Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1014 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lathiful Alamsyah
"Pemerintah Indonesia, melalui Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003, memulai transformasi menuju e-government dengan menginisiasi Proyek Government Financial Management and Revenue Administration Project (GFMRAP). Salah satu perubahan terbesar dari proyek ini adalah implementasi Sistem Anggaran dan Perbendaharaan Negara (SPAN), yang mengadopsi aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP). SPAN bertujuan meningkatkan akuntabilitas, transparansi, efisiensi, dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Dalam proses ini, SPAN pertama kali diterapkan pada tahun 2014 dan mencapai implementasi penuh pada tahun 2015. Meskipun demikian, tantangan dan risiko kritis masih muncul dalam tahap pasca-implementasi, termasuk kebutuhan untuk pemutakhiran sistem guna memastikan keberlanjutan dan keandalan operasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan melakukan pemeringkatan faktor-faktor kunci yang mendukung kesuksesan pemutakhiran aplikasi SPAN, serta memberikan rekomendasi strategis berdasarkan faktor kunci tersebut. Penelitian menggunakan pendekatan mixed methods dengan studi kasus. Identifikasi faktor kunci dilakukan melalui Thematic Analysis (TA) terhadap data wawancara dan mencapai konsensus melalui Fuzzy Delphi Method (FDM). Sebanyak 24 faktor kunci berhasil diidentifikasi. Selanjutnya, Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menentukan prioritas dan bobot faktor-faktor tersebut. Hasil pemeringkatan menunjukkan bahwa faktor Top Management Commitment and Support memiliki bobot tertinggi, diikuti oleh faktor Testing and Quality Assurance dan Dedicated Development and Testing Environment. Berdasarkan hasil pemeringkatan, rekomendasi strategis disusun untuk mendukung keberhasilan pemutakhiran aplikasi SPAN. Penelitian ini memberikan kontribusi pada literatur faktor kunci kesuksesan pemutakhiran ERP di sektor pemerintahan.

The Indonesian government, through Presidential Instruction No. 3 of 2003, initiated its transformation toward e-government by launching the Government Financial Management and Revenue Administration Project (GFMRAP). One of the most significant changes resulting from this project was the implementation of the State Budget and Treasury System (SPAN), which adopts Enterprise Resource Planning (ERP) applications. SPAN aims to enhance accountability, transparency, efficiency, and effectiveness in managing national finances. Initially implemented in 2014 and fully operational by 2015, SPAN continues to face critical challenges and risks in its post-implementation phase, including the need for system updates to ensure operational sustainability and reliability. This research aims to identify and rank the key success factors for SPAN's system upgrade while providing strategic recommendations based on these factors. The study employs a mixed-methods approach using a case study design. Key factors were identified through Thematic Analysis (TA) of interview data and validated through a consensus-building process using the Fuzzy Delphi Method (FDM). A total of 24 key factors were successfully identified. Subsequently, the Analytical Hierarchy Process (AHP) was utilized to determine the prioritization and weighting of these factors. The ranking results indicate that Top Management Commitment and Support holds the highest weight, followed by Testing and Quality Assurance and Dedicated Development and Testing Environment. Based on these rankings, strategic recommendations were developed to support the successful upgrade of SPAN. This study contributes to the literature on key success factors for ERP system upgrades in the government sector."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Felix Richardo
"Kasus sengketa tanah merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada hukum terkait pertanahan di Indonesia, permasalahan tersebut timbul akibat perselisihan antar individu, individu berhadapan dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Permasalahan sengketa tentu membutuhkan penyelesaian melalui jalur mediasi atau gugatan yang dikenal melalui lembaga pengadilan negeri yang berkaitan dengan perdata atau pidana dan pengadilan tata usaha negara yang berkaitan dengan penerbitan sertipikat hak milik oleh pejabat Badan Pertanahan Nasional. Salah satu contoh kasus yang terjadi terdapat dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 158/K/TUN/2022 yang terjadi di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Pada kasus ini menganalisis bagaimana hubungan hukum sertipikat hak milik penggugat & milik tergugat dan riwayat penerbitan sertipikat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian doktrinal dengan tipologi eksplanatoris dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Dari analisis putusan tersebut dapat diketahui bahwa penggugat merupakan pemegang sertipikat tanah terbit lebih dahulu pada tahun 1982 yang dibeli dari Setia Arhiap seluas 48.330 m2 pada tahun 2006 nomor sertipikat 28243/Desa Limbung dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah Kabupaten Pontianak, dan atas dasar Akta Jual Beli dilakukan pemindahan nama kepada WP (Penggugat) di Kantor Pertanahan Nasional namun pada tahun 2017 telah diterbitkan sertipikat oleh Pejabat Kantor Pertanahan Kubu Raya atas nama NV seluas 7.500 m2 pada tahun 2017 dengan nomor 10112/Desa Limbung. Penggugat mengajukan gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Pontianak hingga Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta namun gugatan pada tingkat pertama dan tingkat banding tersebut ditolak sehingga penggugat mengajukan kasasi di Mahkamah Agung dan Mahkamah Agung berpendapat putusan di tingkat pertama dan banding adalah keliru dan membatalkan sertipikat milik tergugat serta mencoret dari daftar buku tanah.

