Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6917 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henny Nurcahyani
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juliandra Nurtjahjo
"ABSTRACT
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda
perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, mempengaruhi semua aspek
kehidupan bangsa serta mempererat hubungan antar bangsa
Pentingnya fungsi transportasi tersebut tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan
jasa angkutan bagi mobilitas orang serta hareng dañ dan ke selunih pelosok tanah air. Disamping itu
transportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah
yang berpotensi namun belum berkembang, dalam upaya peningkatan dan pemerataan
pembangunan.
Pertumbuhan ekonorni sebesar 7.3% pada Pelita VI ini mendorong pettumbuhan akan
kebutuhan transportasi dalam negeri sebesar 6.9% pertahun untuk penumpang (orang) serta 8.8%
pertahun untuk barang. Hal ini akan mengalcibatkan frekuensi penerbangan perusahaan-perusahaan
penerbangan dalain negeti semakin meningkat yang kemudian dapat berdampak pada penambahan
jumlah pesawat terbang yang akan dioperasikan untuk melayani jalur-jalur tersebut.
Peningkatan frekuensi penerbangan dari para operator domestik yang sebagian besar
menggunakan pesawat jenis B737 menyebabkan utilisasi pesawat-pesawat tersebut meningkat pula
sehingga diperlukan frekuensi perawatan pesawat yang semakin sering (tinggi). Keberadaan
perusahaan perbengkelan atau pusat perawatan pesawat di dalam negeri khususnya untuk pesawat
jenis B737 sampai saat ini belum mampu atau dapat menampung dan mendukung pengoperasian
perusahaan penerbangan tersebut.
Belum mampunya perusahaan penerbangan domestik untuk merawat armadanya sendiri
disebabkan untuk mendirikan suatu repair station (inhouse capability) untuk pesawat terbang
dibutuhkan dana yang besar serta sumber daya manusa yang mempunyai kualifikasi tinggi. Kondisi
tersebut memberikan peluang bagi GMF untuk mengembangkan kapabilitasnya serta meningkatkan
utilisasi fasilitasnya terutama untuk pihak ketiga karena sampai saat ini kapasitas GMF yang terpakai
baru sekitar 30%.
Karya Akhir ini membahas dan menganalisa situasi baik dari eksternal maupun internal perusahaan (PT Garuda Indonesia & GMF) serta merencanakan suatu strategi pemasaran perawatan pesawat 13737 sehingga diharapkan dapat meraih potensi pasar perawatan B737 di domestik karena selama ini sebagian besar operator B737 domestik masih melakukan out sourcing perawatannya di pusat perawatan di luar negeri.
Permasalahan internal perusahaan (GMF) yang ada sekarang timbul dimana pada awalnya GMF dirancang hanya untuk merawat pesawat-pesawat milik Garuda Indonesia dan tidak menerima pekerjaan dan pihak ketiga sehingga untuk mengantisipasi permintaan perawatan pesawat
milik pihak ketiga, GMF perlu untuk merubah orientasinya yang semula product driven company menjadi customer/market driven company. Dalam menjabarkan salah satu strategi korporatnya, divisi teknik (GMF) telah menetapkan salah satu strategmya yaitu ?membudayakan orientasi kepada kepuasan pelanggan serta memasarkan GMF pada pasar domestik & regional? dalam hasil Raker 1996 Divisi Teknik.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut dan agar dapat menunjang strategi pemasaran GMF dalam rangka meraih potensi pass perawatan pesawat B737 di dalam negeri (domestik), perlu terlebih dahulu merubah kultur dan manajemen perusahaan ke arah service business sehingga karyawan menyadari pentingnya pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Hal tersebut dapat tercapai melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan parameter QCDSM (Quality, Cost, Deliveiy, Safety, Morale) dengan membangkitkan minat karyawan secara aktif sesuai dengan bidang tugasnya dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan perawatan pesawat, melibatkan karyawan di dalam merencanakan dan memutuskan persoalan sesuai dengan bidang tugasnya serta memberikan umpan baiik dan informasi sebagai bahan evaluasi berdasarkan pelaksanaan dan pelayanan perawatan pesawat. Selain itu menetapkan pola pendidikan yang selaiu mengikuti perkembangan teknologi pesawat terbang, meningkatkan kemampuan personil pemasar dan komitinen serta dukungan manajemen dalam kegatan pelayanan perawatan pesawat sehari-hari juga merupakan faktor penting penunjang keberhasilan strategi pemasaran dalam rangka meraih potensi
pasar perawatan perawatan pesawat B737 di dalam negeri (domestik).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Kurniawan
"ABSTRAK
Proyek pengembangan perangkat lunak memiliki karakteristik yang sedikit
berbeda dengan proyek pengembangan Iainnya seperti proyek pengembangan
perumahan, jalan tol, gedung bertingkat dll. Pada proyek pengembangan
perangkat lunak di awal proyek kedua belah pihak seringkali tidak mengetahui
secara detail seperti apa perangkat lunak yang akan dikembangkan. Hal ini
seringkali menimbulkan permasalahan-permasalahan pada saat pengembangan
perangkat lunak. Permasalahan-permasalahan yang sering dijumpai dalam
pengembangan perangkat lunak yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai
berikut:
. Realisasi penggunaan biaya, waktu, dan sumber daya manusia yang jauh
melebihi perencanaan semula;
. Produktífitas yang tidak sesuai dengan yang seharusnya;
. Kualitas yang tidak sesuai dengan krìteria yang ditentukan.
