Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Dwiyanti
"Rasa takut dan cemas terhadap berbagai jenis perawatan gigi banyak ditemukan pada anak usia remaja awal. Adanya rasa takut dan cemas ini akan mempengaruhi usaha program perawatan gigi yang optimal. Rasa takut dan cemas dipengaruhi oleh asumsi pribadi yang disebabkan adanya ketidaktahuan akan kesehatan gigi dan perawatan yang dilakukan. Selain itu rasa takut dan cemas dipengaruhi pula oleh tumbuh kembang anak serta faktor pelayanan yang didapat saat pertama kali berobat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran yang jelas tentang perawatan kedokteran gigi jenis apa yang paling menakutkan terutama pada anak usia remaja awal. Disamping itu pula apakah ada perbedaan rasa takut dan cemas sebelum, pada saat, dan setelah perawatan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa jenis perawatan kedokteran gigi yang paling menakutkan adalah penyuntikan, pencabutan, dan pengeboran. Hasil uji analisis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna sebelum, pada saat, dan setelah perawatan pada jenis perawatan penyuntikan. Sedangkan pada jenis pencabutan dan pengeboran didapat perbedaan tidak bermakna sebelum dan pada saat perawatan. Akan tetapi pada saat dan setelah dilakukan pencabutan dan pengeboran didapat hasil berbeda bermakna.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rasa takut dan cemas pada anak usia remaja awal ditemukan tinggi terutama pada perawatan penyuntikan kemudian diikuti oleh pencabutan dan pengeburan. Dengan ditemukan adanya rasa takut dan cemas terhadap jenis perawatan tersebut maka perlu kiranya lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasa takut dan cemas terutama untuk mendapatkan usaha program kesehatan gigi yang optimal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T1496
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Ali
"Penelitian di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran umum tingkat kesehatan gigi dan mulut (kebersihan mulut, kesehatan gingiva, dan karies gigi) anak yang berkunjung di Klinik Khusus Tumbuh Kembang Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dan untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut (kebersihan mulut, kesehatan gingiva, dan karies gigi) antara anak sindroma Down dan anak non sindroma Down yang berkunjung ke Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita. Selain itu juga diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun program perawatan gigi dan mulut anak sindroma Down di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Subyek penelitian dilakukan pada 34 anak sindroma Down dan 39 anak yang tidak mengalami kelainan genetika dengan usia 21-76 bulan. Penelitian merupakan kasus kelola berdasarkan data rekam medik, pengamatan serta wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks gingivitis untuk kelompok anak sindroma Down 0,60 dan anak non sindroma Down 0,51, ada perbedaan yang tidak bermakna. Anak sindroma Down mengalami karies dengan def-t rata-rata 4,65 dan anak non sindroma Down def-t rata-rata 4,28."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazarus Sugeng Hartono
"ABSTRAK
Penelitian di Kabupaten D.T.II Tangerang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karies gigi sulung anak prasekolah dengan kadar fluor dalam air minum pada daerah tersebut. Subjek penelitian terdiri dari anak prasekolah yang berusia 2-5 tahun sejumlah 341 anak dan air sumur yang dipergunakan sebagai air minum utama. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan indeks plak rata-rata 2.34, 80.6% anak mengalami karies dengan def-t rata-rata 5.60, def-s rata-rata 12.47. Radar fluor dalam air minuet rata-rata 0.38 ppm. Dengan analisa regresi linier terbukti ada hubungan tidak bermakna antara kadar fluor air minuet dengan karies gigi sulung dengan r = - 0.04 ( p > 0.05 ).
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartati Poerwanto
"Pemasangan mahkota logam pada gigi sulung dikawatirkan karena kebersihan mulut anak umumnya buruk dan sering dijumpai gingivitis. Untuk itu perlu diteliti bagaimana pengaruh pemasangan mahkota logam pada gigi sulung terhadap kesehatan gingiva, serta untuk mengetahui bagian permukaan gigi yang banyak terakumulasi plak dan bagian gingiva yang mengalami gingivitis.
