Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karin Rachmani
"Later belakang: Atlet renang berlatih di ruang terbuka terpajan sinar matahari dan dapat mengalami sunburn yang dapat dicegah dengan penggunaan tabir surya. Namun, aktivitas fisik dapat mengganggu efektivitas tabir surya, menurunkan kadar sun protection factor (SPF). Tabir surya diklasifikasikan menjadi inorganik dan organik. Tabir surya organik bertahan lebih lama, tetapi tabir surya inogranik memiliki spektrum luas, lebih fotostabil, dan jarang menimbulkan alergi.
Tujuan: Mengetahui ketahanan SPF 30 tabir surya inorganik dan organik setelah digunakan berenang 1,5 jam.
Metode: Penelitian merupakan uji klinis acak tersamar ganda dengan metode split body. Setiap subjek menerima dua perlakuan dengan randomisasi alokasi dan perlakuan. Perbedaan SPF kedua tabir surya dinyatakan tidak berbeda bila nilai p untuk uji berpasangan >0.05 dan batas atas interval kepercayaan tidak melebihi 4 SPF.
Hasil: Tidak ada perbedaan bermakna SPF kedua tabir surya sebelum berenang (p=0,220). Setelah berenang, terdapat penurunan SPF tabir surya inorganik, median 27 (23-47) menjadi 12,3 (8-19); dan organik, median 30 (24-47) menjadi 9,9 (6-19) yang bermakna secara statistik (p<0.0001). Setelah berenang, terdapat perbedaan penurunan SPF kedua kelompok yang bermakna secara statistik (p=0,017).
Kesimpulan: Terdapat penurunan SPF tabir surya inorganik dan organik setelah digunakan berenang 1,5 jam dengan ketahanan tabir surya inorganik lebih baik dibandingkan tabir surya organik.
Background: Outdoor swimmers are exposed to sun exposure, causing sunburn which is preventable by using sunscreen. However, physical activities interfere with sunscreen efficacy, decreasing its sun protection factor (SPF). Sunscreens are classified as inorganic and organic. Organic sunscreen last longer, however, inorganic sunscreen is broad-spectrum, more photostable, and less allergenic.
Objective: To determine SPF 30 persistence between inorganic and organic sunscreen after 1,5 hours swimming.
Methods: This is a randomized, split-body, double-blind, clinical trial. Each subject received two treatments. Subject allocation and treatment were randomized. The difference between sunscreens SPF is no different if p-value for paired test is >0.05 and the upper limit of confidence interval do not exceed 4 SPF.
Results: There was no significant difference between SPF before swimming (p=0.220). After swimming, there was a decrease in inorganic sunscreen SPF, median 27 (23-47) to 12.3 (8-19), and organic, median 30 (24-47) to 9.9 (6-19) which was statistically significant (p<0.0001). When compared, there was statistically significant difference in the decrease of SPF between the two groups (p=0.017).
Conclusion: There is a decrease in SPF of inorganic and organic sunscreen after 1.5 hours swimming with a better persistence of inorganic sunscreen compared to organic sunscreen."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariska Silviani
"Dermatitis seboroik (DS) merupakan penyakit inflamasi kulit kronis pada area yang banyak mengandung kelenjar sebasea, terutama area skalp, yang ditandai plak eritematosa dan skuama. Lipid darah diduga dapat memengaruhi derajat keparahan DS. Penelitian sebelumnya di berbagai negara tentang kadar lipid darah pada pasien DS menunjukkan hasil yang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kadar profil lipid darah pasien DS pada skalp serta melakukan analisis korelasi kadar profil lipid darah dengan derajat keparahan DS pada skalp. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-analitik dengan desain potong-lintang. Tiga puluh pasien DS pada skalp usia 18–59 tahun yang memenuhi kriterian penerimaan dan penolakan direkrut dalam penelitian ini. Penilaian derajat keparahan penyakit menggunakan skor modifikasi Seborrheic Dermatitis Area Severity Index (SDASI) dan dilakukan pengukuran kadar lipid darah yang mencakup kadar trigliserida, kolesterol total, low-density lipoproteins (LDL), dan high-density lipoproteins(HDL). Median kadar trigliserida adalah 83 mg/dL, rerata kadar kolesterol total adalah 175,53 mg/dL, rerata kadar LDL adalah 114,77 mg/dL, dan median kadar HDL adalah 45,50 mg/dL. Berdasarkan analisis Pearson, tidak terdapat korelasi antara kadar trigliserida dengan derajat keparahan DS pada skalp (r=0,291; p=0,119). Terdapat korelasi positif kuat yang bermakna antara kadar kolesterol total dengan derajat keparahan DS pada skalp (r=0,860; p<0,001).Terdapat korelasi positif sangat kuat yang bermakna antara kadar LDL dengan derajat keparahan DS pada skalp (r=0,980; p<0,001). Tidak terdapat korelasi antara kadar HDL dengan derajat keparahan DS pada skalp (r=-0,068; p=0,723).

Seborrheic dermatitis (SD) is a chronic inflammatory skin disease in sebaceous glands rich area, especially the scalp area, which is characterized by erythematous plaques and scales. Blood lipids are thought to affect the severity of SD. Previous studies in various countries about blood lipid levels in SD patients showed varying results. This study aims to know the levels of blood lipid profile in patients suffering scalp SD, also to analyze its correlation with the severity of scalp SD. This is an analytic-descriptive cross-sectional study. Thirty scalp SD patients age 18–59 years old who meet all inclusion and exclusion criteria were recruited in this study. Assessment of the disease severity using modified Seborrheic Dermatitis Area Severity Index (SDASI) score and measurements of blood lipid levels which include triglycerides, total cholesterol, low-density lipoproteins (LDL), and high-density lipoproteins (HDL) levels were performed. Median triglyceride level was 83 mg/dL, mean total cholesterol level was 175.53 mg/dL, mean LDL level was 114.77 mg/dL, and median HDL was 45.50 mg/dL. Based on Pearson analysis, there was no correlations between triglyceride levels and scalp SD severity (r=0.291; p=0.119). There was a significant strong positive correlation between total cholesterol levels and scalp SD severity (r=0.860; p<0.001). There was a significant very strong positive correlation between LDL levels and scalp SD severity (r=0.980; p<0.001). There was no correlations between HDL levels and scalp SD severity (r=-0.068; p=0.723)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library