Referensi yang ada selama ini pada umumnya hanya membahas
bagaimana perangkat lunak dikembangkan dan sisi teknis rekayasa perangkat
lunak (software engineering). Pada karya akhir ini pembahasan akan dilakukan
dengan mencoba menjembatani antara teori-teori pengembangan perangkat lunak
dan teori-teori manajemen proyek dengan melihat penerapan praktisnya pada
suatu proyek pengembangan perangkat lunak.
Hasil pembahasan pada karya akhir ini adalah merupakan suatu alternatif
kerangka kerja yang dapat digunakan dalam melaksanakan proyek
pengembangan perangkat lunak. Kerangka kerja yang dimaksud mencakup
. Kerangka kerja penyusunan jadwal, biaya dan sumber daya manusia untuk
perencanaan pengembangan perangkat lunak;
. Kerangka kerja pelaksanaan pengembangan perangkat lunak, mencakup
Iangkah-Iangkah survei, unsur-unsur desain dan prototipe dan penyusunan
standar pengembangan perangkat lunak;
. Kerangka kerja pengendalian perangkat lunak berupa standarisasi sistem
pelaporan.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lampe, Nicodemus P.
"ABSTRAK
Dalam industri penerbangan komersial, sukses atau gagalnya sangat
tergantung kepada kualitas pelayanan yang diberikan kepada penumpang karena
satu-satunya yang langsung menilai mutu pelayanan. Pelayanan yang diberikan
oleh perusahaan penerbangan PT. Garuda Indonesia dibagi menjadi dua yaitu:
pelayanan darat : menangani masalah pre and post flight services seperti
reservation, ticketing, check-in penumpang, transit/connecting penumpang dan
baggage handling.
pelayanan udara : menangani masalah in-flight service yaitu memberikan
pelayanan di dalam pesawat kepada penumpang sejak boarding sampai dengan
penumpang turun di tempat tujuan dengan nyaman.
Pelayanan udara oleh awak kabin sangat memegang peran penting dalam
membentuk pandangan konsumen atau penumpang terhadap kualitas pelayanan
penerbangan secara keseluruhan, karena awak kabin melayani secara langsung
dan berkomunikasi dengan penumpang sebagai pengguna jasa. Dengan demikian
untuk bersaing dalam bisnis penerbangan maka PT. Garuda Indonesia harus dapat
menggunakan awak kabinnya memenuhi keinginan atau tuntutan pelayanan udara
yang diìnginkan oleh penumpang.
Berdasarkan hasil survey IRS (In-flight Research Survey) of Oxford posisi
PT. Garuda Indonesia diantara 10 perusahaan penerbangan yang berkantor pusat
di Asia Pasific secara rata-rata berada pada urutan ketujuh dari faktor-faktor
Penilaian : efficiency of meal service, friendliness of cabin crew, grace and style of service, sincerity and attitude of service dan quality consistency amongst staff
ini brarti bahwa PT. Garuda Indonesia masih belum dapat menggunakan awak
kabinnya memenuhì keinginan penumpang, yang berarti belum dapat
menggunakan kualitas pelayanan udara oleh awak kabin sebagai alat bersaing agar
menjadi penerbangan yang berkualitas menurut pandangan konsumen.