Sebagai subyek adalah murid SD di Kelurahan Grogol Selatan. Pada awal penelitian seluruh murid kelas I & II diberi pendidikan cara melakukan kebersihan mulut. Pada subyek dilakukan oral profilaksis kemudian dipasang mahkota logam pada 30 gigi molar satu bawah sulung dengan karies dentin. Jenis gigi yang sama pada sisi yang berlawanan digunakan sebagai kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara gigi dengan mahkota logam dan gigi kontrol terhadap akumulasi plak serta terjadinya gingivitis. Gingivitis lebih banyak dijumpai pada permukaan lingual dan akumulasi plak lebih banyak pada permukaan distofasial dan lingual dibanding dengan permukaan mesiofasial dan fasial. Oleh karena itu pads anak dengan mahkota logam supaya lebih meningkatkan kebersihan mulut pada seluruh permukaan giginya terutama daerah yang sukar dibersihkan. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Pratiwi
"Pemerintah Indonesia, khususnya para dokter, dewasa ini giat menganjurkan kepada kaum ibu agar mengutamakan pemberian Air Susu Ibu sebagai makanan bayi, sekurang-kurangnya sampai bayi berusia dua tahun. Tujuan dari anjuran tersebut, selain untuk meningkatkan kesehatan anak, juga untuk meningkatkan kesehatan kaum ibu itu sendiri. Dalam usaha peningkatan kesehatan anak pemberian ASI sebagai makanan bayi jauh Iebih menguntungkan dari pada menggunakan jenis makanan lain Pengganti Air Susu Ibu (PASI), ASI lebih bersih, lebih mudah didapat, lebih murah, lebih bergizi, dan menjamin daya tahan tubuh bayi yang lebih balk.
Anjuran untuk kembali kejenis makanan alamiah diatas, didukung oleh bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Akan tetapi akhir-akhir ini beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan "Nursing Bottle Caries" juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu pada. Padahai karies gigi semacam itu , lebih-lebih yang tidak dirawat ; pada gilirannya akan sangat merugikan kesehatan anak.
Nursing Bottle Caries, Nursing bottle syndrome, Night Bottle syndrome, Bottle Mouth, Baby Bottle Caries, Nursing Mouth, dan Labial Caries, adalah suatu keadaan yang terdapat pada anak-anak berusia sangat muda (12 - 36 bulan), yang mempunyai kebiasaan mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohidrat, semenjak berbaring sampai tertidur.
Karies gigi jenis ini, yang keadaannya mirip "Rampant Caries", mempunyai pola yang khas. Proses terbentuknya pola tersebut erat hubungannya dengan kebiasaan pemberian makanan, yaitu diperbolehkannya anak-anak mengedot botol sampai tertidur, Menurut Para ahli, dalam tingkat keparahan yang bagaimanapun, pola Nursing Bottle Caries adalah sebagai berikut. Gigi pertama yang terkena adalah gigi insitif lateral, lingual, mesial, dan distal, setelah itu, gigi insitif lateral atas; permukaan labial, lingual, mesial, dan distal. Kemudian , permukaan oklusal gigi molar satu atas dan satu bawah, serta gigi kanan bawah. Bila kebiasaan pemberian makanan sampai anak tertidur berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi keadaan iebih lanjut, yaitu karies akan tampak pada permukaan oklusal molar dua atas serta bawah, dan yang terakhir adalah gigi insitif bawah.
Akhir-akhir ini, seperti telah diutarakan sebelumnya, beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan Nursing Bottle Caries juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu ibunya. Menurut Lawrence A. Kotlow, hal itu dimungkinkan karena sebagian besar penderita menyusu ibunya sampai berusia lebih dari dua dan tiga tahun. Dalam periode tersebut, setiap harinya mereka diperbolehkan menyusu sampai beberapa jam, dan bahkan sering tertidur dalam keadaan dimana puting susu ibu masih berada di rongga mulutnya. Peristiwa yang tersebut terakhir dapat terjadi dua sampai tiga kali perhari, dan kadang-kadang malah berlangsung sepanjang malam.