Land disputes frequently occur in Indonesia, arising from conflicts between individuals, individuals versus groups, and groups versus groups. These disputes often require resolution through civil court involving civil or criminal case and administrative courts related to the issuance of land ownership certificates by officials of the National Land Agency. One notable case is found in the Supreme Court Decision Number: 158/K/TUN/2022, which took place in Sungai Raya District, Kubu Raya Regency. In this case, the author analyses correlation between the land ownership certificates of the plantiff and defendant, and whether the issuance history of the certificates complies with Government Regulation Number 24 of 1997 concerning Land Registration. This study employs a doctrinal research method with a explanatory typology, utilizing secondary data. From the analysis of decision, it is revealed the plaintiff holds and earlier land certificate issued in 1982, Purchased from Setia Arhiap, covering and area of 48,330 m2 in 2006 with certificate number 28243/Village of Limbung, in the presence of Land Deed Official Pontianak Regency. Based on the Sale and Purchased deed, the name was transferred to WP (the plaintiff) at the National Land Agency. However, in 2017, certificate was issued by the Kubu Raya Land Office in the Name of NV for an area 7,500 m2 with certificated number 10112/Village of Limbung. The Plaintiff filed a lawsuit at the Administrative Court of Pontianak, which was subsequently rejected by the High Administrative Court of Jakarta at both the first instance and appellate levels. The plaintiff then filed for cassation at the Supreme Court, which opined that the decisions at the both the first instance and appellate levels were erroneous, thus annulling the defendant certificate and striking it from the land book."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saidul Bahiy
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh penerapan sistem merit dengan independensi, keadilan, dan keterbukaan penyidik KPK, dan untuk mengetahui perbedaan independensi, keadilan, dan keterbukaan penyidik KPK sebelum dan setelah penerapan sistem merit pada saat perubahan undang-undang KPK. Untuk tujuan ini, studi ini menggunakan pendekatan penelitian campuran, mendistribusikan kuesioner dan melakukan wawancara dengan beberapa pegawai KPK. Jumlah responden yang direncanakan digunakan sebanyak 30 orang. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistika uji t test berpasangan, regresi dan juga analisis kualitatif sekuensial dilakukan untuk mengkonfirmasi hasilnya. Hasilnya membuktikan bahwa penerapan sistem merit pada saat perubahan undang-undang berpengaruh secara signifikan berdampak negatif pada aspek independensi, dan keterbukaan. Namun tidak berpengaruh signifikan pada aspek keadilan. Penelitian ini juga memberikan kontribusi terhadap bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan dalam upaya meningkatkan independensi, keadilan, dan keterbukaan aparat penegak hukum KPK.

