Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 327 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gumilang Wiranegara
"Latar Belakang : Pemeriksaan DNA virus Human Papilloma HPV telah digunakan secara luas dalam program deteksi kanker serviks.Pemeriksaan HPV dapat dilakukan melalui pengambilan mandiri sehingga dapat meningkatkan angka cakupan deteksi dini kanker serviks. Namun akurasi klinis dari metode pengambilan mandiri terhadap pengambilan oleh dokter belum banyak dipublikasikan diIndonesia.Tujuan : Untuk mengetahui tingkat akurasi hasil pengambilan sampel mandiri untuk pemeriksaan DNA Hybrid Capture HPVrisiko tinggiterhadap pengambilan sampel oleh dokter dalam deteksi dini lesi pra kanker serviks.Metode : Penelitian uji diagnostikpotong lintangini dilakukan di Poliklinik Kolposkopi Obstetri dan Ginekologi RS Ciptomangunkusumo. Perempuan yang datang kepoliklinik dengan rujukan kelainan sitologi dan hasil inspeksi visual asam asetat positif masuk kedalam perlakuan. Subyek diambil secara konsekutif dan mengambil peran serta dengan melakukan pengambilan sampel apusan vagina secara mandiri dan berikutnya dilakukan pengambilan sampel apusan serviks oleh dokter. Pengambilan sampel menggunakan sikat apusan dari Digene, dan dilakukan pemeriksaanDNA HPV risiko tinggi dengan teknik Hybrid Capture dari Qiagen Lab. Hasil pengambilan sampel oleh dokter dijadikan sebagai standar baku. Dari kedua hasil tersebut dilakukan uji diagnostik kappauntuk menilai kesetaraan dari dua metode pengambilan sampel tersebut.Hasil :Didapatkan 70 subyek dengan kelainan sitologi dan IVA positif, satu diantaranya tidak melanjutkan pemeriksaan karena mengeluh nyeri saat memasukkan sikat apusan. Prevalensi HPV risiko tinggi pada populasi sampel ini adalah 44,9 . Dari hasil analisis kedua pemeriksaan didapatkan nilai kappa cukup baik sebesar 0,76 dengan akurasi hasil pengambilan mandiri sebesar 88,41 . Sensitifitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif metode pengambilan mandiri terhadap pengambilan oleh dokter sebesar 80,65 IK95 ; 63,72-90,81 , 94,74 IK95 ; 82,71-98,54 , 92,59 IK95 ; 76,63-97,94 , 85,71 IK95 ; 72,16-93,28 .Kesimpulan :Penelitian ini menunjukkan bahwa metode pengambilan sampel mandiri dan dokter terhadap HPV DNA risiko tinggi memiliki kesetaraan yang cukup baik. Pengambilan sampel mandiri dapat dijadikan sebagai metode alternatif deteksi dini kanker serviks di Indonesia. Kata kunci: Pengambilan sampel mandiri; Pengambilan sampel dokter; Uji HPV DNA

Background Human Papilloma Virus HPV DNA detection already widely used in cervical cancer screening program. HPV testing can be done on self taken sampling therefore it offers alternative opportunity to increase cervical cancer screening coverage. However clinical accuracy from self taken sampling methods compare to physician taken sampling has not widely published in Indonesia.Objective To determine the accuracy of Hybrid Capture HPV DNA high risk result from self taken sampling methods to physician taken sampling in cervical cancer screening.Methods This cross sectional diagnostic research conducting in O G Colposcopy polyclinic Ciptomangunkusumo Hospital. All women came with cytology abnormality dan positive VIA were enrolled. Subject was consecutively selected and took place in both vaginal self taken sampling and continued with physician taken sampling. Sample retrieval using Digene cytobrush and high risk HPV DNA test using Hybrid capture DNA II from Qiagen Labs. The sample result taken by physician was taken as gold standard. From those two methods were analyzed and compare with kappa diagnostic test to assess the equality of two methods.Result There were 70 subjects with cytology abnormality and positive VIA, one of them can not finished self examination due to feeling pain while inserting cytobrush. HPV prevalence from this sample population was 44.9 . From analysis result between two methods found kappa value was fairly good at 0.76 with self sampling accuracy was 88.41 . Sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value self taken sampling methods to physician taken sampling was 80,65 95 CI 63,72 90,81 , 94,74 95 CI 82,71 98,54 , 92,59 95 CI 76,63 97,94 , 85,71 95 CI 72,16 93,28 .Conclusion This study showed that HPV DNA testing self taken sampling and physician taken sampling had a good equality. HPV testing self sampling can be use as an alternative cervical cancer screening program in Indonesia. Keywords self taken sampling, physician taken sampling, HPV DNA test."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadina Huliah
"Sedikitnya 17 juta bayi yang dilahirkan setiap tahun mempunyai berat badan lahir yang rendah (BBLR), mewakili 16% bayi yang lahir tiap tahunnya. Penyebab BBLR adalah preterm dan pertumbuhan janin terhambat (PJT, intra uterine growth restriction IIUGR). Preterm terutama terdapat di negara maju sedangkan sebagian besar PJT ada di negara berkembang. '?x. Sulitnya mengetahui angka pasti insiden NT karena pencatatan tentang usia gestasi yang sahib sering tidak tersedia di negara yang sedang berkembang. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah persalinan yang banyak terjadi di rumah sehingga pencatatan tentang bayi yang dilahirkan tidak ada.
