Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Irawan
Abstrak :
Kelainan rongga mulut sebagai manifestasi leukemia dapat disebabkan antara lain karena adanya penekanan sumsum tulang, efek dari kemoterapi dan infiltrasi sel-sel leukemia. Selain dari faktor tersebut kelainan rongga mulut dapat diperberat oleh faktor Iokal (dental plak don kalkulus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi status kebersihan mulut dan status hematologi terhadap timbulnya kelainan rongga mulut. Dari hasil penelitian terhadap 62 penderita leukemia baik akut maupun kronis ditemukan kelainan rongga mulut sebenyak 77,41 Z. Kelainan yang terbanyak ditemukan adalah perdarahan gusi dengan petekie don ekimosis diikuti pembesaran gusi, ulkus, gingivitis dan kelainan lain berupa pigmentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan status hemetologi (gambaran darah tepi) sangat berpengaruh terhadap timbulnya kelainan rongga mulut don Oral Hygiene memperbera t kelainan tersebut dan Pekerjaan merupakan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya piutang. Karakteristik Piutang Dan Pasien Rawest Inap Bayar Sendiri adalah Pelunasan dan Angsuran Piutang Tanpa Tanggal Pembayaran dan Piutang Ragu-Ragu. Saran-saran yang bisa disampaikan adalah mengoptimalkan fungsi-fungsi yang terkait dengan manajemen piutang terutama Penataan Rekening dan Penagihan. Monitoring ketat atas pemilihan kelas, pelaksanaan prosedur tetap pasien masuk dan lepas rawat serta meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja petugas melalui pendidikan, latihan dan Reward yang memadai. vii + 99 halaman : 9 tabel, 2 gambar, 12 lampiran.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruby Chahya
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hubungan cheilitis angularis dan status gizi yang terjadi pada anak sekolah dasar di kecamatan Pacet kabupaten Cianjur. mengingat hingga kini belum ada laporan mengenai hal tersebut. Penelitian dilakukan pada anak sekolah dasar yang berumur 5-15 tahun. yang berasal dari 3 sekolah dasar yang dipilih secara acak sederhana dari 10 sekolah dasar yang ada di kecamatan tersebut. Selanjutnya dari 3 sekolah dasar terpilih 315 anak yang merupakan sampel yang diperoleh secara acak sistematis. Pemeriksaan klinis cheilitis angularis dilakukan dibawah penerangan sinar matahari langsung, dan penentuan status gizi dilakukan secara antropometrik. Hasilnya ditemukan 85 anak yang menderita cheilitis angularis. Persentase cheilitis angularis tertinggi didapatkan pada kelompok umur 6-7 tahun dan menurun sejalan dengan peningkatan umur. Cheilitis angularis ditemukan lebih banyak pada pria {65%) daripada wanita (35%). Dari 85 anak yang menderita cheilitis angularis. 47 anak didapatkan dengan status gizi kurang dan 38 anak dengan status gizi baik dengan X2 hitung pada α 0.05. dk1=6.29. Sedangkan hubungan keparahan dan status gizi didapatkan X2 hitung pada α 0.05. dk3=0.05. Dapat disimpulkan penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan terjadinya cheilitis angularis dan status gizi. tetapi tidak ditemukan adanya hubungan keparahan cheilitis angularis dan status gizi.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjani
Abstrak :
ABSTRAK
Cheilitis angularis adalah peradangan pada satu atau kedua sudut mulut yang berupa maserasi, fisur dan eritema yang erosi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya cheilitis angularis antara lain berkurangnya dimensi vertikal, defisiensi nutrisi dan "superimpose" dari mikroorganisme yaitu Candida albican, Staphylococcus dan Streptococcus. Pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada anak-anak SD kecamatan Pacet kabupaten Cianjur temyata ditemukan banyak penderita cheilitis angularis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya mikroorganisme pada cheilitis angularis anak-anak didaerah ini dan mikroba mana yang lebih banyak ditemukan. Subyek dipilih dari muridmurid SD dikecamatan Pacet kabupaten Cianjur. Dari 315 orang murid, ditemukan 85 orang (24,21%) yang menderita cheilitis angularis. Hasil yang diperoleh dari 79 sampel yang dapat dianalisa secara mikrobiologis terlihat pria lebih banyak dari wanita, makin meningkat umur anak terlihat penurunan jumlah penderita cheilitis angularis, ditemukan mikroorganisme dengan urutan terbanyak stafilokokus 48 (60,75%), streptokokus 42 (53,16%) dan candida 23 (29,75%), makin parah cheilitis angularis makin banyak dapat diidentifikasi kombinasi mikroorganisme. Kesimpulan yang diperoleh, bukan saja golongan jamur berperan pada cheilitis angularis, tetapi kuman golongan kokus lebih banyak ditemukan dibanding jamur. Oleh sebab itu dalam pemberian terapi diperlukan kombinasi anti jamur dan antibiotik secara topikal.