This research aims to determine the effect of implementing the merit system on the independence, fairness and openness of KPK investigators, and to determine the differences in independence, fairness and openness of KPK investigators before and after implementing the merit system at the time of changes to the KPK law. For this purpose, this study uses a mixed research approach, distributing questionnaires and conducting interviews with several KPK employees. The planned number of respondents used was 30 people. Hypothesis testing was carried out using paired t test statistics, regression and also sequential qualitative analysis was carried out to confirm the results. The results prove that the implementation of the merit system when changes to the law have a significant negative impact on aspects of independence and openness. However, it does not have a significant effect on the justice aspect. This research also contributes to consideration for formulating policies in an effort to increase the independence, fairness and openness of KPK law enforcement officials."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Azahra Raditya Putri
"Laporan ini merupakan gabungan dari tiga penelitian yang berkelanjutan mengenai metode peramalan inflasi di Australia, yang dianalisis menggunakan pendekatan ekonometrika runtun waktu. Penelitian pertama menggunakan model ARIMA untuk meramalkan inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) di Australia untuk periode 2023Q1 hingga 2024Q4. Penelitian kedua mengeksplorasi dampak dinamis tingkat pengangguran dan suku bunga terhadap inflasi, menggunakan model ARDL dan fungsi respon impuls (IRF). Penelitian ketiga membandingkan model ARIMA dan V AR untuk peramalan inflasi, menilai keakuratan prediksi melalui data observasi. Hasil dari laporan ini menunjukkan bahwa model ARIMA efektif dalam peramalan jangka pendek, sementara model V AR menunjukkan stabilitas yang lebih baik dalam prediksi jangka panjang. Temuan ini memberikan wawasan penting bagi pembuat kebijakan untuk memahami dinamika variabel-variabel makroekonomi dan dampaknya terhadap tingkat inflasi dan kondisi perekonomian.
This report is a combination of three consecutive research studies on inflation forecasting methods in Australia, analyzed using a time series econometrics approach. The first study utilizes the ARIMA model to forecast Consumer Price Index (CPI) inflation in Australia for the period 2023Q1 to 2024Q4. The second study explores the dynamic impacts of unemployment rates and cash rates on inflation, employing ARDL models and impulse response functions (IRFs). The third study compares ARIMA and V AR models for inflation forecasting, evaluating predictive accuracy through observed data. The results indicate that ARIMA models are effective for short-term forecasting, while V AR models exhibit greater stability in long-term predictions. These findings provide valuable insights for policymakers to understand the dynamics of macroeconomic variables and their impacts on inflation and the economy condition.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sheilla Fatima Az-Zahra
"Implementasi keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di Indonesia masih rendah, sehingga penting dilakukan pelaksanaan supervisi oleh kepala ruangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pelaksanaan supervisi dengan implementasi keselamatan pasien di rumah sakit. Metode penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik total sampling terhadap 131 perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan 50 item. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dengan tendensi sentral dan proporsi serta analisis bivariat dengan uji spearman correlation. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan signifikan antara implementasi keselamatan pasien dengan pelaksanaan supervisi (p=0.001; r=0.290). Semakin baik kepala ruangan melakukan supervisi akan semakin baik perawat pelaksana melakukan implementasi keselamatan pasien, sehingga prinsip supervisi yang sudah baik harus dipertahankan bahkan ditingkatkan.

