Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Yuliana Fitri
Abstrak :
Pendahuluan : Indonesia sebagai negara yang memiliki angka stunting tertinggi di Asia Tenggara menghadapi kenyataan adanya double burden terkait permasalahan stunting. Berbagai intervensi telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia, tetapi nilainya tidak mengalami penurunan yang signifikan selama 10 tahun terakhir (>30%). Anak – anak memerlukan asupan makanan untuk tumbuh kembangnya, makanan tersebut tidak hanya bergizi tetapi juga harus memenuhi persyaratan kemananan pangan. Salah satu masalah keamanan pangan adalah adanya cemaran aflatoksin pada produk pangan. Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang Aspergilus flavus dan Aspergilus parasiticus yang dapat mengkontaminasi berbagai komoditas pertanian seperti jagung dan kacang-kacangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan AFB1 bersumber kacang tanah dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor Tengah. Metode : Penelitian menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 243 anak usia 36-59 bulan menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh menggunakan metode dietay and exposure assessment melalui wawancara, pengukuran antropometri serta pengujian sampel produk makanan. Data dianalisis menggunakan beberapa uji statistik, untuk multivariat menggunakan regresi linier ganda. Hasil : Terdapat inverse relationship (β= -0,035) antara paparan aflatoksin B1 (ng/kgbb/hari) dengan kejadian stunting meskipun tidak signifikan (p=0,120) setelah dikontrol oleh variabel panjang lahir dan tinggi Ibu. Asosiasi yang tidak signifikan ini dimungkinkan karena adanya dugaan threshold value aflatoksin dalam menyebabkan gagal tumbuh pada anak. Hubungan antara durasi waktu terpapar AFB1 (bulan) terhadap kejadian stunting memiliki inverse relationship (β= -0,019) dan bermakna secara statistik (p=0,008) setelah dikontrol oleh variabel panjang lahir, berat lahir, dan pendapatan. Kesimpulan : Belum cukup bukti untuk menyatakan hubungan yang signifikan antara paparan aflatoksin B1 dan stunting pada penelitian ini. Namun, adanya dugaan asosiasi dan threshold value aflatoksin dalam perlambatan pertumbuhan dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui hubungan yang sebenarnya antara paparan aflatoksin dan stunting. ......Introduction: Indonesia as the country with the highest stunting rate in Southeast Asia faces the reality of a double burden related to the stunting problems. Various interventions have been carried out to reduce the incidence of stunting in Indonesia, but the value has not decreased significantly over the past 10 years (> 30%). Children need food for their growth and development, these foods are not only nutritious but also must meet food safety requirements. One of the problems of food safety is the presence of aflatoxin contamination in food products. Aflatoxin is a secondary metabolite produced by the molds of Aspergilus flavus and Aspergilus parasiticus which can contaminate various agricultural commodities such as corns and peanuts. This study aims to determine the relationship between aflatoxin B1 exposure and the incidence of stunting in children aged 36-59 months in Kebon Kalapa District, Bogor Tengah. Method: This study used cross-sectional design. A total of 243 children aged 36-59 months were sampled in this study. Data were obtained by dietay and exposure assessment methods through interviews, anthropometric measurements and testing of food product samples. Data were analyzed using several statistical tests, for multivariates using multiple linear regression. Results: There was an inverse relationship (β= -0.035) between aflatoxin B1 exposure (ng/kgbb/day) and stunting although it is not significant (p = 0.120) after being controlled by birth length and mother’s height variable. Whereas the relationship between the duration of AFB1 exposure (months) and stunting has an inverse relationship (-0,019) and statistically significant (p = 0,008) after being controlled by variable birth length, birth weight, and income. Conclusion: There is not enough evidence to state a significant relationship between aflatoxin exposure and stunting in this study. However the existence of alleged of associations and threshold value of aflatoxin in growth retardation can be taken into consideration to conduct further research to determine the actual relationship between aflatoxin exposure and stunting.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Disa Hijratul Muharramah
