Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Dwiyanti
"Rasa takut dan cemas terhadap berbagai jenis perawatan gigi banyak ditemukan pada anak usia remaja awal. Adanya rasa takut dan cemas ini akan mempengaruhi usaha program perawatan gigi yang optimal. Rasa takut dan cemas dipengaruhi oleh asumsi pribadi yang disebabkan adanya ketidaktahuan akan kesehatan gigi dan perawatan yang dilakukan. Selain itu rasa takut dan cemas dipengaruhi pula oleh tumbuh kembang anak serta faktor pelayanan yang didapat saat pertama kali berobat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran yang jelas tentang perawatan kedokteran gigi jenis apa yang paling menakutkan terutama pada anak usia remaja awal. Disamping itu pula apakah ada perbedaan rasa takut dan cemas sebelum, pada saat, dan setelah perawatan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa jenis perawatan kedokteran gigi yang paling menakutkan adalah penyuntikan, pencabutan, dan pengeboran. Hasil uji analisis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna sebelum, pada saat, dan setelah perawatan pada jenis perawatan penyuntikan. Sedangkan pada jenis pencabutan dan pengeboran didapat perbedaan tidak bermakna sebelum dan pada saat perawatan. Akan tetapi pada saat dan setelah dilakukan pencabutan dan pengeboran didapat hasil berbeda bermakna.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rasa takut dan cemas pada anak usia remaja awal ditemukan tinggi terutama pada perawatan penyuntikan kemudian diikuti oleh pencabutan dan pengeburan. Dengan ditemukan adanya rasa takut dan cemas terhadap jenis perawatan tersebut maka perlu kiranya lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasa takut dan cemas terutama untuk mendapatkan usaha program kesehatan gigi yang optimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Ali
"Penelitian di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran umum tingkat kesehatan gigi dan mulut (kebersihan mulut, kesehatan gingiva, dan karies gigi) anak yang berkunjung di Klinik Khusus Tumbuh Kembang Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dan untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut (kebersihan mulut, kesehatan gingiva, dan karies gigi) antara anak sindroma Down dan anak non sindroma Down yang berkunjung ke Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita. Selain itu juga diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun program perawatan gigi dan mulut anak sindroma Down di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Subyek penelitian dilakukan pada 34 anak sindroma Down dan 39 anak yang tidak mengalami kelainan genetika dengan usia 21-76 bulan. Penelitian merupakan kasus kelola berdasarkan data rekam medik, pengamatan serta wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks gingivitis untuk kelompok anak sindroma Down 0,60 dan anak non sindroma Down 0,51, ada perbedaan yang tidak bermakna. Anak sindroma Down mengalami karies dengan def-t rata-rata 4,65 dan anak non sindroma Down def-t rata-rata 4,28."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazarus Sugeng Hartono
"ABSTRAK
Penelitian di Kabupaten D.T.II Tangerang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karies gigi sulung anak prasekolah dengan kadar fluor dalam air minum pada daerah tersebut. Subjek penelitian terdiri dari anak prasekolah yang berusia 2-5 tahun sejumlah 341 anak dan air sumur yang dipergunakan sebagai air minum utama. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan indeks plak rata-rata 2.34, 80.6% anak mengalami karies dengan def-t rata-rata 5.60, def-s rata-rata 12.47. Radar fluor dalam air minuet rata-rata 0.38 ppm. Dengan analisa regresi linier terbukti ada hubungan tidak bermakna antara kadar fluor air minuet dengan karies gigi sulung dengan r = - 0.04 ( p > 0.05 ).
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartati Poerwanto
"Pemasangan mahkota logam pada gigi sulung dikawatirkan karena kebersihan mulut anak umumnya buruk dan sering dijumpai gingivitis. Untuk itu perlu diteliti bagaimana pengaruh pemasangan mahkota logam pada gigi sulung terhadap kesehatan gingiva, serta untuk mengetahui bagian permukaan gigi yang banyak terakumulasi plak dan bagian gingiva yang mengalami gingivitis.