Bila penjelasan Kotlow diperhatikan dengan seksama, maka yang sesungguhnya telah terjadi adalah : pertama , bahwa ASI juga merupakan penyebab terjadinya kaies gigi. Kedua, bahwa kebiasaan pemberian makanan, dalam hal ini diperbolehkannya anak-anak menyusu ibu sampai tertidur, adalah faktor yang berperan tergadap pola khas dari jenis karies tersebut diatas. Dan Ketiga, diperbolehkannya anak-anak mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohydrat sampai tertidur, bukanlah satusatunya penyebab terjadinya karies gigi dengan pola khas pada anak-anak berusia sangat muda."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1985
T5379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyetty A. Mulian
"ABSTRAK
Penelitian dilakukan dengan tujuan memberikan informasi mengenai manfaat pemberian vitamin nengandung fluor Gbimin AF, pada ibn hamil terhadap karies gigi sulung anaknya. Penelitian secara retrospektif dilakukan terhadap 123 anak peserta Ppogram Jaminan §e1ayanan Kesehatan RS. St. Carolus yang berdomisili di Jakarta sejak lanir, berusia 1 tahun hingga 4 tahun. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pemeriksaan karies gigi sulung anak yang dilahirkan oleh ibu yang diberi vitamin mengandung fluor dan yang diberi vitamin tidak mengandung fluor. Selain itu dilakukan tanya-jawab terhadap ibu pada masa kehanilan anaknya. Hasil penelitian menunjuk-
kan bahwa karies gigi sulung (ada tidaknya karies, def-t, dan def-s) pada anak yang dilahirkan dari ibu yang diberi vitamin mengandung fluor lebih rendah dibanding dengan anak yang dilahirkan dari ibu yang diberi vitamin tidak mengandung fluor pada masa kehanilan. Perbedaan tersebut bermakna (P
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Marissa Kartika Anthrasita
"Di negara berkembang, khususnya di Indonesia, penyakit gigi dan mulut masih tergolong tinggi yaitu tercatat diderita oleh 90% penduduk Indonesia dan sebagian besar adalah masalah karies gigi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian karies pada anak usia 72-144 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi cross-sectional secara total sampling. Pengambilan data dilakukan melalui pemeriksaan klinis terhadap siswa siswi SD Tarsisius Vireta Yayasan Bunda Hati Kudus, Tangerang yang dilaksanakan dari bulan September ? November 2006. Jumlah sampel sebanyak 875 anak, yang terdiri dari 418 laki-laki (47,8%) dan 457 perempuan (52,2%). Sampel dibagi ke dalam tiga kelompok usia yaitu, kelompok usia 72-95 bulan, kelompok usia 96-119 bulan, dan kelompok usia 120-144 bulan. Hasil penelitian menunjukkan 86% anak menderita karies, dengan rerata nilai indeks def-t/DMF-T sebesar 5,11. Hasil analisis dengan uji-t menunjukkan bahwa perbedaan nilai indeks def-t/DMF-T antara laki-laki dan perempuan tidak bermakna (nilai t = 0,572; p = 0,567). Dengan uji-ANOVA memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok usia (F = 53,167; p = 0,00). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prevalensi karies pada anak usia 72-144 bulan di SD Tarsisius Vireta Yayasan Bunda Hati Kudus Tangerang tergolong tinggi dan terdapat perbedaan nilai indeks def-t/DMF-T yang bermakna antar kelompok usia, walaupun perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan tidak bermakna."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica
"Latar belakang: Early Childhood Caries (ECC) terjadi apabila terdapat satu atau lebih gigi karies, gigi yang hilang akibat karies atau gigi yang telah ditambal pada anak usia dibawah 71 bulan. Dalam dua dekade terakhir berbagai studi menunjukkan Candida albicans (C. albicans) juga merupakan faktor utama penyebab karies. Tindakan pencegahan ECC dapat dilakukan dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi secara rutin. Salah satu bahan herbal yang telah terbukti memiliki efek antimikroba adalah Virgin Coconut Oil (VCO). Kandungan asam lemak pada VCO menyebabkan VCO memiliki efek antifungal, antibakteri dan antivirus Metode Penelitian: Penelitian ini menguji VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 8% dan 80% terhadap viabilitas biofilm C. albicans pasien ECC. Biofilm dibentuk pada 96-microwell plate. Setelah inkubasi 24 jam, plat dimasukkan ke dalam microplate reader untuk mendapatkan nilai viabilitas biofilm diukur menggunakan perhitungan optical density (OD). Hasil: Analisis data menggunakan uji t-test tidak berpasangan menunjukkan nilai viabilitas biofilm C. albicans setelah pemberian VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 8% berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif (tanpa bahan uji). Sedangkan nilai viabilitas biofilm C. albicans setelah pemberian VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 80% menunjukkan nilai viabilitas biofilm C. albicans berbeda bermakna dengan kontrol negatif. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan viabilitas biofilm C. albicans setelah pemberian VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 8% meningkat. Sebaliknya, VCO sediaan pasta gigi konsentrasi 80% menurunkan viabilitas C. albicans.

