rentang konsentrasi 912-2102 ppm untuk dekstrometorfan hidrobromida dan 238-562 ppm untuk klorfeniramin maleat menunjukkan hubungan yang linier, dengan koefisien korelasi masing-masing r=0,9996 dan r=0,9997, batas deteksi dan batas kuantitasi dekstrometorfan hidrobromida 47,58 dan 158,59 ppm, 11,40 dan 38,00 ppm untuk klorfeniramin maleat. Kadar perolehan kembali 94,13-97,91% untuk dekstrometorfan hidrobromida dan 91,22-97,15% untuk klorfeniramin maleat. Hasil analisis satu sampel sirup obat batuk menunjukkan bahwa kadar dekstrometorfan hidrobromida 100,91% dan klorfeniramin maleat 102,81% dihitung dari jumlah yang tertera pada etiket.

ABSTRACT
The quantitative analysis of dextromethorphan hydrobromide and chlorpheniramine maleate in cough syrup had been performed using thin layer chromatograpic (TLC) densitometry. The purpose of this sudy was to find optimal TLC densitometry condition for quantitative analysis both components in cough syrup. The optimum condition was using TLC plates silica gel 60 F254 (Merck) as stationary phase and cyclohexan-toluenediethylamine (65:25:10) as mobile phase. The plate was analyzed using TLC scanner 3 (Camag) with uv-detector at 262 nm. The result of this study showed that was linearity at concentration range 912-2102 ppm for dextromethorphan hydrobromide and 238-562 ppm for chlorpheniramine maleate, with coefficient correlation r=0,9996 and r=0,9997 respectively, the limit of detection and the limit of quantitation for dextromethorphan hydrobromide 47,58 and 158,59 ppm, 11,40 and 38,00 ppm for chlorpheniramine maleate. The recovery value for dextromethorphan hydrobromide 94,13-97,91% and 91,22-97,15% for chlorpheniramine maleate. The analysis result of one sample cough syrup showed that assay value for dextromethorphan hydrobromide 100,91% and 102,81% for chlorpheniramine maleate of the labelled amount of the compound."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2007
S32933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Kusumawati
"ABSTRAK
Untuk pertama kalinya, bangsa Indonesia memilih presiden dan wakil presiden secara langsung pada 5 Juli 2004. Salah satu penunjang dalam penyelenggaraan pemilu ialah tinta sidik jari. Analisis komponen tinta sidik jari penting dilakukan untuk menjamin bahwa tinta sidik jari yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan aman untuk digunakan. Dalam penelitian ini telah dilakukan analisis komponen dalam tinta sidik jari dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri untuk kurkumin. Metode spektrofotometri UV-Vis untuk metil violet dan metode titrasi argentometri untuk perak nitrat, kadar rata-rata perak nitrat yang diperoleh dengan penghilangan warna adalah 3,88% dan dengan menggunakan tanur 3,83%. Uji keterulangan kurkumin dengan metode KLT-Densitometri diperoleh koefisien variasi lebih dari 2% pada 200 ppm dan kurang dari 2% pada konsentrasi 400 ppm dan 600 ppm, kadar rata-rata kurkumin diperoleh sebesar 0,44 %. Uji keterulangan metil violet dengan metode spektrofotometri UV-Vis mempunyai koefisien variasi kurang dari 2%, kadar rata-rata metil violet diperoleh kadar sebesar 0,75 %.

ABSTRACT
For the first time in our election history, we have choose the president and the vice president directly on Juli 5th 2004. The most important material to support the election process is indelible election ink. Analysis components is important to make sure that the indelible election ink is available with the specification and safe to use. This research had done to analyse the component that contained in the indelible election ink, with several methods such as thin layer chromatography-densitometry for curcumin, spectrophotometry UV-Vis for methyl violet and argentometry titration for silver nitrate, mean determination of silver nitrate with colourless method is 3.88% and 3.83% with tanur. By using TLC-densitometry the precision higher than 2% in 200 ppm and lower than 2% in 400 and 600 ppm, mean determination of curcumin is 0.44%. The precision of methyl violet with spectrophotometry UV-Vis lower than 2%, mean determination of methyl violet is 0.75%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2007
S33006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Purnomo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 1993
S27905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Afriani
"Penggunaan kombinasi obat pada resep racikan dapat beresiko menimbulkan interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola resep, interaksi obat dan ketepatan dosis resep racikan di tiga apotek di Jakarta. Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional deskriptif. Sampel yang dianalisis adalah resep racikan periode Januari 2009 di apotek X,Y dan Z. Hasil penelitian menunjukkan proporsi racikan di apotek X 4,3% (n=2410 lembar), di apotek Y 5,0% (n=3930 lembar) dan di apotek Z 24,5% (n=273 lembar). Resep racikan yang mengandung obat lebih dari 4 bervariasi, di apotek X 1,0% (n=103 resep), di apotek Y 2,5% (n=198 resep) dan di apotek Z 6,0% (n=67 resep). Golongan obat saluran nafas merupakan obat yang paling sering diresepkan sebagai obat racikan di ketiga apotek. Penggunaan obat generik sebagai obat racikan bervariasi, di apotek X 78,5% (n=177 obat), di apotek Y 93,6% (n=496 obat) dan di apotek Z 34,0% (n=139 obat). Jumlah interaksi farmakokinetika yang ditemui pada resep racikan di apotek X 66,7%, di apotek Y 7,2% dan di apotek Z 60,0%. Jumlah interaksi farmakodinamika yang ditemui pada resep racikan di apotek X 33,3%, di apotek Y 92,8% dan di apotek Z 40,0%. Ketepatan dosis pada resep racikan di ketiga apotek baik (95,1%-100,0%). Tidak ada perbedaan dalam pola peresepan, masalah interaksi obat dan ketepatan dosis pada resep racikan di tiga apotek. Ada hubungan antara jumlah obat dalam satu racikan dengan jumlah interaksi obat yang terjadi.