Janin PJT mempunyai risiko morbiditas dan mortalitas perinatal yang lebih tinggi serta kemungkinan mengalami gangguan perkembangan kognitif dan neurologik pada usia kanak-kanak. Hipotesis foetal origin of adult diseases menyatakan bahwa gangguan nutrisi pada periode kritis pertumbuhan janin di dalam rahim akan menyebabkan perubahan permanen pada struktur dan metabolisme tubuh. Perubahan ini akan meningkatkan kerentanan terhadap hipertensi, penyakit jantung koroner dan non-insulin dependent diabetes mellitus (NIIDM) pada masa dewasa.
Penyebab PJT sangat kompleks, di negara sedang berkembang faktor risiko utama adalah faktor maternal berupa status gizi ibu yang tidak adekuat sebelum konsepsi, kekurangan gizi dan infeksi yang terjadi pada masa kanak-kanak, nutrisi yang jelek saat kehamilan, genetik, penyakit sistemik, dan faktor eksternal. Faktor lain sebagai penyebab PJT adalah faktor janin, faktor plasenta. Adapun manifestasi klinis dari PJT yang paling sating muncul adalah perubahan pada plasenta.
Selama kehamilan normal, terjadi perubahan fisiologi yang panting sebagai adaptasi ibu untuk menjamin tersedianya aliran aliran darah yang adekuat bagi janin. Plasenta manusia adalah organ multifungsi yang menyediakan oksigen, homeostasis cairan, nutrisi dan sinyal endokrin bagi janin selama dalam kandungan sampai terjadinya persalinan. Perfusi plasenta yang tidak adekuat merupakan hal yang fundamental dalam terjadinya PJT. Gangguan perfusi plasenta yang akan menyebabkan hipoksia intraplasenta akan mengakibatkan berkurangnya transfer oksigen dan nutrien dari ibu ke janin sehingga oksigenasi dan pertumbuhan janin akan terganggu. Bagaimana regulasi perfusi uteroplasenta masih belum jelas sampai saat ini, dikatakan berada dibawah kontrol beberapa mediator yang dihasilkan oleh plasenta. Sebagai akibat dari hipoksia intraplasenta akan terjadi resistensi plasenta yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu berkurangnya jumlah kapiler terminal, meningkatnya vasokonstriksi pada villi karena dikeluarkannya substrat vasoaktif lokal dan berkurangnya zat vasorelaksan. Terjadi pula peningkatan kontraktilitas pembuluh darah plasenta dan pasien dengan janin PJT dibandingkan wanita hamil yang normal7. Kenyataan ini menandai adanya kerusakan endotel atau disfungsi endotel pada sirkulasi uteroplasenta akibat dari hipoksia intraplasenta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Fauziah
"Selama ini kasus karsinoma ovarium yang datang ke RSCM ditangani oleh Subbagian Ginekologi Onkologi, dan telah membuat panduan tatalaksana karsinoma ovarium. Karsinoma ovarium stadium lanjut sejak tahun 1994. dilakukan pemberian neoadjuvant kemoterapi yang dilanjutkan dengan pembedahan sitoreduksi. Kurangnya data awal maupun kajian dalam bentuk penelitian mengenai perubahan metode pemberian kemoterapi, dari metode konvensional yaitu pembedahan sitoreduksi (tanpa neoadjuvant kemoterapi) yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian adjuvant kemoterapi, menjadi pemberian neoadjuvant kemoterapi tcrlcbih dahulu kemudian dilanjutkan pembedahan sitoreduksi menimbulkan pertanyaan, bagaimana efek pemberian neoadjin.ant kemoterapi pada karsinoma stadium lanjut di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Pada pasien karsinoma ovanium stadium lanjut yang dilakukan pengobatan kemoterapi selama kurun waktu tertentu di Subbagian Ginekologi Dnkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
1. Bagaimanakah praktek pemberian neoadjuvant kemoterapi pada karsinoma ovarium stadium lanjut?
2. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap pencapaian sitoreduksi optimal?
3. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap morbiditas pembedahan?
4. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap kualitas hidup?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caecilia Herawati S.R. Dewi
"Latar belakang: Kanker ovarium merupakan penyebab kematian kelima terbanyak karena kanker pada wanita. Diperlukan uji diagnostik preoperatif dan intraoperatif yang tajam dan akurat untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas karena kanker ovarium.
Tujuan: Mengetahui nilai diagnostik RMI, Skor Purwoto, dan potong beku terhadap pemeriksaan histopatologi pada tumor ovarium suspek ganas.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) dari data sekunder yang berasal dari 114 rekam medis pasien suspek keganasan ovarium yang menjalani pembedahan antara bulan Januari 2010 hingga Desember 2010 di RSCM.
Hasil: Nilai diagnostik untuk RMI adalah sensitivitas 85%, spesifisitas 63%, NDP 68%, NDN 82%, RKP 2,29, RKN 0,23, akurasi 74%, dan AUC 0,800. Nilai diagnostik untuk Skor Purwoto adalah sensitivitas 80%, spesifisitas 59,3%, NDP 65%, NDN 76%, RKP 1.97, RKN 0,34, akurasi 69%, dan AUC 0,780. Nilai diagnostik untuk potong beku adalah sensitivitas 93%, spesifisitas 98%, NDP 98%, NDN 94%, RKP 54,7, RKN 0,07, akurasi 96%, dan AUC 0,968.
Kesimpulan: RMI dan skor Purwoto dapat digunakan untuk evaluasi diagnostik keganasan ovarium praoperatif. Meskipun telah dilakukan evaluasi kemungkinan keganasan praoperatif, tetap diperlukan pemeriksaan potong beku. Hasil evaluasi RMI dan Skor Purwoto jinak dapat ditatalaksana di pusat pelayanan dengan fasilitas yang tidak memerlukan surgical staging. Meskipun hasil evaluasi RMI dan skor Purwoto jinak sebaiknya tetap dilakukan pemeriksaan potong beku untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan yang masih belum dapat dibuktikan dengan pasti melalui evaluasi praoperatif.
......
Introduction: Ovarian cancer is the fifth leading cause of death from cancer in women. The sharp and accurate preoperative and intraoperative diagnostic tests are needed in reducing morbidity and mortality due to ovarian cancer.
Purpose: This study aims to determine the diagnostic value of RMI, Purwoto Score, and frozen section compared to histopathologic examination in suspected malignant ovarian tumors.
Methods: This study used cross-sectional design of secondary data from the medical records of 114 patients with suspected ovarian malignancy who underwent surgery between January 2010 and December 2010 at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Results: The diagnostic value for RMI are sensitivity 85%, specificity 63%, PPV 68%, NPV 82%, positive likelihood ratio 2.29, negative likelihood ratio 0.23, accuracy 74%, and AUC 0,800. Diagnostic value for Purwoto Score are sensitivity 80%, specificity 59.3%, PPV 65%, NPV 76%, positive likelihood ratio 1.97, negative likelihood ratio 0.34, accuracy 69%, and AUC 0.780. Diagnostic value of frozen section are sensitivity 93%, specificity 98%, PPV 98%, NPV 94%, positive likelihood ratio 54.7, negative likelihood ratio 0.07, accuracy 96%, and AUC 0.968.
Conclusion: RMI and Purwoto Score can be used for preoperative diagnostic evaluation of ovarian malignancies. Although it has been performed preoperative evaluation of malignancy, is still required frozen section examination. Benign case of RMI and Purwoto Score can be managed at the service center with facilities that do not require surgical staging and still need to be confirmed with frozen section examination to rule out malignancy that still has not been proven with certainty through preoperative evaluation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Farhan Djamal Hasan
"[Tesis ini bertujuan mendapatkan akurasi diagnostik dari gejala dan tanda ginekologi sebagai upaya diagnosis
penyebab keputihan. Menurut kepustakaan, penyebab keputihan yang paling sering adalah bakterial
vaginosis, Candida sp, T.vaginalis, C.trachomatis, dan N.gonorrhoeae. Gejala yang diteliti adalah bau tidak
sedap, gatal, rasa basah berlebih, nyeri vulva, nyeri sanggama, perdarahan diluar siklus haid, perdarahan
pasca sanggama, dan nyeri buang air kecil.Tanda yang diteliti adalah maserasi pada vulva, vagina
kemerahan, fluor keruh kekuningan encer, fluor putih bergumpal, fluor keruh kekuningan encer berbuih,
serviks dengan bercak bercak merah (strawberry cervix), serviks dengan ektopi dan fluksus berbentuk pus.