Agar kualitas pelayanan udara yang diberikan oleh awak kabin dapat
sesuai antara apa yang diharapkan penumpang dengan kenyataan yang diterima,
maka Dinas Awak Kabin PT. Garuda Indonesia harus mengetahui dengan benar
apa yang diinginkan oleh penumpang dan pelayanan udara oleh awak kabin. Jika
sudah diketahui maka dapat ditetapkan kebìjaksanaan mengenai pengelolaan
awak kabin sehingga akhirnya diimplementasikan untuk memberikan pelayanan
sesuai tuntutan penumpang.
Dari hasil analisa eksternal, internal, SWOT dan identifikasi key success
factor pada PT. Garuda Indonesia, untuk mendapatkan awak kabin yang bisa
memberikan peiayanan yang prima maka Dinas Awak Kabin harus memutuskan
dengan tepat mengenai:
Perencanaan awak kabin yaitu mengenai jumlah maupun kriteria yang
dibutuhkan. Untuk mendapatkan perencanaan yang baik harus
mempertimbangkan turnover awak kabin yang cukup besar sekitar 15 orang
setiap bulan, dan selalu mengadakan koordinasi dengan Dinas Pengembangan
Armada dan Dinas Pengembangan Pasar agar dapat diketahui jumlah kebutuhan
awak kabin.
Rekrutmen yaitu proses seleksi untuk mendapatkan calon awak kabut yang
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Kenyataan yang dihadapi oleh PT.
Garuda Indonesia adalah sangat sulit mendapatkan calon awak kabin yang
memenuhi nilai persyaratan Bahasa Inggris sehingga akhimya nilai yang
disyaratkan harus diturunkan.
Pendidikan dan Pelatihan vaitu program untuk mendidik calon awak kabin hasil
rekrutmen sehingga menghasilkan awak kabin yang mampu melayani keinginan
penumpang. Pendidikan dan Pelatihan untuk awak kabin PT. Garuda Indonesia
harus ditekankan pada penguasaan Bahasa Inggiis, kedisiplinan dan kemampuan
berkomunikasi interpersonal.
Penilaian prestasi kerja yaitu suatu evaluasi mengenai unjuk kerja dari awak
Kabin, sebagai dasar peningkatan jenjang awak kabin dan juga untuk
pengembangan program pendidikan dan pelatihan bagi awak kabin.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Loreta Lanasier
"ABSTRAK
Industri retail di Jakarta telah mengalami perkembangan yang pesat.
Semula retailer modern hanya merupakan alternatif pilihan tempat belanja bagi
masyarakat Jakarta, kini telah menjadi tempat yang tepat untuk berbelanja.
Didukung pula oleh munculnya berbagai mal atau pusat perbelanjaan modern
yang menyajikan konsep one-stop-shopping serta masuknya para retailer asing
yang umumnya masuk melalui sistem franchise.
Masuknya retailer asing menimbulkan pro kontra baik di kalangan para
pengamat industri retail maupun di dalam asosiasinya sendiri sehingga sempat
menimbulkan perpecahan antara kubu yang pro dan yang kontra.
Untuk mendukung pendapat bahwa dengan masuknya retailer asing
tidak akan mematikan retailer lokal, maka penulis mencoba membahas
permasalahan tersebut dengan mengambil subyek pada tiga department store,
yaitu Metro dan Seibu sebagai retailer asing dan Matahari sebagai retailer
lokal.
Berdasarkan hasil analisis, ternyata retail lokal dalam hal ini Matahari
tidak terlaiu banyak terpengaruh dengan masuknya Retail Asing karena pada
dasarnya pangsa pasar yang mereka bidik adalah berlainan. Retail Asing
membidik pasar atas sedangkan retail lokal membidik pasar menengah yang
besarnya 60%. Salah satu tujuan dari Retail asing masuk ke Indonesia adalah
untuk menjaring konsumen yang biasa pergi ke luar negeri untuk berbelanja,
maka dengan menyediakan merchandise yang ekslusif dan bertaraf
Internasional mereka berkeyakinan dapat mengalihkan tujuan belanja mereka,
sekaligus menawarkan suatu gaya hidup baru. Sedangkan Matahari untuk
menghadapi retail asing yang masuk berusaha untuk menguatkan diri pada
segmen yang sudah mereka kuasai tetapi juga merambah untuk melayani pasar
kelas atas dengan konsep yang sama sekali lain yaitu Galleria.