Abstrak :
Background: Penyakit Coronavirus (COVID-19) yang disebabkan oleh SARS-COV 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome) telah menyebar keseluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 180 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 3,9 juta kematian. Manifestasi klinis COVID-19 berkisar dari infeksi tanpa gejala atau infeksi ringan hingga bentuk penyakit parah yang mengancam jiwa. Laporan sebelumnya telah menemukan bahwa obesitas dikaitkan dengan kondisi seseorang yang terinfeksi COVID-19 menjadi parah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan obesitas dengan keparahan COVID-19. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional pada pasien COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada tahun 2020. Data diperoleh dari rekam medis, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dimana kriteria inklusi adalah pasien dengan informasi lengkap sedangkan untuk kriteria ekslusi adalah pasien yang berusia 18 tahun ke bawah dan hamil. Ada 725 COVID-19 yang disertakan untuk analisis. Kami menggunakan PR yang disesuaikan (dan 95% CI) untuk memperkirakan risiko keparahan COVID-19 yang terkait dengan obesitas. Hasil: Dari 725 pasien COVID-19, 178 mengalami gejala berat. Pasien dengan hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan penyakit ginjal kronis lebih mungkin menderita gejala COVID-19 yang parah. Obesitas dikaitkan dengan keparahan COVID-19 (PR 1,68 dan 95% CI: 1,24-2,26) setelah dikontrol oleh sia, jenis kelamin, diabetes, dan penyakit jantung. Risiko keparahan COVID-19 yang terkait dengan obesitas berbeda berdasarkan jenis kelamin (PR adalah 1,64, 95% CI: 1,14-2,34 pada pria dan 1,69, 95% CI: 0,99-2,88 pada wanita) dan usia (PR adalah 1,77, 95% CI: 1,07-2,29 pada usia yang lebih muda dan 1,48, 95% CI: 1,01-2,17 pada kelompok usia yang lebih tua). Kesimpulan: Obesitas meningkatkan risiko keparahan COVID-19. Menjaga gaya hidup sehat, termasuk olahraga rutin, memilih makanan sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dapat mengurangi risiko keparahan COVID-19. ......Background: Coronavirus disease (COVID-19) caused by SARS-CoV 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome) has spread worldwide and infected more than 180 million confirmed cases and 3,9 million deaths. The clinical manifestations of COVID-19 range from asymptomatic or mild infection to severe. Previous reports identified that obesity is associated with the condition of a person infected with COVID-19 develop into severe. This study aims at examining the risk of severity COVID-19 associated with obesity. Methods: A cross sectional study was conducted among COVID-19 patients admitted at the University of Indonesia Hospital in 2020. Patients whose aged 18 or below or pregnant were excluded. Data were obtained from medical records. Cases were selected for the analysis only if the information was completed. There were 725 COVID-19 included for the analysis. We used adjusted PRs (and 95% CI) to estimate the risk of severity of COVID-19 associated with obesity. Results: Of 725 COVID-19 patients, 178 had severe symptoms. Patients with hypertension, diabetes, heart disease and Chronic Kidney Disease were more likely to suffer severe COVID-19 symptoms. After age, gender, diabetes and heart disease were taken into account, obesity was associated with severity of COVID-19 (PR 1.68 and 95% CI: 1,24-2.26). The severity risks COVID-19 associated with obesity were different based on gender (PRs were 1.64, 95% CI: 1,14-2,34 in men and 1.69, 95% CI: 0.99-2.88 in women) and age (PRs were 1.77, 95% CI: 1.07-2.29 among younger age and 1.48, 95% CI: 1.07-2.29 in older age group). Conclusion : Obesity increase the risk for severity of COVID-19. Maintain healthy life style, including routine exercise, choice of healthy food and routine medical checkup may reduce the risk of severity of COVID-19.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library