Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Caesar Nurfiansyah
"Metode : Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik dengan menggunakan metode potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Penelitian dilakukan di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSCM Jakarta pada 31 Januari 2015 hingga 31 Januari 2020. Sebanyak 183 pasien wanita dengan kecurigaan neoplasma ovarium padat diikutsertakan dalam penelitian. Pasien dengan penyakit sistemik lainnya atau mengalami kehamilan dieksklusi dari penetlitian. Dilakukan uji kesesuaian dengan menggunakan uji Kappa. Didapatkan sensitivitas dan spesifisitas dari masing-masing penanda tumor
Hasil : AFP memiliki sensitivitas 1,92% dan spesifisitas 77,1% sebagai penanda disgerminoma. LDH memiliki sensitivitas 55,67% dan spesifisitas 65,65% sebagai penanda disgerminoma.. AFP memiliki sensitivitas 30,43% dan spesifisitas 85% sebagai penanda teratoma. LDH memiliki sensitivitas 30,43% dan spesifisitas 58,13% sebagai penanda teratoma . AFP memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 88,89% sebagai penanda Yolk sac tumor. LDH memiliki sensitivitas 41,67% dan spesifisitas 59,65% sebagai penanda Yolk sac tumor. Kombinasi AFP dan LDH memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 50,29% sebagai penanda Yolk sac tumor. Kombinasi tumor marker AFP dan LDH memiliki nilai sensitivitas yang lebih tinggi namun tidak memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan menggunakan AFP atau LDH saja.
Kesimpulan : AFP dan LDH merupakan penanda tumor yang dapat digunakan untuk deteksi dini maupun skrining pada kasus neoplasma padat ovarium.

Background: Ovarian neoplasms are the most common malignancy experienced by women in Indonesia. Solid ovarian neoplasm is a form of ovarian neopalsma that has a low survival rate due to late diagnosis. Early detection using tumor markers is one of the focuses of researches on ovarian neoplasms, one of which includes AFP and LDH.
Objective : To determine the sensitivity and specificity of AFP, LDH, and the combination of the two tumor markers.
Method : This research is a diagnostic test using cross sectional method. Sampling is done consecutively. The study was conducted at the Obstetrics and Gynecology Clinic of RSCM Jakarta from 31 January 2015 to 31 January 2020. A total of 182 female patients with suspicion of solid ovarian neoplasms were included in the study. Patients with other systemic diseases or pregnant were excluded from research. Conformity test was performed using the Kappa test. Sensitivity and specificity of each tumor marker was obtained
Result : AFP has a sensitivity of 1.92% and specificity of 77.1% as a marker of dysgerminoma. LDH has a sensitivity of 55.67% and a specificity of 65.65% as a marker of dysgerminoma. AFP has a sensitivity of 30.43% and a specificity of 85% as a marker of teratoma. LDH has a sensitivity of 30.43% and specificity 58.13% as a marker of teratomas. AFP has 100% sensitivity and 88.89% specificity as a marker of Yolk sac tumor. LDH has a sensitivity of 41.67% and specificity 59.65% as a marker of Yolk sac tumor. The combination of AFP and LDH has a sensitivity of 100% and a specificity of 50.29% as a marker of Yolk sac tumor. The combination of AFP and LDH marker tumors has a higher sensitivity value but does not have better accuracy than examinations using AFP or LDH alone
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Ardi Perdana
"Latar Belakang: Sindrom ovarium polikistik dan obesitas memperlihatkan dampak pada kemampuan endometrium untuk menerima hasil konsepsi. Penggunaan Ultrasonografi Doppler memiliki peran penting dalam pemeriksaan reseptivitas endometrium karena efisiensi dan prosedur non-traumatis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efek modifikasi gaya hidup pada penerimaan endometrium wanita obesitas dengan sindrom ovarium polikistik menggunakan ultrasonografi.
Metode: Penelitian observasional ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia dari Agustus 2019 hingga Mei 2020. Total 32 subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini pada awalnya. Karena kasus loss to follow up, subjek akhir dikurangi menjadi 14 orang. Subyek pertama dievaluasi dengan USG trans-vaginal untuk melihat gambar endometrium, kemudian disarankan untuk mendapatkan konseling gizi oleh ahli gizi klinis dan kemudian ditindaklanjuti selama 6 bulan menggunakan ultrasonografi trans-vaginal.
Hasil: Sebanyak 19 subjek menerima konseling gizi oleh spesialis Gizi Klinis. Tapi kemudian, hanya 14 subjek yang dievaluasi dengan Ultrasonografi. Ada beberapa hasil yang signifikan antara sebelum dan sesudah perawatan beberapa subjek seperti kalori, berat badan, indeks massa tubuh, lingkar pinggang (p<0,05) dan jenis zona vaskular, volume endometrium, indeks aliran vaskular dalam endometrium (p<0,05).
Kesimpulan: Belum didapatkan korelasi yang signifikan antara perubahan antropometri dan asupan kalori harian dengan perubahan Zona Vaskular endometrium disebabkan tingginya angka loss to follow-up dan belum tekontrolnya asupan kalori harian dari setiap subjek.

Background: Polycystic Ovarian Syndrome and obesity have shown an impact on endometrium ability to accept the results conception. The use of a Doppler Ultrasonography has an important role in the examination of endometrial receptivity due to efficiency and non traumatic procedure. The aim of this study is to investigate the effect of lifestyle modification on endometrial receptivity of obese women with polycystic Ovarian Syndrome using ultrasonography.
Methods: This observational study was conducted at Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta, Indonesia from August 2019 to May 2020. From a total of 32 subjects were participated in this study. Due to loss of follow up case, the final subject was decrease into 14 person. The subjects were firstly evaluated with the trans-vaginal ultrasound to see the picture of the endometrium, then advised to get nutrition counseling by Clinical nutritionist and then followed up for 6 months using trans- vaginal ultrasonography.
Results: A total 19 subjects were received nutrition counseling by Clinical Nutritionist. But then, only 14 subjects were evaluated by Ultrasonography. There were several significant results between before and after treatment of some subjects such as calories, body weight, body mass index, waist circumference (p<0,05) and type of the vascular zone, endometrium volume, vascular flow index in endometrium (p<0,05). In this study, no significant results have been found on the correlation between dietary changes and changes of endometrial receptivity.
Conclusion: No significant correlation has been found between changes in antropometrics and daily calorie intake with changes in endometrial vascular zones due to high loss to follow-up rates and uncontrolled daily caloric intake for each subject."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library