Keberhasilan strategi Matahari dapat dilihat dari kenyataan bahwa total
sales turn over untuk industri retail adalah sebesar Rp 5,3 trilyun dimana Rp 2
trilyun merupakan kontribusi dari Matahari
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Mabror
"ABSTRAK
Scktor perbankan merupakan transmisi utama pelaksanaan kebijakan moneter. Melalui sektor
perbankan. instrumen-instrumen moneter diarahkan untuk mempengaruhi besaran-bcsaran moneter.
Kebijakan perbankan meliputi langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh bank sentral
untuk mempengaruhi pcnawaran uang dalam perekonomian atau merubah tingkat bunga dengan
maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. Tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi
penawaran modal dan apabila tingkat bunga rendah akan lebih banyak penawaran modal dilakukan.
Dengan dernikian aktivitas sektor ñil dapat tetap dikendalikan pcmenntah melalul kebijakan moneter
yang dijalankan oleh Bank Indonesia.
Mengingat sedemikian pentingnya fungsi bank, maka adanya suatu industri perbankan yang
sehat dan tangguh merupakan hal yang sangat vital. Tanpa dukungan dari industri perbankan yang
sehat, sulit kiranya kebijakan moneter akan efektif dalam mendukung sasaran kebijakan ekonomi
makro pada khususnya dan sasaran pembangunan nasional pada umumnya.
Pengelolaan kegiatan usaha perbankan harus senantiasa didasarkan pada prinsip-prinsip kehati
hatian mengingat dana yang dlkelola bank adalah milik masyarakai Pengelolaan yang demikian
kiranya dapat menjaga kepercayaan rnasyarakat terhadap bank, di samping langkah tersebut juga
akan mengendalikan risiko. Hanya dalam keseimbangan antara kebebasan yang mendorong
perkembangan dan kehati-haúan yang menjaga efisiensi dan kesehatan, upaya mewujudkan industri
perbankan yang sehat, efisien dan tangguh akan terealisasi.
Beberapa pennasalahan di sektor perbankan sat ini masih dijumpai, antara lain adalah kredit
bermasalah dan bank bermasalah, ekspansi kredit yang berlebihan dan kecenderungan
meningkatnya kcsenjangan antara volume kredit perbankan dengan mobilisasi dari masyarakat.
Permasalahan-permasalahan ini menuntut perhatian para pengelola dan pihak yang terkait untuk:
bagaimana mengendalikan volume kredit perbaikan agar tetap dukimg tabungan masyarakat yang
memadai, selain produktifnya penggunaan - penggunaan dana itu sendiri. Mengingat sektor perbankan
masih mempunyai peran yang sangat dominan dalam sistem keuangan kita. Dalam kondisi seperti
ini, terganggunya sektor perbankan akan dapat menjurus pada timbulnya krisis keuangan, yang akan
merugikan perekononian secara keseluruhan.
Dalam kaitan dengan kredit bermasalah yang disirami bank-bank, Bank Indonesia telah
mengambil langkah-Iangkah yang pada dasarnya dapat digolongksn dalam tiga kategori, pertama
penyelesaian krcdit bermasalah yang ada, yaitu kewajban melaporkan kredit bermasalah tersebut
dan tindakan yang diambil bank dalam menyelesaikan kredit bermasalah tersebut agar tingkat
kesehatan bank membaik. Kedua, langkah-langkah mencegah timbulnya kredit bermasalah baru
dengan kewajiban bank melakukan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kreditnya. Ketiga,
langkah membina bank yang menghadapi kredit bermasalah melalui merger atau likuidasi.
Bank yang menghadapi problem kredit bermasalah bukan hanya kredit yang tidak tertagih
tersebut yang diderita, tetapi juga sebagian aktiva tidak dapat diberikan sebagai kredit karena
demikan untuk cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktifiiya. Dengan tertanamnya
sebagian aktíva produktif pada pencadangan penyisihan bank tidak leluasa untuk berekspsansi
memberikan kredítnya kepada para nasabah. Oleh karena itu perolehan keuntungan bank juga turut
dipengaruhi oleh kredit bermasalah yang dimiliki bank.