The implementation of patient safety by primary nurse in Indonesia is still low, it is important to carry out supervision by the head nurse. This study aims to identify the correlation between the implementation of supervision and the implementation of patient safety in hospitals. The research method uses a cross sectional approach. The research sample was taken using a total sampling technique from 131 primary nurse who worked in the inpatient ward. The data collection tool used a questionnaire with 50 items. The collected data was analyzed univariately with central tendency and proportions and bivariate analysis with the pearson correlation test. The results of this study show a significant correlation between the implementation of patient safety and the implementation of supervision (p=0.001; r=0.290). The better supervision done by the head nurse makes the better implementation of patient safety by the primary nurse, so that the principles of good supervision must be maintained and even improved."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rapha Destrida
"Hukum perkawinan Indonesia mengatur syarat umur perkawinan yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu 16 (enam belas) tahun bagi perempuan, dan 19 (sembilan belas) tahun bagi laki-laki. Namun, pada tahun 2019, syarat umur tersebut mengalami peningkatan melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019, yaitu 19 (sembilan belas) tahun bagi laki-laki maupun perempuan. Peningkatan syarat umur tersebut bertujuan untuk menghindari diskriminasi terhadap perempuan, serta menekan angka perkawinan anak di Indonesia. Namun, tujuan tersebut tidak sepenuhnya tercapai karena peningkatan syarat umur hanya berlaku efektif untuk menghindari diskriminasi terhadap perempuan, tetapi tidak berlaku efektif dalam menekan angka perkawinan anak di Indonesia. Terdapat peningkatan angka perkawinan anak di Indonesia yang ditinjau dari adanya lonjakan drastis terhadap angka kasus dispensasi perkawinan setelah berlakunya peningkatan syarat umur tersebut. Dispensasi perkawinan merupakan suatu pengecualian terhadap pemenuhan syarat umur, sehingga mereka yang belum mencapai syarat umur dapat melangsungkan perkawinan. Dispensasi perkawinan tersebut dapat diberikan melalui permohonan yang diajukan oleh orang tua calon suami atau isteri ke Pengadilan. Lebih lanjut, dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019, diatur bahwa dalam mengajukan dispensasi perkawinan diperlukan adanya “alasan sangat mendesak” sebagai latar belakang pengajuan yang disertakan bukti-bukti cukup. Meskipun demikian, tidak diatur lebih lanjut mengenai batasan dari frasa “alasan sangat mendesak” tersebut, yang menimbulkan ragam tafsiran bagi masyarakat dalam mengajukan permohonan dispensasi perkawinan, maupun bagi Hakim dalam mengadili permohonan dispensasi perkawinan. Penelitian ini disusun menggunakan metode penelitian doktrinal yang berisi analisis pertimbangan Hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi perkawinan atas alasan sangat mendesak terhadap 2 (dua) penetapan yaitu Penetapan Nomor 270/Pdt.P/2022/PN Mnd dan Penetapan Nomor 41/Pdt.P/2022/PN Gin, dan selanjutnya 2 (dua) analisis penetapan tersebut akan dibandingkan. Lebih lanjut, penelitian ini juga akan membahas tafsiran Hakim mengenai frasa “alasan sangat mendesak” melalui observasi langsung yang dilakukan Penulis kepada Hakim.

Indonesian marriage law originally regulates the age requirements for marriage at 16 (sixteen) for women and 19 (nineteen) for men through Law Number 1 of 1974 on Marriage. However, in 2019, Law Number 16 of 2019 raised the age requirements to 19 (nineteen) years old for both gender. The increase was aimed to avoid discrimination against women and as an effort to suppress child marriage rates in Indonesia. However, this goal has not been fully achieved due to the ineffectiveness in suppressing the child marriage rates in Indonesia. This can be seen from the sharp rise in the number of marriage dispensation cases after the implementation of the increase in the age requirement. Marriage dispensation is an exception to the fulfillment of marriage age requirement, which allows those who have not reached the age requirement to marry. Marriage dispensation can be granted through an application submitted by the parents of the prospective bride or groom to the court. Furthermore, article 7 paragraph (2) of Law Number 16 of 2019 stipulates that a “very urgent reason” must be provided as the basis for the dispensation application. However, there are no further regulations regarding the limitation of the phrase “very urgent reason”, which has led to various interpretations by the public in applying marriage dispensations, as well as by Judges in determining the marriage dispensation applications. This research is conducted using doctrinal research methods, which analyze the considerations of Judges in granting marriage dispensation application based on “very urgent reason” in 2 (two) court orders, namely Court Order Number 270/Pdt.P/2022/PN Mnd and Court Order Number 41/Pdt.P/2022/PN Gin, followed by comparison of the 2 (two) court orders. Additionally, this research will discuss the Judge’s interpretation of the phrase “very urgent reason” through direct observation conducted by the author with the Judge."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Novita Hervianti
"Penelitian ini membahas regulasi threshold dalam notifikasi merger dan akuisisi di Indonesia dan Amerika Serikat, dengan fokus pada efektivitasnya dalam mendukung persaingan usaha yang sehat. Threshold notifikasi adalah batas nilai transaksi yang menentukan kewajiban pelaporan kepada otoritas pengawas persaingan usaha. Di Indonesia, threshold ditetapkan melalui PP No. 57 Tahun 2010, dengan nilai aset minimal Rp2,5 triliun dan nilai penjualan minimal Rp5 triliun. Namun, nilai ini belum mengalami perubahan sejak diberlakukan, sehingga relevansinya menurun akibat pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Sebaliknya, Amerika Serikat mengatur threshold melalui Hart-Scott-Rodino Act, yang diperbarui setiap tahun berdasarkan Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index untuk mencerminkan perubahan pasar. Penelitian ini menggunakan metode hukum normatif dengan pendekatan deskriptif dan perbandingan. Data sekunder berupa undang-undang, peraturan pemerintah, jurnal ilmiah, serta pandangan ahli dianalisis untuk memahami regulasi threshold di kedua negara dan dampaknya terhadap persaingan usaha. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa threshold tetap di Indonesia berpotensi menciptakan beban administratif yang tidak perlu dan menghambat efektivitas pengawasan. Oleh karena itu, disarankan agar Indonesia mengadopsi mekanisme penyesuaian threshold secara berkala untuk menjaga relevansi kebijakan dengan kondisi pasar terkini, mendukung persaingan usaha yang sehat, dan meminimalkan beban administratif bagi pelaku usaha kecil dan menengah.