Using drugs combination of compounded prescription causes risk of drug interactions. The objective of this study is to compare prescription pattern, drug interactions, and dose accuracy of compounded prescription in three pharmacies in Jakarta. A cross sectional descriptive method has been done. The analyzed samples were compounded prescription within the period of January 2009 in X, Y and Z pharmacies. The result showed that proportion of compounded prescription in X pharmacy was 4,3% (n=2410 sheets), in Y pharmacy was 5,0% (n=3930 sheets) and in Z pharmacy was 24,5% (n=273 sheets). Compounded prescription containing more than 4 drugs was varied, in X pharmacy was 1,0% (n=103 prescriptions), in Y pharmacy was 2,5% (n=198 prescriptions), and in Z pharmacy was 6,0% (n=67 prescriptions). Respiratory system drugs was most often prescribed as compounded drug in three pharmacies. The use of generic drugs as compounded drug was varied, in X pharmacy was 78,5% (n=177 drugs), in Y pharmacy was 93,6% (n=496 drugs) and in Z pharmacy was 34,0% (n=139 drugs). Amount of pharmacokinetic interactions found of compounded prescriptions in X pharmacy was 66,7%, in Y pharmacy was 7,2% and in Z pharmacy was 60,0%. Amount of pharmacodynamic interactions found of compounded prescription in X pharmacy was 33,3%, in Y pharmacy was 92,8% and in Z pharmacy was 40,0%. The dose accuracy of the compounded prescription at the three pharmacies is good (95,1-100,0%). There was no difference of prescription pattern, drug interactions and dose accuracy of compounded prescriptions in three pharmacies. There was a correlation between amount of drugs at one compounded prescription with amount of drugs interactions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2009
S32696
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Permata Aulia
"Metarhizium majus UICC 295 memiliki kemampuan menginfeksi serangga Oryctes rhinoceros Linnaeus, dan menggunakan tepung cangkang Crustacea yang mengandung kitin sebagai substrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan M. majus UICC 295 pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster 10% (b/v), 15% (b/v), 20% (b/v), dan 25% (b/v) dalam Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA) 10% (b/v), serta melihat kemampuan M. majus UICC 295 dalam menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat pada SDYA 10% menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar yang mengandung M. majus UICC 295 umur 7 hari ditumbuhkan pada variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dan diinkubasi dalam keadaan gelap pada suhu inkubasi 26,5°C selama 10 hari. Hasil menunjukkan M. majus UICC 295 tumbuh pada semua variasi konsentrasi tepung cangkang lobster dalam SDYA 10%. Morfologi koloni yang terbentuk bervariasi berdasarkan pigmentasi, sporulasi, dan kerapatan miselium. Ukuran diameter koloni terbesar rata-rata menunjukkan penurunan sebesar 18,77% dibandingkan diameter koloni pada SDYA 10%. Hasil SEM memperlihatkan pertumbuhan M. majus UICC 295 pada tepung cangkang lobster 10% dalam SDYA 10% dengan adanya miselia, konidia dan menyebabkan perubahan struktur tepung cangkang lobster yang ditandai dengan adanya rongga. Hasil penelitian mengindikasikan M. majus UICC 295 menggunakan tepung cangkang lobster sebagai substrat dan nutrien untuk pertumbuhan.

Metarhizium majus UICC 295 has the ability to infect Oryctes rhinoceros Linnaeus, and utilizes crustacean shells containing chitin as substrates. This study aims were to observe the growth of M. majus UICC 295 on lobster shell powder with various concentrations of 10% (w/v), 15% (w/v), 20% (w/v), and 25% (w/v) in 10% (w/v) Sabouraud Dextrose Yeast Extract Agar (SDYA), and to observe M. majus UICC 295 ability to utilize lobster shell powder as a substrate in 10% SDYA using a Scanning Electron Microscope (SEM). Block agar containing 7-days old M. majus UICC 295 was grown on various concentrations of lobster shell powder and incubated in the dark at 26.5°C for 10 days. The results showed that M. majus UICC 295 was able to grow in various lobster shell powder concentrations in 10% SDYA. Colony morphology showed variations in pigmentation, sporulation, and mycelium density. The largest average colony diameter size showed a 18.77% decrease compared to colony diameter in SDYA. The SEM results showed growth of M. majus UICC 295 on 10% lobster shell powder in 10% SDYA by the formation of mycelia and conidia, and changes in the lobster shell powder structure which were indicated by the presence of cavities. This study indicated that M. majus UICC 295 utilized lobster shell powder as a substrate and nutrient for growth."
Depok: Fakultas Matematika Dan ILmu Pengetahuan Alam, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>