Komposísi portopolio kredit PT Bank X terdiri dari kredìt Lancar sebesar 30.81%, Kurang
Lancar 11.21%, Diragukan 34.82% dan Macet 23.13% Dengan portopolio krcdit yang sebagian
besarnya bermasalah, PT Bank X mencoba untuk bangkit dan bersaing dengan bank lain di dalam
persaingan yang semakin tajam, baik dalam menghimpun dana maupun dalam menyalurkannya. dalam bentuk kredit. Langkah-langkah yang penting dan perlu diambil PT Bank X adalah
menyelesaikan kredit bermasalahnya dan mencegah timbulnya kredit bermasalah baru.
Dalam mencegah timbulnya kredit bermasalah baru, aspek penting yang perlu dipertimbangkan
oleh PT Bank X adalah risiko kredit, dimana semakin besar risiko kredit tersebut semakin besar
pula kemungkìnan kredit menjadi bermasalah. Risiko kredit yang timbul dalam setiap pemberian
Kredit dapat dikurangi dengan membagi risiko (risk shining) kepada bank lain dan melakukan
analisis kelayakan berkredit nasabah dengan sebaik-baiknya. Pembagian risiko kredit kepada bank
lain dan meningkatkan akurasi analisis kelayakan krcdit nasabahnya dapat ditempuh oleh PT Bank
X dengan memberikan pinjaman kepada nasabahnya dalam bentuk pinjaman sindikasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulls dengan mewawancarai pihak yang menangani
pembukuan PT Bank X, diperoleh keterangan bahwa pemenuhan ketentuan Bank Indonesia cukup
baik. Pemenuhan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 11.54%, pelampauan Batas Maksimum
Pemberian Krcdit (BMPK) nasabahnya sebesar Rp.11.901.000.000 yang terbagi dalam 3 nasabah
individu, dan Loan to Deposit Ratio (LOR) sebesar 109,27%, menunjukkan bahwa PT Bank X
sebenarnya masih mampu untuk melakukan ekspansi kredit. Akan tetapi karena besarnya kredit
bermasalah dalam pencadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang harus dilakukan
demikian besar, menyebabkan aktiva produktif yang tertanam dalam kredit macet dan yang
digunakan dalarn pencadangan penyisihan penghapusan tersebut tidak dapat digunakan untuk
berekspansi.
Sehubungan dengan hal diatas, kredit sindikasi juga dapat membantu PT Bank X dalam
memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia sekaligus melakukan ekspansi kredit. Dengan
membagi kedit kepada peserta sindikasi Iainnya ketentuan BMPK kepada nasabah tidak terlampaui.
CAR dan LDR juga dapat terpenuhi karena Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) jika kredit
diberikan dengan cara sindikasi akan menjadi lebih kecil, sehingga PT Bank X dengan aktiva
produktif yang terbatas dapat terus memberikan pinjaman kepada nasabahnya tanpa melampaui
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia. Pembentukan penyisihan cadangan aktiva produktif
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Farid Majdi
"ABSTRAK
Selama beberapa tahun terakhir pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijaksanaan
untuk meningkatkan dan memperkuat daya saing ekonorni nasional. Beberapa kebijakan yang
berkaitan Iangsung dengan PT. Garuda Indonesia antara lain Undang-undang no.15 tabun 1992
tentang Penerbangan Nasional dan PP no. 4 tahun 1994 tentang Penanaman Modal Asing. Oleh
karena itu GA harus mengkaji dan mencermati clampak dan dikeluarkanya peraturan-peraturan
tersebut terhadap kesuksesan perusahaan.
Pertumbuhan angkutan kargo udara domestik yang cukup pesat merupakan peluang
bagi GA untuk meningkatkan pendapatan dari luar sektor produk inti (core product)
perusahaan. Angkutan kargo udara domestik untuk beberapa tahun ke depan diperkirakan
tumbuh sebesar l2% pertahun, Iebih tinggi dari angkutan penumpang yang rata-rata sebesar
5% pertahun. Persaingan memperebutkan pangsa pasar kargo domestik saat ini cukup ketat
dengan GA masih sebagai pemlinpin pasar yang pada tahun 1995 menguasai 73,61% kargo
inbound (ke Jakarta) dan 49,5% kargo outbound (keluar dan Jakarta). Tingginya pangsa pasar
ini tidak mencerminkan keadaan sebenarnya karena:
- Sebagian kargo inbound GA merupakan kargo transit.
