Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Eko Wahyono
Jakarta: Kementerian Pertanian RI, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarmin
"Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan biji, setek,cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji memiliki tingkat keberhasilan yang yang keberhasilannya lebih rendah. Namun tingkat keberhasilan perbanyakan tanaman ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain cara perbanyakan, waktu melalkukan perbanyakan dan keterampilan pelaksana...."
Jakarta: Kementerian Pertanian RI, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Marwoto
"Pengembangan hortikultura menghadapi kendala serangan nema-toda parasitik yang menyebabkan kehilangan hasil cukup tinggi. Di Indonesia, kerugian hasil hortikultura akibat nematoda parasitik berkisar antara 20-40% dari total produksi per tahun. Salah satu cara pengendalian yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan ialah dengan menggunakan varietas tahan dikombinasikan dengan teknik pengendalian lainnya. Tingginya kebutuhan akan varietas tahan mendorong peningkatan investasi di bidang pemuliaan tanaman. Di Indonesia investasi di bidang pemuliaan tanaman meningkat 15-30%. Sasaran pengembangan varietas tahan ialah menekan kerapatan populasi nematoda pada tingkat yang tidak merugikan guna meningkatkan produksi, produktivitas, mutu hasil, dan daya saing produk hortikultura. Sasaran tersebut dapat dicapai dengan strategi sebagai berikut: (1) penggunaan varietas tahan dan teknik pengendalian lainnya dengan memerhatikan kelestarian lingkungan; (2) pengembangan sistem pemantauan populasi nematoda di lapangan; (3) diseminasi inovasi melalui sekolah lapang pengendalian hama terpadu; (4) pengembangan kerja sama pemuliaan partisipatif; dan (5) penguatan penelitian dasar di bidang biologi, ekologi, genetika, dan bioteknologi. Untuk meningkatkan investasi di bidang perakitan varietas tanaman dan perbenihan diperlukan penguatan penerapan sistem perlindungan varietas tanaman. Keberhasilan pengembangan industri pemuliaan tanaman sangat bergantung pada partisipasi masyarakat. "
Kementerian Pertanian RI, 2013
630 PIP 6:4 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurindah
"Pengendalian hayati merupakan akar dalam pengelolaan hama secara terpadu. Dalam pengendalian hayati serangga hama, parasitoid dan predator mempunyai peran sangat nyata dalam menjaga perkembangan populasi hama untuk selalu pada tingkat yang tidak merusak tanaman. Serangga hama merupakan salah satu kendala dalam proses produksi serat kapas, sehingga pengendalian hama merupakan kegiatan penting dalam budi daya tanaman kapas. Pemanfaatan parasitoid dan predator dalam program pengendalian hayati hama kapas terbukti dapat mengendalikan populasi hama secara efektif dan ramah lingkungan. Pemanfaatan parasitoid dan predator dilakukan dengan menerapkan tindakan konservasi dan augmentasi musuh alami dalam sistem budi daya kapas sejak awal pertumbuhan tanaman. Konservasi parasitoid dan predator dilakukan melalui peningkatan keanekaragaman vege-tasi dengan menerapkan pola tanam tumpang sari dan konsep ambang kendali dengan mempertimbangkan keberadaan musuh alami. Pemanfaatan parasitoid dan predator dalam pengendalian hama memungkinkan budi daya kapas tanpa insektisida kimia sintetis untuk mendapat hasil yang optimal."
Kementerian Pertanian RI, 2013
630 PIP 6:4 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Masganti
"Upaya peningkatan produksi pangan bersifat mutlak mengingat kebutuhan pangan terus meningkat sejalan dengan pertam-bahan jumlah penduduk. Masalah utama peningkatan produksi pangan di Indonesia adalah penurunan kapasitas produksi akibat alih fungsi lahan subur, degradasi kesuburan dan produktivitas lahan, serta ancaman variabilitas dan perubahan iklim. Sebagian besar lahan yang tersedia untuk perluasan area tanaman pangan adalah lahan suboptimal, seperti lahan gambut dan lahan sulfat masam. Upaya peningkatan produksi pangan pada lahan gambut dan lahan sulfat masam memerlukan pende-katan dan teknologi spesifik dan inovatif, yang dicirikan oleh peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi serta perbaikan lingkungan dan sosial budaya. Pemanfaatan lahan gambut dan lahan sulfat masam berpotensi besar mendukung peningkatan produksi pangan nasional. Arah pemanfaatannya adalah opti-malisasi lahan yang ada (eksisting) sebagai prioritas pertama serta lahan terdegradasi dan yang belum dimanfaatkan sebagai prioritas berikutnya, yang dikelola dalam sistem pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan berbasis inovasi. Peman-faatan lahan terdegradasi dapat melalui tiga alternatif, yakni dihutankan, ditanami tanaman hutan industri, dan digunakan untuk perkebunan atau tanaman pangan. Strategi pemanfaatan-nya meliputi redesain pengembangan dan kebutuhan teknologi, pemetaan kinerja kelembagaan pertanian dan aksesibilitas, percepatan mekanisasi pertanian dan model perencanaan pem-bangunan pertanian ramah lingkungan (m-P3RL), serta refo-kusing penelitian, pengkajian, pengembangan, dan penerapan."
Kementerian Pertanian RI, 2013
630 PIP 6:4 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Baehaki S. E.
"Pengembangan program pengelolaan hama terpadu (PHT) nasional sejak 1989 mampu meningkatkan produksi padi di Indonesia. Namun produksi padi tahun 2001-2006 mengalami pelandaian, berada di sekitar 54 juta ton per tahun. Pada tahun 2007 pemerintah melaksanakan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan target meningkatkan produksi 5% per tahun (2 juta ton/tahun). Salah satu upaya mencapai target produksi tersebut adalah dengan melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) melalui 60.000 unit sekolah lapang PTT (SL-PTT). Hasil evaluasi pada 2008 dan 2009 menunjukkan, produksi padi melonjak dari 54,45 juta ton pada tahun 2006 menjadi 57,16 juta ton pada 2007, dan pada tahun 2008 dan 2009 produksi masing-masing mencapai 60,33 dan 64,4 juta ton. PHT bertujuan untuk mencapai stabilitas produksi, sedangkan PTT untuk meningkatkan produksi, efisiensi penggunaan input, dan nilai ekonomi tanaman. PTT terdiri atas beberapa komponen, yaitu pengelolaan varietas padi terpadu, pengelolaan nutrisi tanaman terpadu, pengelolaan hama terpadu, pengendalian gulma terpadu, pengelolaan air terpadu, pengelolaan pestisida terpadu, sosial ekonomi, mesin pertanian, dan pascapanen. Dalam era pembangunan pertanian tangguh pada koridor otonomi daerah, diperlukan sinkronisasi antara pusat dan daerah dalam implementasi Permentan No. 45/2011 dan sinergisme antardisiplin ilmu dalam upaya meningkatan produksi dan kesejahteraan petani."
Kementerian Pertanian RI, 2013
630 PIP 6:4 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementerian Pertanian RI, 2016
338.1 IND s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Ditjen Tanaman Pangan. Kementerian Pertanian RI, 2015
371.3 IND s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library