Dari 188 subyek yang dilakukan dengan consecutive sampling, didapat 82 subyek yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Pada seluruh subyek dilakukan pemeriksaan gejala dan tanda ginekologis, serta
dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pewarnaan Gram untuk bakterial vaginosis, sediaan basah untuk
T.vaginalis dan Candida sp, PCR untuk N.gonorrhoeae dan C.trachomatis. Maserasi vulva, rasa basah
berlebih, dan fluor keruh kekuningan encer memiliki akurasi diagnostik yang baik untuk bakterial vaginosis.
Maserasi vulva dan fluor putih bergumpal memiliki akurasi diagnostik yang baik untuk Candida sp. Fluor
keruh encer kekuningan berbuih, dan bercak merah pada serviks memiliki akurasi diagnostik yang baik untuk
T.vaginalis. Untuk C.trachomatis dan N.gonorrhoeae tidak ditemukan gejala dan tanda yang memiliki akurasi
diagnostik baik.;Objective: This study aims to gather diagnostic accuracy of various gynecologic symptoms and signs in identifying causes of vaginal discharge.
Methods: 82 subjects were included in this cross sectional study. Gynecologic symptoms and signs were examined from each subject and further laboratory examinations were employed to identify the etiology. Diagnostic accuracy for each symptom and sign was calculated using result from the laboratory examination as the standard reference. Symptoms and signs with positive predictive value (PPV) of more than 50% were considered to have good diagnostic accuracy.
Results: For bacterial vaginosis, excessive wetness in genital area; vulvar maceration; and thin, turbid, yellowish vaginal discharge had PPVs of 53%; 52%; and 52%, respectively. For candidal vaginitis, vulvar maceration; and white, curd-like vaginal discharge had PPVs of 58% and 100%, respectively. For trichomoniasis, thin, turbid, frothy, yellowish vaginal discharge; and strawberry-cervix appearance had PPVs of 60% and 100%, respectively. There were no symptoms or signs with PPV of more than 50% for chlamydial cervicitis. Diagnostic accuracy for clinical findings in gonorrheal cervicitis could not be calculated due to small number of subjects.
Conclusion: Various gynecologic symptoms and signs were found to be accurate in diagnosing bacterial vaginosis, candidal vaginitis, and trichomoniasis. No symptoms or signs were considered accurate to aid etiological diagnosis for chlamydial cervicitis and gonorrheal cervicitis., Objective: This study aims to gather diagnostic accuracy of various gynecologic symptoms and signs in identifying causes of vaginal discharge.
Methods: 82 subjects were included in this cross sectional study. Gynecologic symptoms and signs were examined from each subject and further laboratory examinations were employed to identify the etiology. Diagnostic accuracy for each symptom and sign was calculated using result from the laboratory examination as the standard reference. Symptoms and signs with positive predictive value (PPV) of more than 50% were considered to have good diagnostic accuracy.
Results: For bacterial vaginosis, excessive wetness in genital area; vulvar maceration; and thin, turbid, yellowish vaginal discharge had PPVs of 53%; 52%; and 52%, respectively. For candidal vaginitis, vulvar maceration; and white, curd-like vaginal discharge had PPVs of 58% and 100%, respectively. For trichomoniasis, thin, turbid, frothy, yellowish vaginal discharge; and strawberry-cervix appearance had PPVs of 60% and 100%, respectively. There were no symptoms or signs with PPV of more than 50% for chlamydial cervicitis. Diagnostic accuracy for clinical findings in gonorrheal cervicitis could not be calculated due to small number of subjects.
Conclusion: Various gynecologic symptoms and signs were found to be accurate in diagnosing bacterial vaginosis, candidal vaginitis, and trichomoniasis. No symptoms or signs were considered accurate to aid etiological diagnosis for chlamydial cervicitis and gonorrheal cervicitis.]"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Romi Saut Halomoan
"Latar Belakang : Pasien kanker serviks di Indonesia terbanyak dalam stadium lanjut. Terapi standarnya adalah radiasi. Respons terapi radiasi tidak selalu komplet. MnSOD merupakan garda terdepan melawan radikal bebas yang dihasilkan radiasi. Aktifitas MnSOD dipikirkan dapat digunakan sebagai prediktor respons terapi radiasi. Diperkirakan semakin tinggi aktifitas MnSOD akan semakin buruk respons radiasinya.
Tujuan : Menilai aktifitas MnSOD pada biopsi KSS serviks stadium IIIB sebagai prediktor keberhasilan terapi radiasi.