- GA mempunyai ton km produksi lebih besar dan pesaing.
- GA mempunyai frekuensi ke kota-kota potensial lebih banyak dari maskapai lain
Ancaman terhadap kargo domestik GA antara lain datang dari maskapai penerbangan
dalam negeri yang semakin agresif mempromosikan produk kargonya. Sebagai contoh Sempati
Air dengan VIP-nya atau Merpati dengan Mega Cargo-riya, selain itu juga berasal dari
maskapai asing yang mernpunyai hak terbang ke 13 kola domestik. Hal ini bertambah dengan
adanya tekanan produk pengganti yang berupa model angkutan darat dan angkutan saut yang
pada banyak daerah merupakan model angkutan barang yang dominan.
Pertumbuhan pasar yang tinggi belum diikuti oleh pertumbuhan kargo domestik GA,
dan bahkan pada beberapa sektor kargo domestik GA mengalami penurunan yang cukup tajam.
Melalui analisis BCG Matrix diperoleh kesimpulan kargo dome:tik GA saat ini berada pada
posisi cash flow dengan pangsa pasar tinggi tetapi tingkat pertumbuhan rendah. Dengan strategi
yang komprehensif diharapkan dapat mcncapai posisi star dimana menguasai pangsa pasar dan
mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memenuhi permintaan pasar PT. Garuda
Indonesia harus mempertimbangkan penggunaan pesawat khusus kargo (freighter). Pemilihan
pesawat kargo yang digunakan harus disesuaikan dengan perencanaan armada (fleet plan)
untuk memudahkan dalam pengadaan awak pesawat dan jadwal perawatan. Selain itu GA harus
memikirkan bahwa dalam melakukan ekspansi rute tidak hanya berdasarkan potensi
penumpang semata tapi juga potensi kargo pada daerah tertentu.
Pembenahan sarana dan prasarana kargo harus mendapat prioritas dan pimpinan
perusahaan. PerÍuasan gudang, modernisasi peralatan handling dan uld dan pengadaan usaha
penunjang tidak bisa ditunda lagi mengingat semakin besarnya volume barang yang dikirim
melalui kargo udara. Demikian juga dengan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia (SDM) kargo GA harus dilakukan. Sebagian besar sumber claya manusia yang ada
sekarang diperkirakan tidak mampu Lagi bersaing dengan maskapai lain mengingat pendidikan
formal dan informal yang mereka peroleh tidak mernadai. Problem ini mendesak dipecahkan
mengingat penangan kargo dewasa ¡ni ?nenuntut kecepatan, ketepatan dan standar keamanari
yang semakin tinggi.
Selain itu segala upaya pembenahan di atas harus didukung oîeh suatu strategi yang
tepat dan menyeluruh. Penyusunan strategi pemasaran yang tepat merupakan suatu keharusan
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing dan kesuksesan unit kargo GA.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Makindo
"ABSTRAK
Berkembangnya teknologi dan perekonomian dunia dapat mengubah pola hidup masyarakat dan konsentrasi suatu jenis industri. Industri manufaktur kontainer termasuk salah satu jenis industri yang mengalami perubahan tersebut, diinana bermula dari Amerika Serikat, kemudian beralih ke Eropa, Asia Timur dan pada akhir dekade 1980-an berpindah ke Asia Tenggara.
Gejolak industri dan lingkungan sekitarnya dapat rnernpengaruhi perkenibangan industri manufaktur kontainer itu sendiri. Sejak masuk ke regional Asia Tenggara, gejolak lingkungan industri manufaktur kontainer terasa sangat fluktuatif, sehingga dalam kurun waktu kurang lebih setengah dekade telah memaksa beberapa perusahaan dalaiu industri ini untuk menutup usahanya.
PT ASPEC sebagai salah satu produsen kontainer berhadapan pada suatu kondisi untuk menentukan langkah langkah strategis yang harus diarnbil untuk menghadapi perubahan lingkungan inclustri tersebut, mulai dan yang bersifat placid sampai turbulen. Ada dua pilihan alternatif strategis yang dapat diambil, yaitu sebagai pembuat Konstruksi Baja Modular urituk keperluan perumahan atau inembuat Super Structure untuk keperluan industri otomotif medium to heavy duty.