1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aliyah Pradono
Abstrak :
Stomatitis aftosa rekuren (SAR), disebabkan oleh multifaktor. Salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya SAR adalah defisiensi zat besi. Keadaan defisiensi zat besi dapat diketahui dengan melihat kadar serum iron (SI) penderita. Hasil dari berbagai penelitian dari berbagai negara tentang hal tersebut masih terdapat banyak perbedaan. Sehubungan dengan itu perlu kita ketahui keadaan kadar SI pada penderita SAR yang datang ke klinik penyakit mulut RSCM. Dari tiga puluh satu pasien SAR yang datang pada periode Juni 1992 - Juni 1993, dilakukan pemeriksaan SI, total iron binding capacity (TIBC), hemoglobin (Hb). Hasilnya terdapat 6 (19.35%) pasien SAR dengan nilai SI di bawah normal dan tidak satupun dari grup kontrol. Secara statistik nilai rata-rata kadar SI tidak berbeda bermakna dibanding dengan kontrol. Dari 6 pasien dengan SI di bawah normal, 1 pasien dengan TIBC tinggi, 1 pasien dengan TIBC rendah, 4 pasien dengan TIBC normal dan 3 pasien dengan Hb rendah. Jadi pada penderita SAR perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, SI dan TIBC.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Susana Widjaja
Abstrak :
ABSTRAK
Kelainan dalam rongga mulut sering menunjukkan tanda dan gejala pada penderita dengan leukemia yang belum terdiagnosis. Leukemia akut dapat terjadi pada setiap usia namun penyakit ini umumnya ditemukan pada anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai manifestasi mulut penyakit leukemia akut anak pada waktu penderita datang pertama kali ke sub bagian Hematologi IRA FKUI/RSCM.

Dari hasil penelitian secara retrospektif pada 95 kartu catatan medik penderita leukemia akut ditemukan kelainan rongga mulut sebanyak 34,74 %. Kelainan rongga mulut yang terbanyak ditemukan berupa perdarahan gusi selanjutnya adalah pembesaran gusi, petekie, ekimosis dan ulkus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umumnya leukemia akut disertai trombosotopenia.

1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titiek Setyawati
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pola distribusi dan frekuensi kanker mulut sesuai letak, jenis kelamin, jenis kanker dan usia dari tahun 1985-1987. Diharapkan hasil yang didapat berguna untuk menambah / melengkapi data yang sudah ada. Pengambilan data dilakukan pada Rumah Sakit di 5 wilayah DKI Jakarta yang mempunyai Laboratorium Patologi Anatomi. Penentuan data berdasarkan diagnosa Histopatologi dari sediaan yang berasal dari jaringan mulut sesuai dengan klasifikasi ICD-WHO. Analisa data dilakukan dengan membuat persentasi menurut usia, jenis kelamin, letak kelainan dan jenis kanker. Hasil Penelitian : Dari 3023 kasus yang diteliti didapatkan hasil 434 (14%) kasus kanker mulut dengan frekuensi tertinggi pada pria (54.84 %). Pada penelitian ini juga didapatkan "range" kanker mulut antara usia 6 bulan-95 tahun, dan kelompok usia 41-50 tahun mempunyai angka kejadian yang paling tinggi (20.74 %). Lokasi yang paling banyak terkena kanker adalah lidah (21.18 %). Dari 30 macam diagnosa histopatologi yang didapat, karsinoma sel skuamosa merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi (52.07 %).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami Sunardi
Abstrak :
Perdarahan rongga mulut dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma perawatan gigi yang bersifat operatif. Penyebab perdarahan rongga mulut dapat karena faktor lokal (gingivitis, NUG, trauma akibat perawatan), gangguan hemostasis dan penyakit sistemik. Karena belum adanya data mengenai penyebab perdarahan rongga mulut, maka perlu dilakukan pemeriksaan hemostasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab perdarahan rongga mulut sehingga penanganan kasus perdarahan tersebut dapat dilakukan secara rasionil. Bahan pemeriksaan berupa darah Sena 11 ml, yang diambil dari penderita perdarahan rongga mulut