Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 496 dokumen yang sesuai dengan query
cover
C. Rini Suprapti
Abstrak :
ABSTRAK
Kista rahang sering dijumpai pada Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dari penelitian terdahulu diperoleh data bahwa jenis kista yang paling sering ditemukan yaitu kelompok Kista Odontogenik. Oleh karena data lengkap kista Odontogenik belum ada pada bagian / Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti frekuensi dan distribusi Kista Odontogenik pada pasien yang datang ke Poliklinik Bedah Mulut Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo mulai bulan Januari 1987 sampai dengan Desember 1988.

Tanda-tanda fisik dan gejala kista dapat dikenal secara klinik namun tergantung pada keadaan kista. Pada stadium awal biasanya tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Kista yang masih dalam ukuran kecil sering ditemukan secara kebetulan misalnya pada waktu dilakukan pemeriksaan radiografik. Pada stadium lanjut pasien akan merasakan adanya benjolan bahkan sampai terjadi deformitas muka. Gejala radang dapat timbul bilamana kista mengalami infeksi. (1,2)

Kista Odontogenik adalah kista yang timbul dari epitel yang diperlukan pada waktu pembentukan gigi. (1,3,4,5) Menurut Killey, Kista Odontogenik dibedakan dalam 3 tipe yaitu Kista Periodontal, Dentigerous, dan Primordial. (5)

Kista Periodontal merupakan salah satu kelompok Kista Odontogenik yang paling sering ditemukan, dan dapat terjadi pada bagian apikal, sisi akar, atau pada lokasi bila gigi penyebabnya telah diekstraksi. (1,2,4,5)

Kista Dentigerous terjadi pada sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi. Kista ini terbentuk setelah mahkota gigi mengalami kalsifikasi. Ditinjau dari hubungannya dengan gigi dapat dibedakan: tipe Perikoronal, Lateral, dan Sirkumferensial. Kista Primordial terjadi karena adanya perubahan kistik pada bagian dalam dental lamina sebelum terbentuk jaringan keras gigi. Kista ini dapat terjadi dimana saja pada rahang, namun lokasi tersering yaitu pada rahang bawah daerah Posterior. (1,435,6,7) Kista ini juga disebut Odontogenic Keratocyst.

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan klinik, radiografik, pemeriksaan punksi aspirasi cairan kista, pengamatan selama operasi pengangkatan kista. dan pemeriksaan histopatologik. Tindakan terapi umumnya dilakukan enukleasi, tetapi dapat pula dilakukan marsupialisasi, atau kombinasi antara marsupialisasi dan enukleasi pada tahap selanjutnya.

1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Svaras
Abstrak :
PENDAHULUAN


Pada anak, obstruksi primer ureter biasanya terjadi pada Ureteropelvic Junction (UPJ) dan Ureterovesical Junction (UVJ) Obstruksi pada UPJ merupakan kelainan kongenital tersering. Diagnosis seringkali terlambat sampai akhirnya terjadi infeksi saluran kemih berulang dan hidronefrosis (4,6,8)

Oleh karena obstruksi pada saluran kemih bisa menyebatkan kerusakan ginjal dan penurunan fungsi ginjal secara perlahan-lahan dan progresif, maka diperlukan diagnosis dan rekonstruksi secara dini, sehingga diharapkan kerusakan ginjal yang terjadi tidak berlanjut dan fungsi ginjal dapat membaik kembali.

Berikut ini akan dilaporkan satu kasus Iidronefrosis dan Megaureter yang disebabkan oleh obstruksi pada UPJ dan obstruksi pada UVJ pada seorang anak laki berusia 2,5 tahun dan dilakukan tindakan rekonstruksi berupa pyeloplasty dan ureteroneocystostomi

1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, T. J.
Abstrak :
ABSTRACT


As most often advocated, treatment of intestinal bleeding caused by typhoid fever is by conservative means. Although it requires meticulous and intensive care, treatment by surgery is rarity Four cases which are treated by surgery was reported and was decided upon after failure of conservative treatment. The fourth cases had resections of the distal ileum extended to a right hemicolectomy.

The histopathologic examination of the all cases, revealed alcerative plaques of Peyer's patches in the distal ileum and caeceum, confirming the diagnosis of typhoid fever.