Metoda QSPM dan AHP digunakan dalam melakukan analisis permasalahan yang ada. Hasil analisis menunjukkan bahwa PT ASPEC harus beralih produksi membuat Super Structure untuk keperluan industri otomotif mediunm to heavy duty."
1996
T4518
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ainin Muktirizka
"Maraknya bisnis ritel di Indonesia banyak ditandai dengan bermunculannya mal-mal dan tempat berbelanja lain. Perkembangan bisnis ini ternyata banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha asing dan lokal untuk menawarkan produk-produk internasional, baik melalui kerjasama lisensi ataupun franchise. Bentuk kerjasama franchise inilah yang dilakukan oleh PT.Pasaraya Nusakarya untuk menggandeng Seibu department store. Tempat belanja eksklusif yang juga menawarkan produk eksklusif menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengusaha. Mereka memahami potensi Indonesia, khususnya Jabotabek yang mengalami peningkatan jumlah penduduk pada segmen menengah keatas, terutama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada waictu lama mencapai 7% per tahun.
Cara masuk bisnis ritel asing memang masih termasuk dalam DNI (Daftar Negatif Investasi), sehingga dipilih bentuk franchise merk dagang, karena bentuk ini banyak memiliki kelebihan dibanding joint venture atau lisensi. Pengelola Jakarta-Seibu adalah PT. Pasaraya Nusakarya yang tetap memperoleh bantuan teknis dan pihak Seibu Jepang. Banyaknya entree bisnis ritel di Indonesia menuntut pengelolaan yang tepat dan strategis. Oleh karena itu penulisan karya akhir ini bertujuan untuk mengkaji pengelolaan bisnis serta memberi saran atau rekomendasi manajemen strategi menuju keberhasilan usaha Jakarta-seibu dalam menghadapi perdagangan bebas.
Jakarta-Seibu yang berlokasi di kompleks belanja Mega Pasaraya Blok-M menempati 4 lantai, dan resmi beroperasi bulan Oktober 1995. Di usianya yang masih muda, Jakarta-Seibu cukup baik dalam menghasilkan omzet penjualan, yaitu mencapai sekitar Rp.6,5 milyar dalam triwulan pertama tahun 1996. Namun angka tersebut masih sangat jauh dibanding dengan para pesaingnya, yaitu Metro dan Sogo department store, dan masih jauh pula dibandingkan target omset Seibu yang telah dìtetapkan, yaltu Rp 100 milyar dalam tahun 1996.
Sementara itu persaingan di bisnis ritel kelas ini dalam tahun mendatang akan semakin ketat. Banyak para pesaing dari Perancis, Jepang dan Amerika yang telah siap masuk ke Indonesia, diantararya Carrevor dan Mitsukoshi. Sehingga Jakarta-Seibu harus tepat mengambil langkah-langkah dalam strategi untuk terus berkembang atau minimal dapat bertahan di masa mendatang. Kondisi eksternal lain adalah adanya perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia dengan selera yang lebih tinggi, menjadi salah satu peluang bagi Jakarta-Seibu. Tetapi beberapa keadaan seperti akan berlakunya AFTA, APEC, ekspansi pesaing serta loyalitas konsumen kepada suatu tempat perbelanjaan, menjadi ancaman yang harus dihadapi industri ini, khususnya oleh Seibu. Disamping itu kondisi internal Jakarta-Seibu ternyata cukup baik dengan beberapa kekuatan yang dirniliki, antara lain lokasi, nama Seibu yang telah dikenal, serta kualitas pilihan produk, disamping kelemahan utama dalam hal kualitas sumberdaya manusia.
Analisa dalam merumuskan manajemen strategi bagi pengelolaan bisnis Seibu dilakukan berdasar metoda analisa strategis F.David (1995), dengan rnenggunakan analisa SWOT dan matriks EFE (External Factor Evaluation)/IFE (internal Factor Evaluation). Hasil yang diperoleh dari setiap matriks tersebut diplotkan dalam matriks IE (internal-External). jajaran nilai dalam matriks IE terbagi dalam 3 kelompok nilai, yaitu nilai tinggi atau kuat untuk kisaran nilai 3.00 hingga 4.00. Kisaran nilai 2.00 hingga 2.99 mengandung arti sedang atau rata-rata, dari kisaran nilai 100 hingga 1.99 berarti rendah atau lemah.