Sebagai subyek adalah murid SD di Kelurahan Grogol Selatan. Pada awal penelitian seluruh murid kelas I & II diberi pendidikan cara melakukan kebersihan mulut. Pada subyek dilakukan oral profilaksis kemudian dipasang mahkota logam pada 30 gigi molar satu bawah sulung dengan karies dentin. Jenis gigi yang sama pada sisi yang berlawanan digunakan sebagai kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara gigi dengan mahkota logam dan gigi kontrol terhadap akumulasi plak serta terjadinya gingivitis. Gingivitis lebih banyak dijumpai pada permukaan lingual dan akumulasi plak lebih banyak pada permukaan distofasial dan lingual dibanding dengan permukaan mesiofasial dan fasial. Oleh karena itu pads anak dengan mahkota logam supaya lebih meningkatkan kebersihan mulut pada seluruh permukaan giginya terutama daerah yang sukar dibersihkan. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Pratiwi
"Pemerintah Indonesia, khususnya para dokter, dewasa ini giat menganjurkan kepada kaum ibu agar mengutamakan pemberian Air Susu Ibu sebagai makanan bayi, sekurang-kurangnya sampai bayi berusia dua tahun. Tujuan dari anjuran tersebut, selain untuk meningkatkan kesehatan anak, juga untuk meningkatkan kesehatan kaum ibu itu sendiri. Dalam usaha peningkatan kesehatan anak pemberian ASI sebagai makanan bayi jauh Iebih menguntungkan dari pada menggunakan jenis makanan lain Pengganti Air Susu Ibu (PASI), ASI lebih bersih, lebih mudah didapat, lebih murah, lebih bergizi, dan menjamin daya tahan tubuh bayi yang lebih balk.
Anjuran untuk kembali kejenis makanan alamiah diatas, didukung oleh bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Akan tetapi akhir-akhir ini beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan "Nursing Bottle Caries" juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu pada. Padahai karies gigi semacam itu , lebih-lebih yang tidak dirawat ; pada gilirannya akan sangat merugikan kesehatan anak.
Nursing Bottle Caries, Nursing bottle syndrome, Night Bottle syndrome, Bottle Mouth, Baby Bottle Caries, Nursing Mouth, dan Labial Caries, adalah suatu keadaan yang terdapat pada anak-anak berusia sangat muda (12 - 36 bulan), yang mempunyai kebiasaan mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohidrat, semenjak berbaring sampai tertidur.
Karies gigi jenis ini, yang keadaannya mirip "Rampant Caries", mempunyai pola yang khas. Proses terbentuknya pola tersebut erat hubungannya dengan kebiasaan pemberian makanan, yaitu diperbolehkannya anak-anak mengedot botol sampai tertidur, Menurut Para ahli, dalam tingkat keparahan yang bagaimanapun, pola Nursing Bottle Caries adalah sebagai berikut. Gigi pertama yang terkena adalah gigi insitif lateral, lingual, mesial, dan distal, setelah itu, gigi insitif lateral atas; permukaan labial, lingual, mesial, dan distal. Kemudian , permukaan oklusal gigi molar satu atas dan satu bawah, serta gigi kanan bawah. Bila kebiasaan pemberian makanan sampai anak tertidur berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi keadaan iebih lanjut, yaitu karies akan tampak pada permukaan oklusal molar dua atas serta bawah, dan yang terakhir adalah gigi insitif bawah.
Akhir-akhir ini, seperti telah diutarakan sebelumnya, beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan Nursing Bottle Caries juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu ibunya. Menurut Lawrence A. Kotlow, hal itu dimungkinkan karena sebagian besar penderita menyusu ibunya sampai berusia lebih dari dua dan tiga tahun. Dalam periode tersebut, setiap harinya mereka diperbolehkan menyusu sampai beberapa jam, dan bahkan sering tertidur dalam keadaan dimana puting susu ibu masih berada di rongga mulutnya. Peristiwa yang tersebut terakhir dapat terjadi dua sampai tiga kali perhari, dan kadang-kadang malah berlangsung sepanjang malam.