Background: Early Childhood Caries (ECC) is defined as a child 71 months of age or younger with the presence of one or more decayed teeth, missing (due to caries) or filled teeth surface. In the past two decades, various studies have shown Candida albicans (C. albicans) also the main etiology of dental caries. ECC prevention can be carried out by brushing teeth regularly using toothpaste. VCO is one of natural product that has been proven to have antimicrobial effect. The fatty acid content in VCO causes VCO to exhibit antifungal, antibacterial and antiviral effect. Methods: This study tested VCO 8% and 80% toothpaste against C. albicans biofilm viability. Biofilm was formed on 96-microwell plate. After 24 hours incubation, plate was inserted into microplate reader to obtain biofilm viability value measured using optical density (OD). Results: Data analysis using independent t-test showed C. albicans biofilm viability in VCO 8% toothpaste group was not significantly different from negative control. However, C. albicans biofilm viability in VCO 80% toothpaste was significantly different from negative control. Conclusion: This study showed increasing C. albicans biofilm viability after VCO 8% toothpaste exposure. In contrast, VCO 80% toothpaste decreased C. albicans biofilm viability."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Chairulina Dara
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya hidup dan kejadian
karies pada anak gemuk usia 3-5 tahun. Subjek penelitian adalah anak usia 3-5
tahun sebanyak 34 anak yang terdiri dari 17 anak gemuk dan 17 anak normal.
Disain penelitian adalah deskriptif analitik potong lintang. Pengambilan data
dilakukan dengan pengisian kuesioner. Pemeriksaan klinis untuk memperoleh data
kejadian karies dilakukan dengan kriteria def-t. Hasil penelitian memperlihatkan
adanya hubungan tidak bermakna (p>0,05) antara gaya hidup (pola makan
selingan dan aktivitas fisik) dengan kejadian karies. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan adanya hubungan tidak bermakna antara gaya hidup dan kejadian
karies pada anak gemuk.

Abstract
The purpose of this study was to determine the relationship between lifestyle and
caries incidence in overweight children age 3-5 years old. The subject of this
study were children age 3-5 years old, as many as 34 children consisting of 17
overweight children and 17 normal weight children. Design of this study was a
cross sectioned experiment. Input data was done with questionare. Clinical
examination with the def-t index was used to measure caries incidence. The result
showed no significant result (p>0,05) between lifestyle (in-between meal and
physical activities) and caries incidence. In conclusion, there is no significant
association between lifestyle and caries incidence in overweight children."
2012
T31181
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Vanessa Achmad
"S.mutans dikatakan sebagai salah satu penyebab utama karies. Bakteri ini dinyatakan sebagai bakteri pertama yang dapat melekat dan berkoloni pada permukaan gigi dan menyebabkan plak terbentuk secara terus menerus, dan terjadinya penurunan pH plak. Probiotik adalah suatu mikroorganisme hidup yang apabila dipergunakan dalam jumlah yang cukup, memberikan manfaat kesehatan bagi host. Berdasarkan berbagai penelitian, berbagai produk probiotik dapat mempengaruhi bakteri-bakteri penyebab karies gigi, terutama S.mutans. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni S.mutans dalam plak anak sebelum dan sesudah kumur minuman probiotik. Pengambilan sampel plak dilakukan terhadap 13 subyek dan dilakukan pertama kali yaitu sebelum memulai kumur minuman probiotik. Setelah itu subyek diinstruksikan untuk kumur minuman probiotik selama 7 hari dan pada saat hari ke 3 dan ke 7 kumur minuman probiotik sampel plak diambil kembali. Hasil penelitian memperlihatkan penurunan jumlah koloni S.mutans dari sebelum kumur minuman probiotik, kemudian pada hari ke 3 kumur, hingga setelah kumur minuman probiotik selama 7 hari. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa kumur minuman probiotik selama 3 dan 7 hari dapat menurunkan jumlah koloni S.mutans dalam plak gigi anak secara bermakna dibanding dengan sebelum kumur (p = 0,001).

S.mutans is said as one of the major etiology of caries. This bactery is said to be the first bactery that sticked and colonized on the tooth surface and caused the continuity of plaque formation, also the decrease of plaque?s pH. Probiotic is living microorganisms that, if used in adequate amount, will give health benefits to the host. Based on previous researches, various products of probiotic can influence caries etiology bacterias, especially S.mutans. The aim of this study is to know the differences of S.mutans colonization total amount before and after rinsing with probiotic drink. The plaque samples were first taken from 13 subjects before starting the probiotic oral rinse. After that subjects were instructed to rinse with probiotic drink for 7 days, and then in the 3rd and 7th days of rinsing, the plaque samples were taken again. The study showed that after 7 days rinsing with probiotic drink, the total amount of S.mutans colonization was found decreasing on the 3rd day and continued to the 7th day. Statistic count showed that rinsing with probiotic drinks for 3 and 7 days can make a significant difference on the amount of S.mutans colonization than before rinsing (p = 0,001)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31182
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>