Nilai yang didapat untuk matriks EFE adalah 2.43 yang berarti Seibu dinilai memiliki kemampuan sedang atau cukup dalam menghadapi lingkungan luarnya. Sedang nilai total matirks IFE sebesar 2.79, berarti faktor-faktor internal yang dimiliki Seibu masih berada dalam kisaran nilai rata-rata, meskipun sedikit lebih kuat relatif terhadap kemampuan dalam menghadapi lingkungan luarnya. Dari kombinasi nilai EFE dan IFE, melalui matriks lE disarankan strategi yang perlu diambil adalah ?Hold and Maintain?. Formulasi strategi tersebut diwujudkan dalam tiga bentuk strategi, yaitu Strategi pengembangan produk, strategi positioning, strategi micro merchandising dan strategi keunggulan bersaing (relatif terhadap pesaing yang ada).
Dalam keempat strategi tersebut diatas, orientasi pada pelayanan merupakan hal yang paling penting dan termasuk dalam elemen pendukung seluruh strategi. Pelayanan akan tercakup mulai dan pengembangan produk, positioning, micro merchandising dalam bentuk memenuhi kemauan dan keinginan konsumen yang unik serta dalam meningkatkan nilai tambah. Dengan kata lain, Jakarta-Seibu perlu menekankan pelayanan yang dapat menimbulkan kepuasan pelanggan. Pelayanan merupakan salah satu faktor yang membuat suatu produk lebih bernilai, sekaligus memberikan citra perusahaan. Lebih jauh lagi, pelayanan yang superior dapat menjadi keunggulan bersaing karena membangun nilai/harga yang premium serta dapat meningkatkan pangsa pasar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdi Prayogi
"Bisnis properti real estat merupakan sektor yang memadukan dukungan pembiayaan yang bersifat jangka panjang. Tetapi, sampai saat ini, sektor properti real estat di Indonesia kebanyakan nasib sangat tergantung pada pendanaan yang berasal dan institusi depositori yang mendapatkan dananya melalui deposito yang bersifat jangka pendek. Masalah mismatch tersebut, kemudian dibarengi pula dengan rendahnya disintermediasi (penarikan dana keluar dan institusi depositori) yang akhirnya mengarah ke berkurangnya persediaan dana di inscitusi depositori. Hal ini mengakibatkan institusi depositori mengetarkan jumlah dan persyaratari pinjaman untuk sektor ini. Maka untuk mengatasi masalah rersebut, diperlukan sumber-sumber pembiayaan lainnya, sehingga sektor ini tidak rergantung pada institusi depositori semata. Salah saw alternacifriya adalah meLalui pasar mortgage.
Untuk mengembangkan pasar mortgage sekunder Indonesia?yang saat ini upaya mcmfasiitaskannya sedang dilakukan oleh pemenintah_?dapar digunakan model pasar mortgage sekunder Amenika Serikar. Hal ini disebabkan karena pasar mortgage sekunder Amerika Serikat celah berfungsi dengan baik, sehingga layak dijadikan acuan. Yang perlu diperhatikan adalah dalam hal penerapannya, yakni karena terdapatriya perbedaan kortdisi pasar finansial dan pasar real estat anrara Amerika Serikat dan Indonesia, maka penerapan model tersebut sebaiknya tidak dengan sederhana secara sama persis, melainkan disesuaikan denan kondisi yang terdapat di Indonesia.
Usaha mengembangkan pasar sektrnder ini sangat penting karena pengembangan pasar sekunder yang kuat akan berdampak kuat pula dalarn pengembangan pasar primernya-yakni pihak yang merninca dana untuk membeli rumah (peminjam)-meskipun pasar sekunder tersebut tentunya puga sangat tergantung pada kekonsistenan dan kesehatan produk di pasar primernya.
Apabila pasar mortgage prirnernya berkembang dengan sangat dinamis dan tumbuh pesar, maka hal ini berarti perminraan akan perumahan menjadi kuat. Permintaan yang menguat ini akan mengakibatkan berkembang pula industri yang menawarkan perumahan, yakni pengembang properti real estat. Apabila tiga kelompok partisipan pasar Perumahan yakni peminjam, investor, dan pengembang?berkembang dengan baik, maka pada akhirnya akan dapac membantu pemerintah dalam mencapai tujuan penyediaan perumahan yang layak dan terjangkau bagi masyarakatnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>