Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elza Ibrahim
"Karsinoma sel skuamosa mulut merupakan akibat dari akumulasi perubahan-perubahan pada pembangkit dan penghambat jalur seluler. sedang karsinogenesis adalah suatu proses multitahap dimana pada serangan awel menimbulkan mutest gen- gen proliferasi dan tahap berikutnya menimbulkan lebih banyak lagi mutasi gen. Karsinoma sel skuamosa mulut merupakan suatu Jenis tumor mallgnan yang paling sering terjadi di rongga mulut, perkembangan tumor ini terjadi akibat terdapatnya ketidakseimbangan antara proliferasi dan apoptosis serta tidak atau kurang berfungsinya gen supresor metastasis. Pada penelitian ini, telah dilakukan pulasan imunohistokimia terhadap 33 kasus-kasus karsinoma sel skuamosa mulut dengan hasil terdapatnya positif/tes sebanyak 63,6% terhadap antibodi anti PCNA dari Santa Cruz (gen penande prolifarasi). Agaknya masih terlalu awal untuk mengambil kesimpulan yang lebih terarah pada penelitian ini, mengingat masih harus diteruskan perhitungan-perhitungan dan uji kemaknaan statistiknya, dalam upaya menguak karakteristik blologik karsinogenesis KSSM di Indonesia."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Pediarahma
"Latar belakang: Aloe vera adalah tanaman yang telah banyak digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya dalam penyembuhan ulserasi. Namun, belum ada penelitian yang menguji pengaruh bagian kulit Aloe vera dalam penyembuhan ulserasi mukosa mulut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit Aloe vera dalam mempercepat penyembuhan ulserasi mukosa mulut.
Metode: Penelitian ini menggunakan 12 ekor tikus Sprague Dawley, yang dibagi dalam 4 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol (3 ekor), kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 6.25% (3 ekor), kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 12.5% (3 ekor), dan kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 25% (3 ekor). Daerah aplikasi adalah mukosa labial rahang bawah. Pada hari pertama kelompok kontrol dan perlakuan diaplikasikan H2O2 10% 3 X 5 menit dengan interval 5 menit, setiap hari selama 3 hari berturut-turut untuk menimbulkan ulserasi. Pada hari ke-4, 5 dan 6, kelompok kontrol diaplikasikan NaCl 0.9%, kelompok perlakuan diaplikasikan ekstrak kulit Aloe vera sebanyak 3 X 5 menit, dengan interval 90 menit. Pada hari ke-7 dan ke-9, satu ekor tikus dari tiap-tiap kelompok dimatikan dan dibuat sediaan mikroskopiknya, sementara sisanya tetap diberi perlakuan. Pada hari ke-11 seluruh sisa tikus dimatikan dan dibuat sediaan mikroskopiknya. Penilaian dilakukan secara mikroskopik dengan menggunakan metode skoring modifikasi Schlossberg A dan Ferigino PD serta Eda dan Fukuyama.
Hasil: Ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25%, 12.5%, dan 25% dapat menurunkan tingkat peradangan ulserasi mukosa mulut, sehingga mempercepat proses penyembuhannya. Secara statistik, uji Mann-Whitney pada tiap kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0.05).
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25% adalah konsentrasi terkecil yang efektif dalam mempercepat penyembuhan ulserasi mukosa mulut.

Background: Aloe vera has been known as traditional treatment for many health problems, one of them is for ulceration healing. However, there has not been a research about the effect of outer leaf of Aloe vera on oral mucous ulceration healing.
Objectives: This research?s intention is to find out the effect of Aloe vera outer leaf extract on Healing acceleration of oral mucous ulceration.
Methods: Twelve Sprague Dawley rats were used in this research, and divided into 4 groups: control group with NaCl 0.9% (3 rats), concentration 6.25% group (3 rats), concentration 12.5% group (3 rats), and concentration 25% group (3 rats). The application area is mandible labial oral mucous. On the first day, each rat received application of hydrogen peroxide 10% 3 x 5 minutes, with 5 minutes interval, for 3 days to create the ulceration. On day 4th, 5th and 6th, each group received their own application 3 x 5 minutes, with 90 minutes interval. On day 7th and 9th one of the rat in each group were taken and the microscopic preparatory were made, while the rest of the rats were receiving the same application. On the day 11th, All the rats remain were taken and the microscopic preparatory were made. Microscopic examination was done by scoring using modification of Schlossberg & Ferigino and Eda. S & Fukuyama methods.
Result: Aloe vera outer leaf extract 6.25%, 12.5%, and 25%, reduce the inflammation, thus accelerate the healing process of oral mucous ulceration. Statistically with Mann-Whitney test showed that there are significant differences among each group (p<0.05).
Conclusion: Based on this research, it can be concluded that Aloe vera outer leaf extract 6.25% is the lowest concentration that is effective for accelerating oral mucous inflammation."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armalia Iriano
"Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri penyebab penyakit periodontal. Aloe vera memiliki khasiat antibakteri karena kandungan senyawa fenol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas antibakteri Aloe vera terhadap Porphyromonas gingivalis. Dilakukan metode ekstraksi maserasi dan infundasi terhadap Aloe vera untuk menarik senyawa aktif antibakteri. Uji antibakteri dilakukan dengan metode dilusi (KHM dan KBM) dan difusi (zona hambat).
