Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasan Ariyanto
"Setelah refomnasi kepolisian di Indonesia berjalan selama sam dekadc, pelanggaran yang dilakukan oleh polisi masih texjadi. Salah satu bentuknya adalah perilaku kekerasan yang dalam istilah psikologi disebut perilaku agresi (Myers, 2000). Salah sam faktor utama yang mempengaruhi keoenderungan seseorang berperilaku agresif adalah ciri kepribadiannya (Anderson; dalam Baron & Byrne, 2000). Karakteristik kepdbadian dazi seseorang yang oenderung stabil dan konsisten disebut trait (dalam Lawrence & Oliver, 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran trait kepribadian dan perilaku agresi pada polisi reserse. Penelitian dilaksanaksn di Polres Metro Bekasi dengan sampel b6ljI.lID]3h 69 orang. Penelitian ini dilakukan dengan pendelcatan penelitian kuantitatif yang mengglmakan alat ukur NEO - PI umtuk mengukur trait kepribadian dan aggression questionnaire dari Buss dan Pen-y (1992) yang telah diadaptasi dan dimodiiikasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh Widyastuli (1996).
Hasil penelitian menunjukkan hahwa trait agreeableness cukup dominan tampil pada polisi neserse. Hal ini berarti polisi reserse di Polres Metro Bekasi cendcnmg menampilkan perilaku mempercayai orang, dermawan, mudah menerima, dan tampil baik_ Pcnelitian ini juga menemukan bahwa tingkat perilaku agresi dari polisi reserse di Polres Metro Bekasi tergolong nendah. Hal ini berani polisi reserse di Polres Metro Bekasi tidak menampilkan pelilaku agresi. Dinamika antara trait kepribadian dan perilaku agtesi ditunjukkan dengan ragam hubungan yang ter'di antaxa kedua variabel tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa trait neuroticivm memiliki hubungan yang positif dengan pcrilaku agresi. Trait artraversion, agreeableness dan conscientiousness hubungan yang negatifdengan pcrilaku agnssi.

After police forces has been reformed for one decade, police?s violation still happen. Violence and its many other forms has been discussed in psychology under aggressive behavior topics. There are many factors that contribute to the incidence of aggressive behavior, one of them is personality factors as an input variable that eH`ect the occurrence of aggressive behavior. Anderson (rn Baron & Byme, 2000) explained that individual diherences revealed through personality Factors. Personality characteristic that tend to be stable over time and consistent so-called trait (in Lawrence & Oliver, 2001).
The purpose of research is to understand the dynamic of personality traits and aggessive behavior on police detective. The research was held at Polres Metro Bekasi with 69 subject. This research conducted in quantitatively approach by using NEO - PI personality inventory that measures personality traits and aggression questionnaire from Buss and Perry (1992) that was adapted and modified into Bahasa by Widyastuti (1996).
This research showed that the most dominant trait in police detective is agreeableness trait. It means that they tend to trust others, generous, acceptance and good perfor-rn. This research also found that the level of aggressive behavior in police detective at Polres Metro Bekasi is low. lt means that they tend to behave in a non aggressive ways of conduct There are some significant relationship between personality traits and aggrewive behavior. This research found that neuroticism trait has positive relationship with aggressive behavior. Extraversion, agreeableness and conscientiousness trait has negative relationship with aggression behavior whereas openness to experience trait has no significant.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
T32117
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Ariyani
"ABSTRAK
Perempuan Madura yang bercerai menghadapi tekanan psikologis yang lebih berat karena adanya konsepsi budaya yang membuat mantan suami merasa masih turut andil dalam kehidupan mantan istrinya. Belum lagi penyesuaian terhadap perceraian itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab perceraian pada perempuan Madura, permasalahan yang dihadapi, dan bentuk penyesuaian yang selama ini mereka hadapi, serta membuat rancangan program support group yang tepat agar perempuan Madura bisa menghadapi kehidupan pasca-perceraian dengan lebih baik. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif terhadap 12 responden, yaitu 2 responden melalui wawancara mendalam dan 10 responden melalui FGD.