This study examines the regulatory framework for merger and acquisition notification thresholds in Indonesia and the United States, focusing on their effectiveness in promoting healthy market competition. Notification thresholds define the transaction value limits that mandate reporting to competition authorities. In Indonesia, thresholds are stipulated by Government Regulation No. 57 of 2010, with a minimum asset value of Rp2.5 trillion and a minimum sales value of Rp5 trillion. However, these values have remained unchanged since their enactment, reducing their relevance due to economic growth and inflation. Conversely, the United States regulates thresholds through the Hart-Scott-Rodino Act, which is updated annually using the Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index to reflect market changes.This study employs normative legal methods with a descriptive and comparative approach. Secondary data, including laws, government regulations, academic journals, and expert opinions, are analyzed to understand the threshold regulations in both countries and their impact on market competition. The study concludes that static thresholds in Indonesia risk creating unnecessary administrative burdens and hindering effective oversight. It recommends that Indonesia adopt a periodic threshold adjustment mechanism to maintain policy relevance, support healthy competition, and minimize administrative burdens for small and medium enterprises."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Fadhilah
"Kota Jakarta Selatan adalah salah satu kota yang memiliki kawasan bisnis terbesar yaitu Sudirman Central Business District (SCBD). Hal ini meningkatkan urbanisasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk. Sehingga Kota Jakarta Selatan mengalami peningkatan lahan terbangun yang mencapai 20% dalam 30 tahun terakhir. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Jakarta Selatan berupaya membangunan kota yang berketahanan iklim, sehingga penting melakukan kajian terhadap fenomena iklim diperkotaan salah satunya dari Urban Heat Island (UHI). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akurasi algoritma machine learning dalam memprediksi Urban Heat Island, menganalisis pola spasio-temporal Urban Heat Island dan menganalisis pengaruh karakteristik wilayah pada pola spasio-temporal Urban Heat Island di Kota Jakarta Selatan Tahun 2020-2024. Dengan menggunakan pendekatan machine learning, tiga algoritma dengan metode regresi digunakan untuk memprediksi Urban Heat Island. Data yang digunakan berupa data Landsat 8 OLI/TIRS dan survei lapangan untuk validasi. Hasil menunjukkan bahwa algoritma dengan akurasi terbaik adalah Random Forest (RF), yang menghasilkan Urban Heat Island dengan pola spasio-temporal yang mengelompok dan meningkat dalam periode tahun 2020-2024. Karakteristik wilayah diketahui memiliki pengaruh terhadap pola spasio-temporal Urban Heat Island. Karakteristik wilayah yang berpengaruh paling tinggi adalah kepadatan penduduk, dan yang berpengaruh paling rendah adalah kecerahan lahan.