1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunhadji Rubangi
Abstrak :
BAB I PENDAHULUAN

Pemakaian listrik yang makin meningkat dan meluas meningkatkan kecelakaan akibat listrik, baik di rumah maupun di daerah industri. Luka bakar yang ditimbulkannya mulai dari derajat ringan sampai derajat berat dan fatal. Dengan adanya listrik masuk desa, tentunya meningkatkan pula kemungkinan akan trauma listrik, lebih-lebih masyarakat belum banyak mengenal usaha pengamanannya. Tidak jarang tegangan tinggi 20.000 Volt masuk ke pemukiman penduduk yang padat Penghuninya.

Dalam makalah ini akan dibahas 20 kasus trauma listrik dan ha1ilintar yang dirawat di RSCM Januari 1983 sampai dengan September 1986 dengan tujuan:

- Mengingatkan kembali morbiditas dan mortalitas serta sequeale akibat trauma oleh tegangan medium (rumah tangga) dari tegangan tinggi.

- Meninjau dan mengevaluasi hasil pemeriksaan dan penatalaksanaan.

Untuk itu akan dibahas pathogenesa, akibat, diagnosa, penatalaksanaan dan tindakan trauma listrik sehingga penanganan selanjutnya bisa lebih terarah dan rasional.

Trauma listrik dan halilintar memberikan efek spesifik yang tidak sama dengan luka bakar biasa yaitu hisa menimbulkan luka bakar dalam dan kerusakan alat-alat dalam yang sering kali diabaikan sehingga pengobatan hanya ditujukan pada jejas luar yang nampak. Dengan menemukan jejas masuk dan jejas keluar lebih mudah untuk kita memperkirakan dan menemukan kerusakan endogen tersebut. Pemeriksaan pembantu tentang adanya haemoglobine dan myoglobine urine serta kadar kuantitatifnya saat ini akan dikembangkan lebih baik oleh Bagian Pathologi Klinik RSCM/FKUI Jakarta. Adanya myoglobine dalam urine menggambarkan adanya kerusakan otot akibat luka bakar endogen (Joule burn)?
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goenawan Slamet
Abstrak :
PENDAHULUAN
Makalah ini dibuat untuk meninjau lebih jauh kepustakaan yang ada sampai saat ini, di mana dibicarakan mengenai terapi amputasi, limb salvage dan ajuvan terapi yang diberikan sebelum atau sesudah terapi bedah, di mana semua hal tersebut ditujukan untuk meningkatan survival rate pada penderita osteosarkoma. Seperti kita ketahui, amputasi sampai saat ini merupakan pilihan utama dalam terapi bedah. Beberapa penulis mengemukakan bahwa sejak dua dekade terakhir ini reseksi menjadi populer. Kemudian W. F. Enneking pada tahun 1980 mengajukan staging untuk neoplasms muskulo skeletal, di mana penyusunan staging tersebut mempunyai maksud untuk menggolongkan faktor-faktor prognosa yang berarti penyusunan implikasi spesifik untuk terapi pembedahan, dan petunjuk untuk melengkapi terapi tambahan. Makalah ini juga berisi ilustrasi penderita-penderita yang berobat di Bagian Bedah RSCM, periode Januari 1980 s/d Desember 1981, yang mempunyai masalah lain di samping masalah diatas.

Bahan Dan Cara, Dikumpulkan status penderita osteo sarkoma yang berobat 1981 semuanya berjumlah delapan orang. Dikumpulkan kepustakaan yang ada, dan kemudian mencoba membandingkannya.

Kepustakaan, Osteosarkoma merupakan tumor tulang primer, menurut klasifikasi AEGERTER (1968) digolongkan dalam " True neoplasma of bone ", jenis " Osteogenic sarcoma ". Neoplasma ini berasal dari sel mesensimal primitif, serf osteoblastik, di daerah metafisis tulang panjang. Etiologi neoplasma ini belum dapat dijelaskan secara pasti, akan tetapi ditemukan oleh pengarang-pengarang, bahwa neoplasma ini dapat terjadi pada satu keluarga, setelah radiasi, bersama neoplasma lain, timbul dari neoplasma lain, setelah trauma , dan oleh virus. Neoplasma ini umumnya menyerang penderita usia antara deka de 1-2 pada metafisis tulang panjang, dan penderita lakilaki lebih banyak dari pada wanita. Insidens di Amerika Serikat 1 : 100.000, dan di Inggris 1: 75.000. Di dalam deretan tumor tulang primer, menempati urutan kedua setelah plasma sel yeloma. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, radiologis dan patologi anatomis.
1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Wahjudiana
Abstrak :
Pendahuluan
Tumor ganas maksila tidak sering dijumpai. Gejala permulaan samar-samar, dapat menyerupai radang sinus paranasal. Umumnya penderita datang telah ada benjolan sehingga penyakit telah meluas, dan telah mengenai struktur yang berdekatan. Diagnosa biasanya dibuat setelah stadium lanjut. Pengobatannya kompleks dan pronogsanya kurang baik.