Metode : Penelitian potong lintang komparatif ini dilakukan di Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI, RSCM Jakarta dan Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI. Dilakukan penelusuran data base penelitian sebelumnya untuk mengindentifikasi sampel respons positif dan negatif, dilanjutkan pemeriksaan aktifitas MnSOD dengan sprektrofotometri metode McCord dan Fridovich menggunakan kit RanSOD . Data komparatif yang didapat kemudian di analisis.
Hasil : Didapatkan 76 sampel yang memenuhi kriteria inklusi terdiri dari respons positif 47 61,8 negatif 29 38,2 . Dilakukan kategorisasi aktifitas MnSOD dengan titik potong pada nilai 13,126 U/mL. Dengan uji chi-square didapat hubungan bermakna secara statistik antara aktifitas MnSOD pada pasien kanker stadium IIIB dengan respons terapi radiasi. Nilai RR sebesar 1,849 1.075-3.178, IK 95 . Kesintasan dengan analisis bivariat memakai metode Kaplan-Meier: pasien dengan aktifitas MnSOD cutoff < 13,126 U/mL memiliki tingkat kesintasan 1 tahun yang lebih baik 63 dibandingkan dengan pasien kanker serviks IIIB dengan nilai aktifitas MnSOD ge; 14 . Risiko kematian dengan pengujian bivariat metode regresi cox: pasien dengan aktifitas MnSOD cutoff 13,126 U/mL memiliki risiko kematian 1,055 kali IK 95 : 1,003-1,110 dibanding pasien dengan aktifitas MnSOD dibawah nilai cutoff. Dari analisis multivariat terlihat aktifitas MnSOD semakin kuat sebagai prediktor respons terapi radiasi.
Kesimpulan : Aktifitas MnSOD tinggi pada jaringan KSS serviks stadium IIIB menghasilkan respons negatif dari terapi radiasi.
......Background: Most of the cervical cancer patients in Indonesia came with advanced stage. Therefore, the choice of treatment is radiotherapy. Although, radiotherapy does not always result in complete response. MnSOD is considered to be one the antioxidant enzyme which has the ability to work against free radicals. Its activity is expected to be acted as response predictor to radiotherapy treatment. It is hypothesized that high MNSOD activity tend to predict poor response of radiotherapy on advanced cervical cancer patients.
Objective : To investigate MnSOD activity on cervical SCC stage IIIB as a predictor of radiotherapy response.
Methods : It is a comparative cross sectional study conducted in the Gynecology Oncology Division, Obstetrics and Gynecology Department, Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Faculty of Medicine, University of Indonesia. Samples were collected from the tissue bank and research database. They were identified and divided into having positive or negative response to radiotherapy. In vitro experiment was conducted to measure the activity of MnSOD. Manganese superoxide dismutase was isolated using McCord and Fridovich method using RanSOD and the activity was analyzed using spectrophotometry. Data was then analyzed using SPSS.20 for comparative study.
Results : Seventy six samples were included in the study 47 61.8 with positive response and 29 38.2 with negative response on radiotherapy. Samples were then divided into having MnSOD activity of 13.126 U mL or 13.126 U mL. Univariate analysis chi square showed that there was statistically significant correlation between MnSOD activity and radiotherapy response in patients with cervical SCC stage IIIB RR 1.849 95 CI 1.075 3.178 . Survival analysis on the first year showed that patients with MnSOD activity 13.126 U mL had better survival than patients with MnSOD activity 13.126 U mL 63 vs 14 , Kaplan Meier study . Hazard ratio for overall survival was 1.055 95 CI 1.003 ndash 1.110 for patients with MnSOD activity of 13.126 U mL. Multivariate analysis showed that MnSOD activity was a strong predictor of radiotherapy response in this study.
Conclusion : This in vitro study showed that high activity of MnSOD was associated with poor response of radiotherapy for patients with cervical squamous carcinoma stage IIIB. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kade Yudi Saspriyana
"Tesis ini membahas manfaat pelatihan navigasi kamera laparoskopi di kotak pelvik dalam meningkatkan keterampilan navigasi kamera laparoskopi peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) 1 Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Juga untuk mengetahui hubungan faktor umur, jenis kelamin, minat, pendidikan, pengalaman, dan pengetahuan laparoskopi sebelum pelatihan terhadap perubahan keterampilan navigasi kamera laparoskopi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (pre-post interventional study). Jumlah subyek 23 orang, intervensi berupa pelatihan navigasi kamera laparoskopi menggunakan kotak pelvik. Penilaian dikerjakan sebelum pelatihan, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu setelah pelatihan dengan menggunakan Objective Structured Assessment Of Camera Navigation Skills (OSA CNS) oleh dua orang Konsultan. Analisis data menggunakan perbandingan rerata 2 kelompok berpasangan, yaitu: paired-T test. Hasil penelitian: terdapat perubahan skor OSA CNS sebelum dan setelah penelitian yang bermakna secara statistik, di mana penilaian 3 minggu setelah pelatihan menunjukkan perubahan terbesar. Analisis lebih lanjut didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan dan pengalaman merupakan faktor yang berhubungan dengan perubahan keterampilan navigasi kamera laparoskopi setelah pelatihan.