yang datang ke Bagian Penyakit Mulut RSCM, Exodonsia dan Periodontologi FKG UI. Pemeriksaan klinis dilakukan di Bagian Penyakit Mulut RSCM sedang pemeriksaan hemostasis yaitu masa perdarahan, percobaan pembendungan, hitung trombosit, PT, APTT, kadar fibrinogen dan agregasi trombosit dilakukan di Bagian Patologi Klinik FK UI/RSCM. Hasil penelitian: Dari 25 penderita perdarahan rongga mulut menunjukkan 16 orang (64%) memberikan hasil abnormal pada pemeriksaan hemostasis, 1 disertai kelainan sistemik dan 2 dengan kelainan bawaan. Gangguan hemostasis yang terbanyak adalah pada agregasi trombosit yaitu 12 dari 25 penderita (48%). Percobaan pembendungan abnormal pada 8 orang (32%); APTT memanjang pada 4 orang (16%); kadar fibrinogen rendah pada 3 orang (12%); Hitung trombosit rendah pada 1 orang (4%). Dari 9 penderita yang menunjukkan hasil normal pada pemeriksaan hemostasis, 3 orang disebabkan NUG dan 6 orang gingivitis. Sedangkan 4 dari 16 penderita yang menunjukkan kelainan hemostasis abnormal juga disertai dengan NUG.
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Boedi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai volume saliva dan jumlah koloni Candida spesies di dalam mulut pasien perokok dan bukan perokok. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penelitian dengan memeriksa saliva pada 62 pasien Perokok dan bukan Perokok di Laboratorium Diagnostik & Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Jakarta. 1 mililiter saliva dibiak dalam medium Agar Dextrosa Sabouraud yang mengandung antibiotika dan diperam pada suhu 37° Celcius selama 48 jam serta diidentifikasi jenis j amur yang tumbuh. Hasil Pengamatan : Dari 32 pasien Perokok yang diperiksa volume salivanya ternyata terdapat perbedaan bermakna dibandingkan dengan 30 pasien bukan Perokok. Sedangkan dari hasil biakan jamur Candida terdapat perbedaan bermakna antara jumlah kasus Perokok (21%) dan bukan perokok (3,2%) yang mempunyai koloni Candida spesies diatas 400 per mililiter saliva. Terlihat pula hu-bungan yang erat antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan jumlah koloni Candida spesies di dalam mulut.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ariani
Abstrak :

Latar belakang: Populasi lansia di Indonesia meningkat, sebagian ada yang hidup di PSTW binaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah memiliki wewenang untuk menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendampingan bagi lansia. Namun hanya sedikit penelitian mengenai lesi mulut pada lansia di Indonesia. Tujuan: Untuk menganalisis kondisi rongga mulut dan penyakit sistemik pada lansia di PSTW DKI Jakarta. Metode: Subjek penelitian didapat melalui metode consecutive sampling pada populasi lansia di 5 PSTW di 3 wilayah DKI Jakarta. Dari 1185 penghuni PSTW diperoleh 273 yang memenuhi kriteria inklusi. Data sosiodemografi dan riwayat penyakit sistemik diambil dari rekam medis di panti. Semua subjek dilakukan pemeriksaan oral, yaitu Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S), Papilary Bleeding Index (PBI), Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T), Skor Indeks Mukosa Plak (MPS), dan pemeriksaan laju alir dan pH saliva, lesi mulut dan topografi lesi mulut. Subjek diwawancarai tentang kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan mulut. Hasil: Prevalensi lesi mulut terbanyak adalah gingivitis dan prevalensi penyakit sistemik terbanyak adalah hipertensi. Kategori OHI-S buruk, kategori PBI baik, kategori DMF-T sangat tinggi, kategori indeks MPS baik. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan jenis pekerjaan dengan penyakit sistemik pada lansia. Lansia dengan kebiasaan merokok, menyirih, dan minum alkohol cenderung memiliki penyakit sistemik. Lansia dengan penyakit sistemik cenderung memiliki lesi mulut. Kesimpulan: Kondisi mulut dan penyakit sistemik pada lansia yang tinggal di PSTW DKI Jakarta dalam keadaan tidak baik. 