South Jakarta City is one of the cities that has the largest business district, Sudirman Central Business District (SCBD). This increases urbanization which drives economic growth and population increase. So that South Jakarta City has experienced an increase in built-up land which has reached 20% in the last 30 years. Therefore, the South Jakarta City Government seeks to develop a climate resilient city, so it is important to conduct a study of urban climate phenomena, one of which is from the Urban Heat Island (UHI). This research aims to analyze the accuracy of machine learning algorithms in predicting Urban Heat Island, analyze the spatio-temporal pattern of Urban Heat Island and analyze the influence of regional characteristics on the spatio-temporal pattern of Urban Heat Island in South Jakarta City in 2020-2024. By using a machine learning approach, three algorithms with regression methods are used to predict Urban Heat Island. The data used are Landsat 8 OLI/TIRS data and field surveys for validation. The results show that the algorithm with the best accuracy is Random Forest (RF), which produces Urban Heat Island with a clustering and increasing spatio-temporal pattern in the period 2020-2024. Regional characteristics are known to have an influence on the spatio-temporal pattern of Urban Heat Island. The most influential regional characteristic is population density, and the least influential is land brightness."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jordy Oktobiannobel
"Pendahuluan: Role Model dalam pendidikan kedokteran tidak hanya penting dalam meningkatkan pembelajaran, tetapi juga memengaruhi pilihan tempat tinggal dan karir mahasiswa. Karir mahasiswa kedokteran yang dapat dipilih salah satunya adalah menjadi dokter spesialis. Saat ini 30 provinsi di Indonesia masih kekurangan dokter spesialis dan studi memperlihatkan role model memiliki pengaruh dalam pilihan karir dokter spesialis. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap role model dan pemilihan karir dokter spesialis.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan alat ukur kuesioner yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harun dkk. Instrumen telah melalui tahapan validasi, dimulai dari tahap telaah ahli oleh 6 panel ahli dan wawancara kognitif kepada 10 mahasiswa, Berikutnya dilakukan uji pilot kepada 30 mahasiswa dan analisis faktor yang melibatkan 170 mahasiswa, untuk kemudian dilakukan analisis kuantitatif untuk mengukur atribut persepsi role model yang berpengaruh pada pilihan karir dokter spesialis.
Hasil: Berdasarkan analisis faktor didapatkan 11 indikator persepsi mahasiswa terhadap dosen sebagai role model dan didapatkan seluruh faktor valid dengan faktor loading >0,45 dan reliabel dengan cronbach alpha 0,875. Terdapat 3 indikator persepsi dengan skor tertinggi, yaitu cara mengajarkan materi yang sulit agar dapat dimengerti, keterampilan klinis dan pengetahuan klinis. Hasil uji statistik memperlihatkan hubungan antara memiliki role model dengan keinginan memilih karir dokter spesialis (p value <0,05), terdapat hubungan antara cara dosen menghargai junior/mahasiswa, cara mengajarkan materi yang sulit agar dapat dimengerti dan keterampilan klinis dosen dengan mahasiswa memiliki role model (p value <0,05), serta terdapat hubungan antara cara dosen merespon kebutuhan mahasiswa dan keterampilan klinis dosen dengan keinginan memilih karir dokter spesialis (p value <0,05).
Kesimpulan: Penelitian ini memperlihatkan persepsi mahasiswa dalam mempertimbangkan pemilihan role model menunjukkan indikator keterampilan klinis secara konsisten selalu muncul baik dalam skoring kuesioner, maupun analisis statistik. Penelitian ini juga telah menghasilkan suatu kuesioner yang valid dan reliabel.

Introduction: Role models in medical education are not only important in improving learning, but also influence students' choices of residence and career. One of the careers that medical students can choose is to become a specialist doctor. The current condition of Indonesia is that 30 provinces still lack specialist doctors and several literatures show that role models have an influence on the career choices of specialist doctors. The purpose of this study was to see the relationship between students' perceptions of role models and the choice of specialist doctor careers.
Method: This study used a cross-sectional design with a questionnaire measuring instrument adapted from previous research conducted by Harun et al. which were validated through various stages, starting from expert review by 6 expert panels and cognitive interviews with 10 students. Then a pilot test was conducted on 30 students and factor analysis was conducted involving 170 students, of which the data was then subjected to quantitative analysis to measure the role model perception attributes that influence the career choices of specialist doctors.