Kata kunci: kamera laparoskopi; keterampilan navigasi; OSA CNS; pelatihan

This research objective were to know benefits of laparoscopic camera navigation training in the pelvic box in improving laparoscopic camera navigation skills of participants in the Obstetric and Gynaecology recidency program Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Other objective was to find out the relationship between age, sex, interests, education, experience, and laparoscopic knowledge before training on changes in laparoscopic camera navigation skills. This research was experimental study (pre-post interventional study). The number of subjects was 23 samples, the intervention was camera navigation training in the pelvic box. Assesment was carried out before training, 1 week, 2 week, 3 week after traing used Objective structured assessment of camera navigation skills (OSA CNS) by two consultants. Data analysis used mean comparison of 2 pair groups: paired-T test. Results: there was statistically significant different OSA CNS score before and after training, where asessment 3 weeks after training showed the greatest change. Further analysis revealed female gender and low experience were related to changes in laparoscopic camera navigation skills after training.
Keywords: laparoscopy camera; navigation skill; OSA CNS; training
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Anindya Tyagitha
"Latar belakang : Angka kejadian infertilitas di Indonesia diperkirakan kurang lebih mencapai 6% atau terdapat kurang lebih 3-4,5 juta pasangan yang mengalami kesulitan mempunyai keturunan. Pada tahun 2012 dilaporkan bahwa 28,4% siklus merupakan transfer embrio beku dibandingkan pada tahun 2003 dimana dilaporkan siklus embrio beku dilakukan hanya 16,1% pada program Fertilisasi In Vitro (FIV). Walaupun transfer embrio beku telah semakin sering dilakukan, tetapi metode untuk persiapan endometrium yang paling efektif, antara alamiah atau artifisial, masih belum diketahui secara jelas. Tahap persiapan endometrium sebelum transfer embrio merupakan tahap yang sangat penting dalammencapai reseptivitas endometrium dan keberhasilan kehamilan. Tujuan : Mengetahui luaran program FIV pada transfer embrio beku dengan metode alamiah dan artifisial di Klinik Yasmin, RSCM Kencana. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan menggunakan metode uji potong lintang, periode 1 Januari 2011-31 Desember 2018. Pengambilan sampel dengan cara total sampling. Subjek penelitian ini merupakan seluruh wanita yang mengikuti FIV dengan tranfer embrio beku yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang dilakukan di RSCM. Data yang didapatkan dianalisis secara bivariat menggunakan uji chi-square untuk mengetahui angka implantasi dan kehamilan pada transfer embrio beku dengan metode alamiah dan artifisial. Hasil : Dari 147 subyek yang memenuhi kriteria penelitian, didapatkan 19 subyek menjalani persiapan endometrium dengan metode alamiah dan 128 menjalani persiapan endometrium dengan metode artifisial. Angka implantasi metode alamiah vs metode artifisial (32 % vs 29%); angka kehamilan biokimiawi (89,5% vs 53,1%; p < 0,05); angka kehamilan klinis (42,1% vs 34,4%; p > 0,05); serta angka kehamilan lanjutan (36,8% vs  28,9%; p > 0,05). Kesimpulan :  Persiapan endometrium secara alamiah memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terjadinya implantasi dan kehamilan biokimiawi dibandingkan persiapan secara artifisial. Sedangkan angka kehamilan klinis dan kehamilan lanjutan tidak berbeda bermakna. Diperlukan penelitian lanjutan untuk menambah besar sampel, terutama pada kelompok persiapan endometrium secara alamiah.