Background: The population of elderly in Indonesia is increasing, some are living on government institutions in Jakarta. The government has the authority to ensure the availability of health facilities and assistance for the elderly. There are only a few studies on oral lesions of elderly in Indonesia. Objective: To analyze the condition of the oral lesion and systemic disease of elderly on government institutions in Jakarta. Method: Subjects were obtained through consecutive sampling method of elderly population in 5 governent institutions in 3 areas of Jakarta. Of the 1185 residents, 273 were obtained inclusion criteria. Sociodemographic data and history of systemic diseases were taken from medical records in the institution. All subjects had oral examinations, which are Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S), Papilary Bleeding Index (PBI), Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T), Mucosal Plaque Index Score (MPS), and examination of flow rate and salivary pH, oral lesions and oral lesions topography. Subjects were interviewed about oral health related habits. Results: The most common oral lesions was gingivitis and most common systemic diseases was hypertension. OHI-Scategory is bad, PBI category is good, DMF-T category is very high, MPS index category is good. There is a relationship between gender and type of work with systemic diseases in the elderly. Elderly with the habit of smoking, snacking, and drinking alcohol tend to have systemic diseases. Elderly with systemic diseases tend to have oral lesions. Conclusion: Oral conditions and systemic diseases in elderly who living in institution in Jakarta are not good.

2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartika Sari
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui konsentrasi dari virus Epstein-Barr pada saliva dengan teknik Real-Time PCR pada RS Kramat 128 Jakarta dan korelasinya dengan terapi antiretroviral, Limfosit T CD4 dan viral load HIV. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan metode potong lintang. Data didapatkan dari pasien HIV yang berkunjung ke RS Kramat 128 pada periode bulan September-Oktober 2019 dengan kelompok kontrol pegawai RS Kramat pada periode tersebut. Seluruh subjek penelitian (77 subjek, 53 HIV dan 24 non-HIV sebagai kelompok kontrol) yang bersedia berpartisipasi diminta untuk mengisi kuesioner, diperiksa rongga mulutnya, serta dikumpulkan salivanya dalam kondisi terstimulasi dan tidak terstimulasi. Saliva yang terkumpul kemudian diekstraksi DNA nya dan dilakukan pemeriksaan real-time PCR dengan menggunakan diagnostik kit untuk EBV pada Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi FKUI RSCM. Hasil: Konsentrasi virus Epstein-Barr pada saliva pasien HIV di RS Kramat 128 Jakarta secara statistik lebih tinggi daripada kelompok kontrol dengan median (min-maks) pada pasien HIV 13.950 (0-38.550.000) dan 680 (0-733.000) pada kelompok kontrol. Tipe antiretroviral memiliki korelasi rendah dengan konsentrasi EBV, namun penggunaan ART jangka panjang memiliki korelasi sedang dalam menurunkan konsentrasi EBV (korelasi negatif dengan r=0,295). Kenaikan jumlah EBV saliva pada pasien HIV secara signifikan memiliki korelasi sedang (korelasi positif dengan r=0,295), namun memiliki korelasi rendah dengan jumlah Limfosit T CD4. Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan antara konsentrasi EBV pada pasien HIV dan kelompok kontrol. Penggunaan ART jangka panjang dan viral load HIV secara signifikan memiliki korelasi sedang dengan konsentrasi EBV pada saliva. ......Objective: To reveal concentration of salivary Epstein-Barr Virus with real-time PCR Technique in Kramat 128 General Hospital HIV patient and its correlation with antiretroviral therapy, CD4 and HIV viral load. Method: This is an analytic descriptive cross-sectional study on HIV outpatient of Kramat 128 General Hospital in September-Oktober 2019 and employees of Kramat 128 as control group. All subjects (77 subject, with 53 HIV positive respondent and 24 non-HIVcontrol) willing to participate were asked to fill out a questionnare, followed by oral examination and saliva colection in stimulated and unstimulated method. The collected saliva then extracted and EBV concentration were count by real-time PCR using an EBV diagnostic kit at Center for Research on Institute of Human Virology and Cancer Biology Universitas Indonesia. Result: The concentrations of salivary EBV were significantly higher in HIV patients than non-HIV controls, with median (min-max) values in HIV patient 13.950 (0-38.550.000) and 680 (0-733.000) in non-HIV controls. The type of ART has low correlation with EBV concentrations, but long-term ART has medium correlation in reducing EBV concentrations (negative correlation with r=0,279). Increase amount of EBV in HIV patient were significantly has medium correlation with HIV viral load (positive correlation with r=0,295) but has low correlation with CD4 cell count. Conclusion: There are significant differences of salivary EBV concentrations in HIV patients and control group. Long term ART and HIV viral load significantly has medium correlation with EBV concentration.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>