Result: Based on factor analysis, 11 indicators of student perceptions towards lecturers as role models were obtained, all factors were valid with loading factors >0.45 and reliable with a Cronbach alpha of 0.875. There were 3 perception indicators with the highest scores, namely how to teach difficult material so that it can be understood, clinical skills and clinical knowledge. The results of statistical tests showed a relationship between having a role model and the desire to choose a specialist doctor career (p value <0.05), there was a relationship between the way lecturers respect juniors/students, how to teach difficult material so that it can be understood and the clinical skills of lecturers with students having role models (p value <0.05), and there was a relationship between the way lecturers respond to student needs and the clinical skills of lecturers with the desire to choose a specialist doctor career (p value <0.05).
Conclusion: This study shows that clinical skills indicators consistently appears, both in questionnaire scoring and statistical analysis, as a factor which relates to students' perceptions in considering a role model. This study has also produced a valid and reliable questionnaire.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nalar Gramsia Budiman
"Pengalaman kekerasan terhadap perempuan pendamping korban/penyintas kekerasan seksual di lingkungan universitas belum banyak didokumentasikan dalam penelitian sosial. Alih-alih mendapatkan dukungan karena sudah mendampingi korban/penyintas kekerasan seksual, para perempuan pendamping korban/penyintas kekerasan seksual ini justru mengalami kekerasan, yang salah satunya dilakukan oleh institusi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor, pengalaman, dan dampak dari kekerasan yang dialami perempuan pendamping korban/penyintas kekerasan seksual di lingkungan universitas dengan menggunakan teori feminis radikal. Penelitian ini merupakan penelitian feminis naratif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap enam perempuan pendamping korban/penyintas kekerasan seksual di Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini menemukan bahwa nilai-nilai patriarki dan neoliberal di universitas menciptakan kondisi yang menindas perempuan pendamping korban/penyintas kekerasan seksual. Ancaman, intimidasi, rumor, hingga kekerasan fisik yang dialami oleh partisipan penelitian ini merupakan upaya kontrol yang dilakukan oleh laki-laki yang merasa terancam oleh perlawanan perempuan pendamping. Selain itu, universitas yang memprioritaskan reputasi demi keuntungan finansial juga melakukan kekerasan sebagai upaya kontrol untuk menghindari risiko publikasi negatif yang akan memengaruhi keuntungan finansial. Penelitian ini melihat bahwa pada dasarnya kekerasan yang dialami oleh perempuan pendamping korban/penyintas kekerasan seksual merupakan bentuk kontrol yang dilakukan oleh laki-laki, baik secara individu maupun secara institusi. Penelitian ini menemukan bahwa kekerasan yang dialami perempuan pendamping perempuan korban/penyintas kekerasan seksual menimbulkan dampak berupa perlukaan, seperti rasa takut, khawatir, dan ingin menyerah. Meski begitu, kekerasan yang mereka alami juga menumbuhkan amarah dan resistensi yang semakin menguatkan perlawanan mereka.

The experiences of violence faced by women supporting victims/survivors of sexual violence in university settings have not been extensively documented in social research. Rather than receiving support for advocating victims/survivors, these women often become targets of violence themselves, some of which is perpetrated by the institution itself. This study examines the factors, experiences, and impacts of violence encountered by women advocates for sexual violence victims/survivors in universities, using radical feminist theory as its framework. The research adopts a feminist narrative approach, conducting in-depth interviews with six women advocating victims/survivors of sexual violence at Universitas Indonesia. The findings reveal that patriarchal and neoliberal values within universities create oppressive conditions for these women. Threats, intimidation, rumors, and even physical violence experienced by participants are strategies of control employed by men who feel threatened by the resistance of these women. Furthermore, universities, driven by a desire to protect their reputation for financial gain, also engage in violence as a form of control to avoid the risk of negative publicity that could affect their profitability. The study highlights that the violence experienced by women advocates of victims/survivors of sexual violence is fundamentally a form of control exercised by men, both individually and institutionally. This violence results in harm, including feelings of fear, anxiety, and the desire to give up. However, it also fuels anger and resistance, ultimately strengthening their determination to continue their fight against injustice."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>