......Background : Infertility incidence in Indonesia is estimated to reach approximately 6% or approximately 34.5 million couples who have difficulty having children. In 2012 it was reported that 28.4% of cycles were frozen embryo transfers compared to 2003 where it was reported that only frozen embryo cycles performed only 16.1% in the In Vitro Fertilization (FIV) program. Although frozen embryo transfers have increasingly been done, the most effective method for endometrium, between natural or artificial, is still not clearly known. The endometrial preparation stage before embryo transfer is a very important stage in achieving endometrial receptivity and the success of pregnancy. Objective : Knowing the outcome of the FIV program on frozen embryo transfer using natural and artificial methods at the Yasmin Clinic RSCM Kencana. Methods : This research was an restropective analytical study using a cross-sectional test method for the period of January 1, 2011-December 31, 2018. Sampling by total sampling. The subjects of this study were all women who took part in FIV with frozen embryo transfer that met the inclusion and exclusion criteria performed at RSCM. The data obtained were analyzed bivariately using the chi-square test to determine implantation and pregnancy rates in frozen embryo transfer using natural and artificial methods. Results : 1 47 subjects who met the study criteria, 19 subjects underwent endometrial preparation by natural methods and 128 were subjects who underwent endometrial preparation by artificial methods. The rate of implantation of natural methods vs. artificial methods (32% vs 29 %); biochemical pregnancy rates (89,5% vs 53,1%; p < 0,05); clinical pregnancy rate (42,1% vs 34,4%; p > 0,05) and on going  pregnancy rates (36.8% vs 2 8,9%; p > 0,05). Conclusion : Natural endometrial preparations have a higher tendency for implantation and biochemical pregnancy, while  clinical pregnancy rate and on going pregnancies not significantly difference. Further research is needed to increase sample size, especially in natural preparation group."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Maulina
"Latar Belakang: Histerektomi adalah salah satu prosedur ginekologis yang paling banyak dilakukan pada wanita. Salah satu efek buruknya adalah perubahan fisik dan penampilan dalam bentuk gejala menopause, sering kali mengurangi kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gejala menopause yang dialami oleh wanita premenopause yang menjalani histerektomi dengan salpingo-ooforektomi bilateral.
Metode: Penelitian deskriptif dengan metode kohort retrospektif dilakukan di RSUD dr. Rumah Sakit Umum Nasional Cipto Mangunkusumo, Indonesia. Semua wanita yang menjalani histerektomi total dengan salpingo-ooforektomi bilateral dilibatkan dalam penelitian ini. Pasien yang buta huruf atau tidak kooperatif dikeluarkan. Gejala menopause dibagi menjadi gejala vegetatif, psikosomatik, dan somatotropik. Setiap mata pelajaran ditindaklanjuti selama 6 bulan, mencatatmenopause gejala bulanan.
Hasil: Di antara 37 subjek dalam penelitian ini, 100% subjek mengalamimenopausegejala dalam 6 bulan pertama masa tindak lanjut. Kategori gejala yang paling sering dikeluhkan adalah gejala vegetatif (97,3%), diikuti oleh somatotropik (83,8%) dan gejala psikosomatik (70,3%). Prevalensi tertinggi keluhan darimenopause gejalanya adalah berkeringat (78,4%) dan muka memerah (75,7%), diikuti oleh nyeri otot (59,5%), suasana hati tidak stabil (54,1%), penurunan libido (51,4%), kelainan kencing (45,9%), kekeringan vagina (43,2%) ), masalah konsentrasi (43,2%), Insomnia (40,5%), kelelahan (29,7%), sakit kepala (5,4%), dan palpitasi (2,7%).
Kesimpulan: Wanita premenopause yang menjalani histerektomi akan mengalami gejala menopause dalam enam bulan pertama. Mengatasi dan mengelola setiap gejala menopause yang terjadi akan sangat penting dalam perawatan pasien pasca HTSOB.
......Background:  Hysterectomy is among the most gynecological procedure done on women. One of its adverse effects is physical and appearance changes in form of menopausal symptoms, often reducing the quality of life. This study aims to investigate menopausal symptoms experienced by premenopausal woman undergoing hysterectomy with bilateral salpingo-oophorectomy.
Methods: A descriptive study with retrospective cohort method was conducted in dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Indonesia. All women undergoing total hysterectomy with bilateral salpingo-oophorectomy were included in this study. Illiterate or uncooperative patients were excluded. Menopausal symptoms were divided into vegetative, psychosomatic, and somatotropic symptoms. Each subjects was followed up for 6 months, noting menopausal symptoms monthly.
Results: Among 37 subjects in this study, 100% of subjects experienced menopausal symptoms in the first 6 months follow up period. The most commonly complained symptom category was vegetative symptoms (97.3%), followed by somatotropic (83.8%) and psychosomatic symptoms (70.3%). The highest prevalence of complaints from menopausal symptoms is sweating (78.4%) and hot flushes (75.7%), followed by muscle soreness (59.5%), unstable mood (54.1%), decreased libido (51.4%), urinary disorders (45.9%), vaginal dryness (43.2%), concentration problem (43.2%), Insomnia (40.5%), fatigue (29.7%), headache (5.4%), and palpitation (2.7%).