Penanganan tumor ganas maksila di RSCM, disamping oleh bagian bedah, juga dilakukan oleh bagian THT. Akan dilaporkan kasus tumor ganas maksila yang dirawat di bagian bedah RSCM 1985-1986.

1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boediono
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan meningkatnya kasus kecelakaan lalu lintas, makin meningkat pula korban yang datang ke Instalasi Gawat Darurat.Bila a kita lihat laporan dari kepolisian yang menyebutkan jumlah kecelakaan lalu lintas dari bulan Januari 1985 sampai dengan Maret 1986 di daerah DKI Jakarta Raya sebesar 8.641 kasus yang menghasilkan korban sebesar 8.560 baik luka ringan, berat, ataupun korban meninggal, maka trauma tumpul ginjal yang merupakan bagian dari trauma tumpul secara keseluruhan akan cukup tinggi juga angkanya [2]. Sebagai gambaran j uml ah trauma tumpul ginjal di RSCM selama tahun 1984 dan 1985 sejumlah 42 kasus [13], tahun 1986 sejumlah 41 kasus, sedangkan tahun 1987 terdapat 52 kasus.Untuk menegakkan diagnosis trauma tumpul ginjal selain di pert ukan pemeriksaan fisik yang cermat di perlukan juga pemeriksaan pembantu berupa laboratorium terutama sedimen urine dan pemeriksaan radiologi yang sangat penting artinya. PETERSON dan SCHULZE (1986) menyebutkan bahwa suatu yang mahal dan menunda waktu saja bila melakukan pemeriksaan radiologis secara menyeluruh pada kasus-kasus trauma dengan hematuria [II].MAKSUD DAN TUJUAN, Maksud tulisan ini adalah meninjau beberapa kepustakaan tentang trauma tumpul ginjal, mengevaluasi gejala klinis hematuria baik secara mikro ataupun gross dengan tanda syok ataupun tidak yang mengikuti trauma tumpul ginjal di RSCM selama tahun 1987 dengan tujuan mencari hubungan antara kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan BNO-IVP dan derajat cedera ginjal yang terjadi.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmin Sarana
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nangoy, Honnie
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian dari berat dan ukuran berbagai organ tubuh pada suatu populasi orang Indonesia, yaitu sebanyak 122 kasus yang terdiri dari 94 pria dan 26 wanita, berumur sekitar 20 sampai 49 tahun, pada tahun 1989. Pada penelitian ini ditemukan berat otak pria 1346,22 x 130,05 gr, wanita 1197,02 ± 143,71 gr, berat otak besar pria 1175,2O ± 118,03 gr, wanita 1042,10 ± 135,42 gr, ukuran otak besar pria 17,29 x 14,60 x 6,97 cm, wanita 16,89 x 12,96 x 6,62 cm, berat otak kecil pria 137,00 ± 16,52 gr, wanita 127,63 ± 11,66 gr, ukuran otak kecil pria 5,89 x 10,01 x3,13 cm, wanita 6,05 x 9,87 x x 3,02 cm, berat batang otak pria 33,91 ± 11,55 gr, wanita 28,13 ± 9,67 gr, berat kelenjar gondok dan paratiroid pria 17,28 x 4,80 gr, wanita 18,22 x 5,14 gr, ukuran baga kanan gondok pria 4 ,80 x 2 40 x 1 57 wanita 4,44 x 2,32 x 1,63 cm, baga kiri gondok pria 4,60 x 2,23 x 1,46 cm, wanita 4,43 x 2,03 x 1,50 cm isthmus pria 1,70 x 1,12 x 0,31 cm, wanita 1,62 x 1,04 x 0,29 cm, berat jantung pria 257,45 x 38,78 gr, wanita 218,50 ± 34,16 gr, ukuran jantung pria 11,90 