Hasil metode dilusi menunjukkan nilai KHM sebesar 70% dan tidak terdapat nilai KBM. Sedangkan, metode difusi menunjukkan zona hambat tertinggi sebesar 1,75 mm pada konsentrasi 90%. Kesimpulan, infusum lidah buaya mengandung senyawa aktif fenol, tanin dan antrakuinon serta memiliki sifat bakteriostatik dan tidak bersifat bakterisidal terhadap Porphyromonas gingivalis secara in vitro.

Porphyromonas gingivalis is the main etiologic agent of periodontal disease. Aloe vera has antibacterial effect because of its phenolic compound. The aim of this study is to investigate the antibacterial effectivity of Aloe vera on Porphyromonas gingivalis. The study was performed by extracting Aloe vera using maceration and infusion extraction methods in order to attract the antibacterial active compounds. The test method of the antibacterial effect was carried out by dilution method (MIC and MBC) and diffusion method (inhibition zone).
The results of dilution method showed that MIC value was at 70% concentration while MBC value could not be determined. The largest inhibition zone of the diffusion method was 1,75 mm at 90% concentration. In summary, Aloe vera infuse contained antibacterial active compounds such as phenol, tannin and anthraquinone and showed bacteriostatic effect on Porphyromonas gingivalis, in vitro."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
R20-OB-446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhia Anindhita Harsas
"Latar Belakang: Penggunaan material graft sintetik (alloplast) berbentuk pasta telah menjadi alternatif untuk meregenerasi defek tulang dengan akses yang sulit. BATAN saat ini telah memproduksi pasta graft tulang Injectable Bone Xenograft (IBX), Injectable Hydroxyapatite-Chitosan (IHA-C), dan Injectable Hydroxyapatite (IHA). Namun, biokompatibillitas produk-produk tersebut belum teruji secara in vitro.
Tujuan: Mengetahui efek toksik pemberian pasta IBX, IHA-C, dan IHA 1%, 0,5%, dan 0,25% terhadap kultur sel-sel osteoblast berdasarkan viabilitas sel.
Metode: Sel-sel osteoblast (MG 63) dikultur dalam medium lengkap (5% CO2, 37oC) hingga confluent. Selanjutnya sel-sel tersebut dimasukkan ke dalam 96 wells-plate dan diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan uji MTT dengan memaparkan ketiga pasta dengan konsentrasi 1%, 0,5%, dan 0,25% pada kelompok perlakuan selama 4 jam, sedangkan kelompok kontrol tidak dipaparkan apapun. Kemudian, dilakukan pembacaan menggunakan microplate reader, panjang gelombang 490 nm.
Hasil: Viabilitas sel pada kelompok perlakuan IBX 0,25% (108,20% ± 8,85%), IHA-C 0,25% (112,01% ± 4,23%) dan IHA 0,25% (115,02% ± 4.37 %) memiliki persentase tertinggi dalam masing-masing kelompoknya. Menurut analisis statistik one way ANOVA perbedaan-perbedaan tersebut bermakna.
Simpulan: Pasta graft tulang IBX, IHA-C, dan IHA dengan konsentrasi 1%, 0,5%, dan 0,25% tidak menimbulkan efek toksik dan menunjukkan kenaikan nilai viabilitas sel. Penurunan konsentrasi pasta graft tulang mengakibatkan meningkatnya viabilitas sel osteoblast, kecuali pada kelompok pasta IHA 1% (107,71% ± 11,95.
......Background: The use of synthetic material graft in paste form has become an alternative to regenerate bone defect on areas of difficult access. BATAN now has produced bone graft paste in the form of Injectable Bone Xenograft (IBX), Injectable Hydroxyapatite-Chitosan (IHA-C), and Injectable Hydroxyapatite (IHA). However, the iocompatibility of these products have not yet been tested, in vitro.
Objective: To analyze the effect of IBX, IHA-C, and IHA 1%, 0.5%, and 0.25% on osteoblast cells line based on their viabilities.
Method Osteoblast cells line (MG63) were cultured in complete medium (5% CO2, 37oC) until confluent. After that, the cells were divided into 96 wells-plate, then incubated for 24 hours. Furthermore, did the MTT assay by giving the pastes with concentration 1%, 0.5%, and 0.25% into the test group, meanwhile the control group was not given with anything, incubated for 4 hours. Then the osteoblast viability was measured using microplate reader with wavelength 490 nm.
Results: On each test group the highest percentage of cells viability was showed at 0.25% concentration (IBX 108.20% ± 8.85%; IHA-C 112.01% ± 4.23%; and IHA 115.02% ± 4.37 %). Statistical analysis (One Way ANOVA) showed the differences were significance.
Conclusion: Bone graft paste IBX, IHA-C, and IHA with concentration 1%, 0.5%, and 0.25% do not have toxic effects. However, they do increase cell viability. A decrease in bone graft?s concentration increases the viability of osteoblast cell, except on IHA 1% (107.71% ± 11.95%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
R20-OB-446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library