Bila penjelasan Kotlow diperhatikan dengan seksama, maka yang sesungguhnya telah terjadi adalah : pertama , bahwa ASI juga merupakan penyebab terjadinya kaies gigi. Kedua, bahwa kebiasaan pemberian makanan, dalam hal ini diperbolehkannya anak-anak menyusu ibu sampai tertidur, adalah faktor yang berperan tergadap pola khas dari jenis karies tersebut diatas. Dan Ketiga, diperbolehkannya anak-anak mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohydrat sampai tertidur, bukanlah satusatunya penyebab terjadinya karies gigi dengan pola khas pada anak-anak berusia sangat muda."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana
"Sindroma Down disebabkan abnormalitas kromosom yaitu nondisjuction kromosom 21 dengan karakteristik tertentu. Anak sindroma Down memiliki resistensi yang baik terhadap karies. sIgA di dalam saliva merupakan tanda diaktivasinya respon imun humoral di dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar sIgA saliva dengan karies anak sindroma Down. Subjek penelitian berusia 15-17 tahun, sebanyak 34 orang yang tediri dari 17 anak sindroma Down dan 17 anak normal. Seluruh subjek penelitian dinilai kadar sIgA saliva menggunakan ELISA tidak langsung. Hasil penelitian menunjukan hubungan negatif kuat bermakna antara kadar sIgA saliva dan karies anak sindroma Down (r=-0.628, p=0.007). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar sIgA saliva dan karies anak sindroma Down.

Down syndrome is caused by chromosomal abnormalities nondisjuction chromosome 21 with particular characteristics. Down syndrome children have a good resistance against caries. sIgA in the saliva is a sign activated humoral immune response in the oral cavity. This study aimed to investigate the relationship of salivary sIgA concentrations with caries Down syndrome children. Subjects aged 15-17 years, a total of 34 people consisting of 17 Down's syndrome children and 17 normal children. All subject of the study assessed the concentratios of salivary sIgA using indirect ELISA. The results showed an significant strong negative correlation was found between salivary sIgA concentration and caries Down syndrome children (r = -0628, p = 0.007). This study established that salivary sIgA concentration and caries Down syndrome children was significant correlation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita Nuraini
"ABSTRAK
Status kesehatan gigi dan mulut seseorang sangat ditentukan oleh perilakunya dalam menjaga kesehatan. Pengaruh faktor lingkungan berupa interaksi dengan lingkup terkecil akan mempengaruhi terbentuknya perilaku. Orang tua terutama ibu memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anak dan menjadi contoh bagi pembentukan perilaku. Proses peradangan gingiva sebagai awal dari terjadinya penyakit periodontal dapat terjadi sejak gigi sulung erupsi dan pada anak usia prasekolah merupakan periode awal terjadinya gingivitis, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu dengan status gingiva ibu dan anak usia 3-5 tahun. Subjek pada penelitian ini adalah 60 anak berusia 3-5 tahun yang bersekolah di TK Cempaka Kelurahan Gondangdia Jakarta Pusat, TK YWPM Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat, TK Mutiara Indonesia Bekasi beserta ibunya. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik potong lintang. Di dalam rancangan ini pada seluruh subyek dilakukan pengambilan data mengenai perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut ibu menggunakan kuesioner HU-DBI dan pemeriksaan kesehatan gingiva pada ibu dan anak berdasarkan ORI, GI dan pemeriksaan derajat keasaman (pH) saliva. Distribusi frekuensi jawaban kuesioner menunjukkan bahwa perilaku ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya adalah baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara perilaku ibu dengan ORI, GI ibu, pH saliva ibu serta ORI-C.

ABSTRACT
Oral health status is determined by health behavior. Environmental interactions in the family will affect behavioral shaping. Parents especially mothers have an important role on educating their children. Gingival inflammation indicates the process of periodontal disease and can begin as early as the first tooth erupts. Preschool children is a period when gingivitis can occur, therefore a research on relationship between mothers’ oral health behavior with gingival health status of herself and children needs to be done. Subject in this study are 60 pairs of mother
and their 3-to-5-year-old children from TK Cempaka Kelurahan Gondangdia Jakarta Pusat, TK YWPM Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat, TK Mutiara Indonesia Bekasi. Research method is cross sectional analytical survey. Examination on mothers’ behavior using Hiroshima University Dental Behavioral Inventory (HUDBI)
questionnaire. The clinical parameter consist of mother-children’s gingival health status measured by ORI, GI and saliva acidity. Frequency distribution of the respondent shows that mothers’ oral health behavior are good. The result of this study shows that there is a significant relationship between mothers’ behavior with ORI,
mothers’ GI, mothers’ saliva acidity and child’s GI."