x 9,95 x 4,43 cm, wanita 11,80 x 9,83 x 4,22 cm, berat paru kanan pria 420,80 ± 205,00 gr,wanita 394,40 ± 133,60gr, paru kiri pria 381,90 ± 175,00 gr, wanita 336,80 ± 107,30 gr, ukuran paru kanan pria 21,60 x 15,50 x 6,62 cm, wanita 20,10 x 15,00 x 7,36 cm, paru kiri pria 22,70 x 14,80 x 6,02 cm, wanita 21,50 x 14,30 x 6,34 cm, berat hati pria 1162,80 ± 292,53 gr, wanita 1081,00 ± 228,38 gr, ukuran hati pria 27,60 x 16,70 x 5,88 cm, wanita 27,60 x 16,40 x5,04 cm, berat limpa pria 112,50 ± 37,77 gr, wanita 104,20± 27,77gr, ukuran limpa pria 11,50 x 7,18 x 2,15 cm, wanita 11,80 x 6,94 x 2,22 cm, berat kelenjar liur perut pria 80,57 ± 19,95 gr, wanita 67,83 ± 16,90 gr , ukuran kelenjar liur perut pria 20,40 x 4,54 x 1,58 cm, wanita 19,40 x 4,64 x 1,36 cm, berat anak ginjal kanan pria 5,99± 1,70 gr, wanita 4,81 ± 1,48 gr, ukuran anak ginjal kanan pria 5,16 x 5,60 x 0,41 cm, wanita 4,78 x 2,90 X 0,55 cm, berat anak ginjal kiri pria 5,77 ± 1,70 gr, wanita 4,82 ± 1,66 gr, ukuran anak ginjal kiri pria 5,13 x 2,73 x 0,41 cm, wanita 4,85 x 2,70 x 0,46 cm, berat ginjal kanan pria 102,70 ± 20,06 gr, wanita 96,48 ± 23,71 gr, ukuran ginjal kanan pria 10,00 x 5,41 x 2,51 cm, wanita 9,94 x 5,13 x 2,45 cm, berat ginjal kiri pria 104,80 ± 21,11 gr, wanita 95,74 ± 21,38 gr, ukuran ginjal kiri pria 10,00 x 5,22 x 2,53 cm, wanita 9,77 x 5,13 x 2,47 cm, berat kelenjar prostat 16,86 ± 2,99 gr, ukuran prostat 3,35 x 4,46 x 1,95 cm, berat buah zakar kanan 13,89 ± 3,38 gr, kiri 13,45 ± 3,13 gr, ukuran buah zakar kanan 4,08 x 2,71 x 1,55 cm, kiri 3,95 x 2,64 x 1,54 cm. Berat rahim 69,53 ± 22,52 gr, ukuran rahim 7,97 x 5,53 x 2,75 cm, berat indung telur kanan 7,29 ± 2,33 gr, kiri 7,07 ± 2,02 gr, ukuran indung telur kanan 3,36 x 2,31 x 0,94 cm, kiri 3,45 x 2,04 x 0,98 cm. Dari penelitian pada suatu populasi orang Indonesia terlihat bahwa secara umum berat dan ukuran rata-rata berbagai organ tuhuh orang Indonesia adalah lebih kecil dibandingkan dengan data-data dari peneliti Barat, serta ratio berat organ-organ terhadap berat badan, terutama ratio berat limpa terhadap berat badan (rumus Spencer dan Chaudhuri) dapat digunakan untuk identifiikasi berat badan jenazah, khususnya pada kasus mutilasi.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriansyah
Abstrak :
1. Trauma laringotrakea adalah trauma yang dibatasi pada daerah laring, trakea bagian cervikal, dan esofagus. 2. Penderita terbanyak adalah laki-laki dewasa usia produktif. Diagnosis relatif mudah ditegakkan, sehingga klassifkasi menurut Fuhrman dkk tidak dipakai di Sub.Bag.Bedah Torak FKUI RSCM. 3. Pemeriksaan CT scan atau triple endoskopi ( laringoskopi, bronkoskopi, esofagoskopi ) untuk akurasi diagnosis dan mencegah ekstended eksplorasi. 4. Cedera esophagus lebih sering dijumpai pada trauma tembus tajam dengan cedera laringotrakea lebih dari setengah Iingkaran. 5. Angka morbiditas dan mortalitas tergantung pada kecepatan diagnosis dan penatalaksanaannya.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T57937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>