Hasilnya, faktor penyebab perceraian disebabkan karena kurangnya komunikasi, suami yang tidak peduli terhadap anak, kepribadian suami yang kurang matang, ekonomi sulit, adanya pihak ketiga, dan adanya faktor magis. Masalah yang dihadapi adalah menjalani proses hukum, emosi diri, pemenuhan kebutuhan ekonomi, perebutan hak asuh, peran orang tua tunggal, menghadapi pandangan orang lain, jatuhnya harga diri, penerimaan terhadap perceraian dan status janda, kesulitan memulai hubungan baru dan masalah keterlibatan mantan suami. Upaya penyesuaian dilakukan sesuai dengan permasalahan dan belum efektif bagi sebagian responden, terutama yang belum menikah kembali.
Dengan demikian permasalahan psikologis yang dihadapi para responden dalam penyesuaian pasca-perceraian, yaitu: withdrawal; tekanan psikologis dalam menghadapi keterlibatan bahkan ancaman dari mantan suami, tidak memiliki otonomi/ kebebasan yang seharusnya, perasaan sedih, kehilangan, marah, kesal, benci, sakit hati, ketidakberdayaan/ keterpurukan, bahkan putus asa; tidak percaya diri dan turunnya harga diri; kompleksitas permasalahan menjadi orang tua tunggal; pendampingan terhadap anak; pikiran dan dorongan untuk dendam, serta penerimaan akan status janda.
Rancangan program support group difokuskan pada aspek permasalahan dalam penyesuaian terkait keterlibatan mantan suaminya dan peran sebagai orang tua tunggal. Terdiri dari lima sesi, yaitu: 1. Pembentukan Support Group, 2. Psikoedukasi tentang perceraian dan penyesuaian pasca-perceraian, 3. Mengenal dan Menghadapi mantan suami, 4. Menjadi orang tua tunggal, 5. Menjadi pendamping anak yang bermasalah dengan perceraian orang tua.

Abstract
Madura Woman who is divorced will face a harder psychological pressure because there is still a cultural conception that makes an ex-husband is yet to take a part in his ex-wife?s living. Excluding, the adaptation to that divorce itself.
The objective of this research is to discover the cause of the divorce of Madura woman, the problem that is taken, the form of adapting that they has taken so far, and also making a program design of support group precisely so that Madura woman can live their post-divorce lives better. This research was conducted qualitatively with 12 respondents, which is that, by thoroughly deepth interview with 2 respondents, and by FGD with the rest of them.
The result, the factors that is causing the divorce is the lack of communication, husband abandoning the children, the immature personality of husband, poverty, cheating, and magical factors. The problem that must be taken are; undertaking law procedures, self emotion, fulfilling the needs, retrieving the right of custody, the role of single parent, receiving people adjustment, indignity, accepting the fact of divorce and having the status of being widow, the difficulties of making a new relationship, and the problem of ex-husband interfere. The effort of adapting was conducted due to the problems and it was not effective yet to some respondents, especially those who were not re-married.
Therefore, it must be designed a program that must be focused on one of aspects of problems in adapting, which is involving her ex-husband. Program of Support Group which was designed consists of 5 sections, they are; 1. The form of Support Group2. Psycho-education on divorce and Post-divorce adaptation, 3. Behaving toward ex-husband, 4. Being a single parent, and 5. A companion children with problems of his parents' divorce."
2012
T31510
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Evangeline Imelda Suaidy
"Keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia akan mendapatkan konsekuensi berupa munculnya berbagai masalah yang berdampak pada kehidupan keluarga. Beberapa teori telah membahasnya dan menyebulnya sebagai beban keluarga.
Tujuan dari peneliiian ini untuk melihat gambaran mengenai beban subjektif yang dirasakan oleh keluarga saat melanjutkan perawalan di rumah. Sedangkan metode yang digunakan dalam pcnclitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Swbanyak 2 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 orang menjadi subyek penelitian ini.
Basil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua subyek mempunyai beban sebagai konsekuensi mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofiienia, seperti munculnya masalah-mamlah yang berkaitan dengan perilaku yang ditampilkan penderita, tugas merawat, hubungan antar anggota keluarga, hubungan sosial sampai masalah keuangan dengan kesulitan-kesulitan dan ketidakcocokan dalam kehidupan subyek dengan penderita.