2013
T35002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyaningrum Dwihadiputro
"ABSTRAK
Perilaku hidup sehat gigi dan mulut akan berdampak pada status kesehatan gigi dan
mulut seseorang berupa ada atau tidak . Peran ibu dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut anak ataupun mendidik anak dalam kesehatan gigi sangat tergantung kepada
perilaku ibu. Anak usia 4-5 tahun termasuk kelompok risiko karies yang tinggi, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku kesehatan gigi dan
mulut ibu terhadap status karies ibu dan anak. Tujuan penelitian ini adalah
membuktikan adanya hubungan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi mulut ibu,
beserta data status kesehatan karies ibu dan anak. Subjek pada penelitian iniadalah 61
ibu dan anaknya berusia 4-5 tahun yang bersekolah di TK Cempaka Kelurahan
Gondangdia Jakarta Pusat, TK YWPM Kelurahan Tanah Tinggi Jakarta Pusat, TK
Mutiara Indonesia Bekasi. Metode penelitian ini menggunakan rancangan
observasional potong lintang. Di dalam rancangan ini dilakukan pemeriksaan perihal
perilaku kesehatan gigi dan mulut pada ibu, status karies ibu dan anak berdasarkan
indeks DMF-T, def-t dan pemeriksaan derajat keasaman (pH) plak. Pemeriksaan
terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut ibu menggunakan kuesioner HU-DBI.
Pada penelitian ini didapatkan indeks karies ibu dan anak yang tinggi. Hasiluji Mann-
Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara karies gigi ibudan anaknya,
namun tidak ada perbedaan status karies anak antara ibu rumah tangga dan ibu yang
bekerja. Dari uji binomial diketahui bahwa perilaku ibu dalam menjaga kesehatan
gigi dan mulutnya adalahbaik. Hasil uji Spearman diketahui bahwa terdapat
hubungan yang sangat lemah dan tidak bermakna antara perilaku kesehatan gigi dan
mulut ibu terhadap status karies ibu dan anak, serta hubungan berdasarkan pekerjaan
ibu terhadap indeks karies ibu dan anak. Perilaku kesehatan gigi dan mulut ibu yang
baik masih menjadir isiko terjadinya karies ibu, namun dapat menjadi factor protektif
dalam risiko kejadian karies anaknya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku
kesehatan gigi dan mulut ibu memiliki hubungan yang sangat lemah dan tidak
bermakna dengan status karies ibu dan anak, namun perilaku ibu dapat menjadi factor
protektif dari terjadinya risiko karies gigi anaknya.

ABSTRACT
Oral health behavior will have an impact on oral health status of a person in the form
of the presence or absence of diseases in the mouth. Mothers’ role in maintaining oral
health in children or educate children dental health is dependent upon the mothers’
behavior.Children aged 4-5 years is include in a high caries risk group, it is necessary
to conduct a study to determine the relationship of oral health to the mother caries
status of mothers and children.The purpose of this study is to prove the existence of a
relationship mothers’ oral health behavior, along with the data caries status of
maternal and their children’s health. Subjects in this study were 61 mothers and their
children aged 4-5 years who attended TK CempakaGondangdia village in Central
Jakarta, TK YWPM Tanah Tinggi village in Jakarta Pusat, TK Mutiara Indonesia
Bekasi. Method of this study uses cross-sectional observational design. The
examination concerning mothers’ oral health behavior, the mother and child caries
status based on DMF-T, def-t index, and the examination of the degree of acidity
(pH) plaque. Examination of mothers’ oral health behavior using HU-DBI
questionnaire.In this study obtained caries index on mothers and children is high.
Mann-Whitney test results show that there is a difference of dental caries between
mothers and their children, but there was no difference in caries status of children
with housewives and working mothers. From the binomial test is known that
mothers’ oral health behavior in maintaining healthy teeth and mouth counted as
good.Spearman's test result is known that there is a very weak and no significant
correlation between mothers’ oral health behavior with caries status of mothers and
children, and relationships based on mothers’ employment and child caries index.
Good oral health behavior of mothers is still a risk on mothers’ dental caries, but can
be a protective factor in the incidence of caries risk in their children.The conclusion
of this study is mothers’ oral health behavior has a very weak and no significant
correlation with caries status of mother and children, but mothers’ oral health
behavior may be a protective factor of occurrence of dental caries risk in children."