Conclusion: Premenopausal women undergoing hysterectomy would experience menopausal symptoms in the first six months. Addressing and managing each menopausal symptoms occurring would be essential in post HTSOB patient treatment."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalri Muhammad Suhartomo
"Latar belakang: Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur status kesehatan ibu pada suatu wilayah. Asuhan antenatal
merupakan salah satu pilar utama safe motherhood untuk menuju kesehatan ibu yang
berkualitas. Melalui kerjasama Kemenkes perbaikan kualitas pelayanan asuhan antenatal
di Indonesia melalui penyusunan Instrumen Umpan Balik Untuk Pengumpulan Data
Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir.
Tujuan: Diketahuinya data kualitas pelayanan asuhan antenatal di RSCM dengan
menggunakan Instrumen Umpan Balik Pengumpulan Data Kualitas Pelayanan Kesehatan
Ibu dan Bayi sehingga dapat dilakukan optimalitasi dan perbaikan terhadap komponenkomponen
terkait.
Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif yang
menganalisis data kualitas pelayanan asuhan antenatal di RSCM. Penelitian ini akan
berlangsung pada bulan September pada fasilitas pelayanan asuhan antenatal di RSCM.
Sampel penelitian ini menggunakan total sampling. Rancangan penelitian ini
menggunakan desain deskriptif kualitatif yang menganalisis data kualitas pelayanan
asuhan antenatal di RSCM. Penelitian ini akan berlangsung pada bulan September pada
fasilitas pelayanan asuhan antenatal di RSCM. Sampel penelitian ini menggunakan total
sampling.
Hasil: Penelitian dilakukan selama 1 bulan dengan cara melakukan observasi fasilitas
pelayanan, observasi dan wawancara petugas kesehatan, evaluasi rekam medik serta
wawancara pada pasien pelayanan asuhan antenatal di RSCM dari sarana fisik dan
kelengkapan medis mencakup 45 dari 66 butir (72 %), obat-obatan dan bahan medis 68
dari 71 butir (97%), Pemerikaan laboratorium 36 dari 36 butir (100%), kualitas pengisian
buku KIA serta rekam medis rata-rata 54 %, kualitas penerimaan informasi dan persepsi
pasien menyatakan puas terhadap pelayanan di RSCM.
Kesimpulan: Kualitas pengisian buku KIA dan kelengkapan rekam medis di RSCM
menurut Instrumen Umpan Balik Untuk Pengumpulan Data Kualitas Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir masih sangat kurang. Persepsi ibu hamil yang
diwawancara pada penelitian ini menunjukkan persepsi yang puas terhadap pelayanan
dan kualitas pelayanan asuhan antenatal di RSCM. Temuan yang tidak sesuai standar
sebagian karena ketidak sesuaian standar instrumen tersebut dengan standar RSCM
sebagai rumah sakit rujukan tipe A.
......
Backgrounds : Maternal Mortality Rate (MMR) is one indicator used to measure
maternal health status in an area. Antenatal care is one of the main pillars of safe
motherhood to achieve quality maternal health. Through the collaboration of the Ministry
of Health to improve the quality of antenatal care services in Indonesia through the
preparation of a Feedback Instrument for Collecting Data on the Quality of Maternal and
Newborn Health Services.
Aim : Knowing the quality of antenatal care service data at the RSCM by using the
Feedback Instrument Quality Data Collection of Maternal and Infant Health Services so
that it can be optimized and improved on related components.
Method : The design of this study uses a qualitative descriptive design that analyzes data
on the quality of antenatal care services at RSCM. This study will take place in September
at the antenatal care facility at RSCM. This study sample uses total sampling.
Result : The study was conducted for 1 month by observing service facilities, observing
and interviewing health workers, evaluating medical records and interviewing patients
with antenatal care services at RSCM from physical facilities and medical equipment
including 45 out of 66 items (72%), medicines and medical materials 68 out of 71 items
(97%), laboratory examination 36 out of 36 items (100%), quality of KIA book filling
and medical records an average of 54%, the quality of information reception and patient
perceptions expressed satisfaction with the service at RSCM.
Conclusion: The quality of filling KIA books and the completeness of medical records
at RSCM according to the Feedback Instrument for Data Collection of Quality of Health
Services for Mothers and Newborns is still very poor. The perception of pregnant women
interviewed in this study shows a satisfying perception of the service and quality of
antenatal care services at RSCM. The findings that are not in accordance with the standard
are partly due to the incompatibility of the instrument standards with the RSCM standard
as a type A referral hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58943
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>