Akan tetapi, Studi ini juga menunjukkan bahwa tidak semua konsekuensi yang dialami oleh subyek mendapakan beban. Beberapa diantaranya memperoleh konsekuensi positif seperti membuat hubungan keluarga menjadi lebih dekat, saling memperhatikan dan meningkatkan keimanan kepada Tuhan. Sehingga konsekuensi yang dialami keluarga dapat bermakna posilif ataupun ncgatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Rosiana
"Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menyusun suatu panduan wawancara yang dapat digunakan pada tahap asesmen dalam terapi perkawinan. Hal ini dilakukan atas dasar pentingnya informasi yang diperoleh pada tahap tersebut. Informasi tersebut akan digunakan untuk mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi oleh klien, mengidentifikasi aspek-aspek yang menyebabkan timbulnya masalah dan menentukan intervensi interaksi yang sesuai. Perkawinan adalah interaksi individu yang paling kompleks dan melibatkan banyak pihak, oleh karena itu jika seorang terapis melakukan analisis masalah perkawinan yang dihadapi oleh kliennya, maka ia harus melihat semua aspek dalam kehidupan perkawinan klien tersebut.
Panduan wawancara yang dihasilkan dalam penelitian ini bertujuan untuk membantu terapis dalam memahami kehidupan perkawinan klien secara menyeluruh karena disusun berdasarkan vulnerability-stress-adaptation model of marriage yang dikemukakan memahami kehidupan perkawinan klien secara menyeluruh karena disusun berdasarkan vulnerabilify-sfress-adapralion model of marriage yang dikemukakan oleh Bradbury (1995). Model teoritis tersebut diyakini Bradbury telah mencakup semua domain yang penting di dalam perkawinan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif pada awalnya dibuat suatu panduan wawancara yang kemudian diujicobakan terhadap tiga orang subyek. Berdasarkan hasil uji coba tersebut, dilakukan revisi terhadap panduan wawancara awal. Saran-saran yang diajukan antara lain : hendaknya panduan wawancara ini digunakan secara fleksibel disesuaikan dengan kondisi klien. Jika dilakukan penelitian lebih lanjut disarankan agar melakukan Studi literatur yang lebih luas mengenai setiap domain yang dikemukakan oleh Bradbury sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai hal tersebut, dan disarankan juga supaya menggunakan subjek yang memiliki latar belakang yang lebih bervariasi agar diperoleh masukan yang lebih banyak lagi untuk semakin memperbaiki panduan wawancara ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Febrianti Kumala Dewi
"Dalam masyarakat, perempuan diberi peran penting sebagai ibu, karena secara kodrati perempuan dapat melahirkan anak. Peran sebagai ibu mengandung tugas dan tanggung jawab besar terhadap kesejahteraan anak. Idealnya, seorang perempuan perlu mempersiapkan diri sebelum memutuskan menjadi ibu. Namun, sering kali terjadi kehamilan yang tidak diharapkan, seperti kehamilan di luar nikah, akibat kegagalan kontrasepsi, atau kehamilan yang terjadi untuk memenuhi keinginan pihak lain (suami, keluarga, atau masyarakat).
Saat kehamilan yang tidak diharapkan terjadi, hidup perempuan tersebut mengalami perubahan besar. Kehamilan yang mengejutkan ini, beserta konsekuensinya, menambah beban bagi mereka. Setelah memutuskan untuk mempertahankan kehamilan, perempuan ini harus mengemban peran ibu dengan semua tugas dan tanggung jawab, terlepas dari kesiapan mereka. Menjalankan peran ibu ini memberikan berbagai pengalaman yang memunculkan perasaan positif dan negatif, dari sangat senang hingga frustrasi. Dukungan dari pasangan dan keluarga sangat berharga, memungkinkan para ibu ini untuk berbagi beban dan menjadikan pengalaman mereka lebih positif.
Perasaan selama menjalankan peran ibu menentukan apakah seorang perempuan merasa puas atau tidak dalam perannya sebagai ibu. Perjalanan dari mengetahui kehamilan yang tidak diharapkan, menerimanya, hingga menjalani peran sebagai ibu tidaklah mudah. Ada proses panjang yang penting diketahui dan dipahami karena menyangkut kesejahteraan dan kebahagiaan ibu, anak, dan keluarganya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penghayatan peran ibu pada perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diharapkan. Penghayatan peran ibu dibagi menjadi beberapa kategori: pengalaman selama kehamilan, dukungan sosial yang diperoleh, pengalaman setelah menjalankan peran sebagai ibu, dan kepuasan terhadap peran ibu.
Penelitian ini melibatkan tiga subjek yang mengalami kehamilan yang tidak diharapkan, dengan kriteria mereka baru memiliki satu anak dan usia anak minimal satu tahun."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library