2013
T35000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrita Widyagarini
"ABSTRAK
Streptococcus mutans (S. mutans) diketahui merupakan bakteri patogen utama
dalam proses karies. Koloni S. mutans pada anak dapat terbentuk melalui
transmisi S. mutans yang terutama bersumber dari ibu. S. mutans serotipe c, e, dan
f diklasifikasikan berdasarkan pada komposisi kimia polisakarida spesifik serotipe
dan sering ditemukan pada sampel plak. Sampel plak didapatkan dari 66 pasang
anak usia 3-5 tahun dan ibunya. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) yang
dipakai dengan menggunakan primer gtfB dalam penelitian ini telah
mengkonfirmasi keberadaan S. mutans pada 46 sampel plak pasang anak dan
ibunya. Terdapat hubungan yang bermakna antara karies anak dan karies ibunya
(p<0,05). Skor karies anak akan meningkat seiring dengan peningkatan skor
karies ibu. Distribusi S. mutans serotipe c ditemukan dalam proporsi yang banyak,
sedangkan S. mutans serotipe e ditemukan paling sedikit pada sampel plak anak
usia 3 – 5 tahun dan ibunya.Terdapat hubungan tidak bermakna antara S. mutans
serotipe c dan e dengan status karies anak dan ibunya (p>0,05). Terdapat
hubungan sangat lemah, tidak bermakna antara S. mutans serotipe c dan e anak
dengan ibunya (0,000 < r < 0,199; p>0,05).

ABSTRACT
Streptococcus mutans (S. mutans) are considered to be an important bacterial
pathogen of dental caries. The major reservoir from which children acquire these
organisms is their mothers. S. mutans is classified into three serotypes, c, e and f,
based on the chemical composition of its cell surface serotype-specific
polysacharide. S. mutans serotypes c,e and f were reported to be frequently
isolated from human dental plaque. Plaque samples were collected from 66 3- to
5-years-old and mothers with caries. Polymerase chain reaction (PCR) method
using gtfB primer in this research has confirmed S. mutans from 46 dental plaque
samples child-mother pairs. There is significant relationship between children
caries score and mother caries score (p<0.05). Child caries score increases as
mother caries score rise. Distribution of serotype c S. mutans has more prevalent
detected than serotype e S. mutans. There is no significant relationship (p>0.05)
between serotype c/e S. mutans and child-mother caries score. There is also no
significant relationship (0,000 < r < 0,199 ;p>0,05) between serotype c/e S.
mutans in children and their mothers."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Pediarahma
"Inflamasi gingiva adalah kondisi patologis yang paling sering disebabkan oleh plak bakteri.Secretory immunoglobulin A (sIgA) adalah immunoglobulin yang menonjol pada saliva dan merupakan mekanisme pertahanan spesifik utama rongga mulut.Secretory immunoglobulin A meningkat jika terdapat stimulus imunologi lokal, salah satunya adalah alat ortodonti cekat.Pada penggunaan alat ortodonti cekat juga terjadi peningkatan akumulasi plak dan inflamasi gingiva. Penelitian mengenai hubungan sIgA dengan inflamasi gingiva menunjukkan hasil yang bervariasi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat. Sampel saliva didapatkan dari 16 anak yang menggunakan alat ortodonti cekat dengan inflamasi gingiva dan 16 yang menggunakan alat ortodonti cekat tanpa inflamasi gingiva. Seluruh subjek dilakukan pemeriksaan Gingival Index untuk menilai inflamasi gingiva,dan sample saliva diukur kadar sIgAnya dengan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif lemah tidak bermakna antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat (r =0,282 p=0.290). Semakin tinggi kadar sIgA saliva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat, maka semakin tinggi inflamasi gingivanya.
......
Gingival Inflammation is a pathologic condition that often caused by bacterial plaque. Secretory immunoglobulin A (sIgA) is the main immunoglobulin in saliva and specific defense mechanism in oral cavity.Secretory immunoglobulin A is stimulated by local immune factor. Orthodontic fixed appliance is one of the local factor. Fixed appliance may increase the value of plaque and gingival inflammation. Research about correlation between sIgA level and gingival inflammation shows vary results. This study aimed to analyze correlation between salivary sIgA and gingival inflammation in children with fixed ortodontic appliance.Saliva samples were collected from 32 children with ortodontic appliance. Sixteen of them have gingival inflammation, and 16 of them have no gingival inflammation. Gingival Index were examined and use ELISA to asses salivary sIgA level. The study showed there is weak and not significant positive correlation between salivary sIgA level and gingival inflammation in children with orthodontic appliance (r =0,282 p=0.290)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>